“Selama barang dan hewan yang kamu suka masih dalam batas toleransiku, aku akan mengabulkannya. Nggak perlu berterima kasih denganku, aku nggak suka dengar kamu bilang begitu. Kalau memang mau mengucapkan terima kasih, tunjukkan padaku.”Olivia tertawa dan berkata, “Kamu nggak kurang apa pun, semua punyaku juga sudah jadi milikmu. Apa yang bisa aku kasih lagi?”Stefan suka mendengar kalimat tersebut.Tiba-tiba ponsel Olivia berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan menerima telepon tersebut dengan tidak sabar setelah melihat nama yang tertera di layarnya. Stefan sedang menebak siapa yang kira-kira menelepon dan bisa membuat Olivia begitu tidak sabar menerimanya.Apakah biasanya Olivia juga tidak sabar menerima teleponnya ketika dia menelepon?Stefan memang hobi cemburu tidak jelas. Lelaki itu gemar sekali membandingkan dirinya dengan orang-orang yang ada di sekitar Olivia. Stefan ingin menjadi orang paling penting di antara orang-orang yang dia bandingkan.“Nenek!” sapa Olivia yang tid
Olivia juga ikut tertawa dan berkata, “Nenek, Stefan sudah baik sekali denganku.”Semua ucapan neneknya sama dengan ucapan yang sering kakaknya sampaikan padanya. Sarah hanya terkekeh dari seberang telepon.“Kapan pulang?” tanya Stefan.“Nenek masih terbaring di rumah sakit, nggak bisa cepat pulang.”Stefan dan Olivia langsung bertanya, “Nenek kenapa?”Dari tadi neneknya tidak ada bilang kalau dia masuk rumah sakit. Suara neneknya terdengar semangat dan masih tertawa, Olivia dan Stefan tidak menyangka kalau Sarah ternyata di rumah sakit.“Nenek terkejut waktu mobil Tuan Muda Arahan dan jatuh terduduk. Tulang bokong Nenek sakit makanya dia antar Nenek ke rumah sakit. Bahkan dia bantu Nenek telepon Ricky karena Cuma dia keluarga satu-satunya di Kota Cianter.”“Nenek, Nenek nggak mau ganti cara lain? Nenek nggak muda dan kalau nggak bisa kendalikan diri waktu jatuh dan malah melukai tulang bokong bagaimana?”Dengan nada tidak bersalah Sarah berkata, “Nenek benar-benar jatuh karena terkeju
Rika mengenakan setelan kemeja yang membuatnya terlihat tampan. Perempuan itu sudah lama sekali menyamar menjadi laki-laki, bahkan dia sengaja membuat jakun palsu. Selain kerabat dekatnya, tidak ada orang yang tahu kalau dia adalah perempuan.Keluarga Arahan menjaga anaknya dengan sangat baik. Sebelum anak tersebut menginjak usia dewasa, dia tidak akan membiarkan dunia luar tahu tentang informasi mengenai anaknya. Mereka sengaja membuat Rika berubah menjadi lelaki dan memanggilnya Tuan Muda Arahan.Rika membawa cukup banyak makanan yang berhubungan dengan kesehatan di kedua tangannya. Dia meletakkan barang-barang tersebut di samping kasur Sarah. Melihat hanya perempuan tua itu seorang diri, dengan lembut dia bertanya, “Nenek, cucu Nenek ada di mana?”“Nenek baru terbangun dan nggak tahu Ricky ada di mana. Mungkin dia beli barang waktu lihat Nenek masih tidur. Ayo, kamu duduk dulu.”Melihat Sarah yang hendak duduk, Rika buru-buru menahannya dan berkata, “Nenek, sekarang Nenek masih belu
“Yang aku tahu, Nenek cukup bebas selama di Mambera. Nggak akan ada yang berani melarang Nenek ke mana pun,” ujar Rika.Cara tadi ampuh digunakan pada Olivia, tetapi justru tidak berfungsi pada diri Rika. Perempuan itu tidak bisