Yanti sebenarnya tidak mau membangunkan putranya ketika mereka telah sampai di rumah. Namun, dia juga tidak bisa menggendong Daniel lagi seperti ketika Daniel masih kecil. Jadi, dia terpaksa membangunkan putranya yang masih tertidur lelap. “Daniel, kita sudah sampai. Ayo bangun,” ujar Yanti sambil mengguncang tubuh Daniel agar dia segera bangun. Daniel terlihat sedikit bingung ketika membuka matanya dan menatap ibunya selama beberapa saat. Tidak lama kemudian, dia akhirnya tersadar dan langsung bergegas keluar dari mobil. Cherly juga terlihat baru saja kembali dari luar. Dia mengendarai mobil yang dipinjamkan oleh Yanti kepadanya. “Tante, Daniel,” sapa Cherly terlebih dahulu setelah dia keluar dari mobil. Sekarang dia mengganti panggilannya kepada Daniel. Biasanya dia memanggil Daniel dengan sebutan Kak Daniel, tapi sekarang dia memanggil Daniel hanya dengan nama depannya saja. Dia berpikir kalau hubungan mereka berdua akan berkembang dengan baik setelah mereka tampak cocok di aca
Cherly menatap bingung ke arah Yanti. Kemudian Yanti menyuruh pelayan untuk membawa semua belanjaan Cherly ke dalam rumah. Dia ingin berbicara sambil mengajak Cherly berkeliling di halaman bersama dengannya. Yanti terus menghela napasnya sambil terus berjalan.“Tante, ada masalah apa? Tante bisa cerita sama aku semua masalah yang mengganjal di hati Tante. Mungkin saja aku bisa membantu Tante. Tante tenang saja, langit nggak akan runtuh, kok,” ujar Cherly dengan raut wajah cemas.Yanti buru-buru mengambil tangan Cherly lalu berkata, “Cherly, kamu adalah gadis yang sangat baik dan perhatian. Kamu bisa menjadi apa pun yang kamu inginkan. Kamu benar-benar seorang gadis hebat. Di mata Tante, kamu adalah menantu paling ideal.” “Entah apa yang dipikirkan anak itu. Kenapa dia bisa suka sama Odelina, sih? Apa yang paling kita khawatirkan akhirnya terjadi juga. Bahkan dia sampai menginap semalaman di rumah sakit setelah mendengar kalau Odelina terluka. Makanya Tante ke sana dan menyeretnya pul
Namun, pengawal Stefan menahan langkah mereka untuk memasuki ruang rawat Odelina. “Kami dengar Odelina sudah siuman. Kami datang ke sini mau menjenguknya,” ujar Rita sambil tersenyum ke arah pengawal keluarga Adhitama. Olivia tidak memberitahu Roni mengenai kondisi kakaknya yang sudah siuman. Namun, berita penculikan anak itu sudah menyebar ke mana-mana. Sekarang semua orang di Mambera sudah tahu akan peristiwa tersebut. Tidak terkecuali dengan berita Odelina yang mengalami cedera akibat kejadian itu. Banyak orang yang tersentuh dengan sikap keibuan yang ditunjukkan oleh Odelina. Mereka semua mendoakan agar Odelina segera lekas sembuh dan bisa pulih seperti sedia kala. Oleh karena itu, pihak media langsung berbondong-bondong memberitakan tentang keadaan Odelina yang sudah keluar dari ICU. Keluarga Pamungkas juga mendengar berita Odelina dari media. Jadi, mereka langsung pergi menuju rumah sakit setelah mendengar kabar baik itu dari media. “Bu Olivia mengatakan kalau Bu Odelina memb
“Olivia aku ikhlas, kok. Kamu bantu kakakmu terima amplop ini, ya. Orang yang menjenguk memang biasa ngasih amplop ke orang yang sakit,” ujar Shella bersikeras. Rita juga ikut memberikan sebuah amplop berisikan uang kepada Odelina. Namun, Olivia kembali menolaknya. Akhirnya mereka berdua memberikan amplop itu kepada Russel dan membiarkan anak kecil itu memegangnya. Kemudian mereka bergegas pergi. Andi juga ikut pergi bersama istri dan anak perempuannya agar Olivia tidak bisa mengembalikan uang itu padanya. Namun, Roni masih berdiri di dalam ruangan dengan wajah yang terlihat ragu untuk membuka mulutnya. Olivia menyuruh Russel untuk memberikan amplop itu kepada Roni, tapi Russel menolaknya. Dia memegang amplop itu erat-erat seraya berkata, “Nenek sama tante kan kasih amplop ini buat Russel!”“Russel, kita harus kembaliin uang ini ke nenek dan tantemu. Kita nggak butuh uang mereka,” ujar Olivia cepat.“Tapi tante sana nenek kasih amplop ini ke aku!” seru Russel bersikeras.Dia menola
“Makasih,” ujar Rosalina hangat. “Kak Oliv,” sapa Calvin kepada Olivia. Olivia mengangguk lalu membantu Rosalina untuk duduk di kursi. Calvin meletakkan buah-buahan di meja yang berada di samping kasur Odelina, sedangkan karangan bunga diletakkan di sisi satunya. “Kak Odelina, Rosalina yang bawa semua ini untuk Kakak. Semoga Kakak cepat sembuh, ya,” ujar Calvin hangat. Odelina mengangguk sambil tersenyum untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya. Walaupun Odelina tidak terlalu mengenal Rosalina, dia tahu kalau Olivia memiliki hubungan yang cukup baik dengan Rosalina. Olivia pernah memberitahunya kalau Rosalina adalah perempuan yang dijodohkan oleh nenek keluarga Adhitama untuk Calvin. Sepertinya Calvin juga menerima perjodohan neneknya setelah melihat sikap lembut Calvin kepada Rosalina. “Kak Odelina, maaf, ya” ujar Rosalina dengan raut wajah penuh penyesalan.“Kenapa kamu minta maaf?” tanya Odelina dengan suara lemah. Bekas lukanya setelah operasi terasa cukup menyakitkan setela
“Maaf ya ngerepotin kamu, Pak Calvin,” ujar Rosalina setelah sempat terdiam selama beberapa saat. “Jangan panggil dia Pak Calvin, dong. Kamu itu temanku dan dia adik iparku. Kalian juga sudah saling mengenal cukup lama, jadi panggil saja dia Calvin,” ujar Olivia. Kemudian Calvin menatap Olivia dengan tatapan penuh rasa terima kasih. Rosalina menanggapi perkataan Olivia dengan senyuman tanpa berkata satu patah pun.Tidak lama kemudian, Rosalina dan Calvin pergi dari rumah sakit setelah Yuna dan Amelia tiba. Lagi pula, Odelina masih harus banyak istirahat, jadi Rosalina juga tidak bisa terlalu lama berada di dalam ruang rawat Odelina. “Oliv, kamu bawa Stefan dan Russel pulang dulu untuk makan. Kalian sore ini istirahat saja di rumah biar Tante dan Amelia yang jaga Odelina. Nanti malam baru kamu sama Stefan ke sini lagi dan menjaganya,” ujar Yuna.Yuna bukannya tidak mau menjaga Odelina di malam hari, tapi dia sudah kalah argumen dengan Olivia. Lagi pula, Yuna juga semakin menua dan an
Olivia merasa bersalah karena dia tidak menemani kakaknya akibat pertengkarannya dengan Stefan. Entah apa yang akan dipikirkan Olivia kalau sampai dia tahu berita tentang dirinya masih saja menjadi trending topik di kota ini. “Kita kembali ke vila saja, ya. Kata orang dulu, anak-anak yang sangat ketakutan harus melalui ritual pemanggilan roh agar mereka bisa menjadi lebih baik. Mamaku bilang, aku juga sering dipanggilkan roh waktu aku kecil.”Kemudian Stefan kembali berkata setelah mereka semua masuk ke dalam mobil, “Aku nggak tahu sejak kapan nenek percaya sama hal kayak gini. Tapi yang aku tahu, ahli spiritual itu sempat bilang kalau kita ditakdirkan untuk bersama selamanya sampai mau memisahkan kita. Makanya nenek mencoba untuk mempersatukan kita dan ternyata memang berhasil.”“Oh, ternyata begitu, ya? Aku kira nenek suka sama sifatku. Tapi ternyata ucapan ahli spiritual yang sudah menyatukan kita,” ujar Olivia. Kemudian Stefan berkata sambil memeluk Olivia dan Russel, “Ya, ternya
Di sisi lain, Calvin tidak langsung membawa Rosalina ke Spring Blossom setelah mereka pergi dari rumah sakit. Calvin justru membawa Rosalina menuju sebuah hotel.“Aku kan sudah nemenin kamu ke rumah sakit. Sekarang kamu traktir aku makan siang, ya,” ujar Calvin santai. Rosalina sempat terdiam selama beberapa saat. Selama ini, Calvin selalu saja memintanya untuk mentraktir makan. “Pak Calvin, kita mau ke mana?” tanya Rosalina sambil menoleh ke arah Calvin. “Aku mau ....” Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering ketika Calvin belum menyelesaikan kata-katanya. Tidak ada nama peneleponnya ketika dia melihat layar ponselnya. Entah kenapa, Calvin merasa kalau peneleponnya adalah Johan Siahaan. “Om kamu telepon aku, nih,” ujar Calvin santai. Rosalina langsung mengerutkan keningnya lalu berkata, “Kayaknya dia panik, deh. Makanya dia telepon kamu untuk cari bantuan.”Johan memang sedang panik dan ketakutan saat ini. Dia dan istrinya saling terikat satu sama lain. Walaupun istrinya adalah
Tidak … baku tembak tidak mungkin karena Odelina dan yang lain tidak memiliki senjata api, kecuali jika dia terlibat baku tembak dengan polisi. Mungkinkah rencana mereka terbongkar, dan Odelina melaporkannya ke pihak kepolisian?Patricia coba menghubungi Dikta sekali lagi, dan kali ini akhirnya Dikta mengangkatnya.“Dikta, ada apa?” tanya Patricia.“Nggak ada apa-apa, Bu Patricia,” jawab Dikta.“Terus kenapa tadi aku telepon nggak diangkat? Kenapa nggak berjalan sesuai rencana kita?” Patricia masih tidak memercayai alasan Dikta dan terus menanyaianya.Dikta pun menjelaskan situasinya, “Tadi aku lagi menyuruh yang lain untuk mundur, jadi nggak sempat mengangkat telepon. Mereka sepertinya sudah mengetahui rencana kita dan menyusun taktik untuk membalas. Kalau kita tetap melancarkan rencana awal, nggak cuma gagal, tapi kita akan berada di posisi yang nggak menguntungkan kalau sampai termakan oleh taktik mereka.”“Maksud kamu, mereka juga menaruh anak buah di pemakaman dan lagi menunggu ki
Setya dan Yuna tidak mungkin mengeluarkan bukti bahwa Patricia yang membunuh kakaknya di saat dan di tempat seperti ini. Tujuan mereka datang ke sini bukan cuma untuk mencari keadilan untuk keluarga, tetapi juga membuat semua penduduk di Cianter seperti apa wajah asli Patricia agar reputasinya hancur.Sekarang hanya dengan orang yang sedikit, mereka belum bisa membuat perubahan. Mereka juga harus mengambil antisipasi apabila Patricia berusaha untuk menghancurkan bukti-bukti tersebut.Yuna bersama dengan suaminya membantu Setya berdiri. Kemudian Yuna berkata kepada Patricia dengan nada agresif, “Tenang saja, kami punya semua bukti apa saja yang sudah kamu lakukan di masa lalu. Kami juga punya saksi yang akan memperkuat bukti kalau kamu bersalah. Dokter Kellin, ayo kita ke hotel dulu. Odelina dan yang lain sudah menunggu kita untuk makan bersama.”Kellin mengiyakan anjuran Yuna untuk kembali ke hotel terlebih dahulu. Saat melewati Patricia, Setya berhenti sejenak dan menatapnya dengan ma
Dia hanya tahu di hatinya terdapat perasaan pahit yang sangat mendalam. Bagi Patricia, kakaknya selamanya tetaplah kakaknya.Tadi saat Setya melewati Patricia yang sedang mengejang di lantai pun, dia tidak sedikit pun meliriknya. Sebenarnya apa yang dimiliki Sofia sampai Setya begitu setia, sementara Patricia tidak pernah dianggap olehnya?Setya meluangkan waktu cukup lama untuk mengobrol dengan mendiang majikannya, setelah itu baru di kembali berdiri. Begitu turun dari pesawat, mereka semua langsung bergegas menuju ke pemakaman tanpa makan terlebih dahulu, jadi sekarang mereka semua kelaparan.“Bu Sofia, aku mau mengantar Bu Yuna makan dulu. Kami baru dari penerbangan selama berjam-jam dan langsung datang ke tempat ini. Kami kelaparan. Oh ya, Kellin juga datang. Bu Sofia mungkin nggak tahu siapa dia. Dia adalah muridku, tapi bukan yang aku terima secara resmi. Dia secara resmi adalah muridnya Dokter Panca, aku nggak mau merebut murid orang lain, jadi aku cuma kasih sedikit arahan di w
Kellin benar-benar memberikan obat sesuai urutan antrean. Setelah mendapatkan obat, para pengawal keluarga Gatara ragu-ragu, tidak tahu apakah mereka harus meminumnya atau tidak. Kellin berkata, "Kalian semua sudah terkena racun, apa lagi yang kalian takutkan dari obat ini? Ini adalah obat penawar. Setelah meminumnya, kalian bisa sedikit mengurangi mati rasa di tubuh kalian." "Bukankah kalian merasa kesemutan dan sangat nggak nyaman?" Para pengawal saling berpandangan. Setelah mereka berhenti kejang-kejang, memang masih terasa kesemutan di tubuh mereka. Namun, karena mereka kalah dalam keterampilan, mereka tidak berani berbuat apa pun terhadap Kellin. Terutama setelah mengetahui identitasnya. Ternyata, wanita muda ini adalah murid dari Dokter Panca dan juga menantu dari keluarga Junaidi. Mereka belum pernah mendengar tentang Dokter Panca, tetapi mereka tahu tentang Keluarga Junaidi. Saat insiden keluarga Lambana di Kota Dawan, Kellin juga ikut membantu di sana. Keluarga Junaid
Orang ini masih bisa disebut dokter? Lebih tepatnya disebut dokter racun. Kellin melihat bahwa mereka semua sudah tidak lagi kejang-kejang. Sebelum mereka bisa bangkit, dia buru-buru maju untuk mengambil kembali jarum-jarumnya. Jarum sekecil itu, hanya dengan sedikit racun, sudah bisa membuat mereka seperti orang yang terkena epilepsi. "Obat penawar!" Setelah Kellin mengambil kembali jarumnya dari tubuh Patricia, perempuan itu langsung menangkap pergelangan tangannya. Patricia menatapnya dengan marah, menggertakkan giginya, dan berkata, "Dokter Dharma, berikan aku obat penawar!" Rasa sakit dan rasa malu tadi terlalu menyiksa. Patricia tidak ingin mengalaminya lagi. Yang dia inginkan hanyalah segera meminum obat penawar dan menghilangkan racun dari tubuhnya. Kellin menepis tangannya dan berkata, "Antre di sana. Dari yang termuda sampai yang tertua. Kamu sudah setua ini, jadi antre di bagian paling belakang. Nggak ada yang boleh memotong antrean atau berbohong soal umur. Kal
Yuna bertanya pelan kepada Kellin, "Mereka nggak akan mati, 'kan?" Meskipun Patricia memang menyebalkan, tetapi membiarkannya mati begitu saja terlalu mudah untuknya. Dia harus dipermalukan habis-habisan, bahkan setelah mati pun masih harus dicaci maki orang. Kellin menjawab, "Sekitar sepuluh menit lagi, mereka akan pulih dengan sendirinya. Tapi mereka tetap perlu meminum obat penawar yang aku buat. Kalau nggak, racunnya akan tetap berdampak pada tubuh mereka." "Aku nggak akan membiarkan mereka mati. Aku nggak mau menanggung tuduhan sebagai pembunuh." Dia melirik Patricia dan orang-orangnya, lalu menambahkan, "Mereka nggak pantas untuk itu." Dia sangat puas dengan kehidupannya saat ini. Tidak ada alasan baginya untuk mengorbankan masa depannya demi orang-orang seperti mereka. Yuna mengangguk, "Baguslah, memang nggak pantas." Dia kemudian meletakkan bunga di depan makam ibunya. Setelah itu, bunga dan buah-buahan yang dibawa Patricia langsung dibuangnya ke samping. "Ma, ora
Kellin langsung menerjang ke depan. Beberapa pengawal yang tersisa melihat rekan-rekan mereka dengan mudah dijatuhkan oleh wanita muda ini. Mereka tadi juga menyaksikan kejadian itu, tetapi tidak melihat bagaimana dia bergerak. Tiba-tiba saja, rekan-rekan mereka sudah terkapar di tanah, tidak bisa bangun. Apakah wanita ini seorang ahli bela diri tingkat tinggi? Melihat Kellin menyerbu ke arah mereka, mereka tidak lagi memikirkan aturan pertarungan. Mereka semua maju sekaligus. Namun, sebelum mereka sempat mendekatinya, tiba-tiba mereka merasakan beberapa titik di tubuh mereka terasa sakit dan mati rasa. Dalam hitungan detik, mereka pun roboh ke tanah. Sama seperti rekan-rekan mereka sebelumnya, tubuh mereka bergetar hebat dan terus kejang-kejang. Kini, yang tersisa hanyalah Patricia dan dua pengawal pribadinya. Kellin pun tidak memberi Patricia kesempatan. Saat dua pengawal pribadinya berbalik dan hendak menyerang, dia segera melemparkan jarum beracunnya. Mereka pun tumbang sat
Saat Yuna dan rombongannya tiba, para pengawal Patricia segera mengulurkan tangan untuk menghalangi mereka. Wajah Yuna langsung berubah dingin, lalu membentak dengan suara tegas,"Kalian ini siapa? Nggak tahu siapa saya? Saya datang untuk menemui mama saya, berani-beraninya kalian menghalangi jalan saya! Menyingkir!" Para pengawal merasa sedikit gentar setelah dibentak seperti itu. Wanita di depan mereka ini adalah putri sulung dari kepala keluarga sebelumnya. Jika saja kepala keluarga sebelumnya tidak mengalami musibah, yang akan menduduki posisi kepala keluarga sekarang pasti adalah wanita anggun dan berwibawa ini. Meskipun usia Yuna hampir enam puluh tahun, dia merawat dirinya dengan sangat baik. Penampilannya masih seperti wanita berusia empat puluhan. Dia pernah mengendalikan Sanjaya Group dan merupakan sosok berpengaruh di dunia bisnis. Wibawanya sangat besar. Para pengawal merasa bahwa Yuna bahkan lebih menakutkan dibandingkan kepala keluarga mereka sendiri. Namun, mengi
Saat masih muda, dia mampu menjatuhkan penjaga makam. Namun kini, usianya sudah tua. Meskipun dulunya dia adalah seorang ahli, dia sudah tidak memiliki tenaga untuk menjatuhkan para penjaga makam ini lagi. "Aku ingin segera melihat kepala keluarga." Sudah puluhan tahun dia tidak kembali ke sini. "Selama puluhan tahun ini, keyakinan inilah yang membuatku bertahan." Setya berjalan dengan sedikit terengah-engah. Yuna dan suaminya khawatir dia kelelahan, jadi mereka berhenti sejenak untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Namun, Setya tidak mau beristirahat. Dia berkata, "Nggak jauh lagi, aku bahkan sudah bisa melihat para pengawal Patricia. Kita hanya perlu berjalan beberapa menit lagi." Dia memang merasa lelah, tetapi tidak ingin berhenti. Berhenti justru akan membuatnya makin lelah dan makin tidak ingin berjalan. Yuna memandang ke depan. Memang, dari sini mereka sudah bisa melihat para pengawal Patricia. Hari ini, Patricia keluar rumah dengan membawa sepuluh penga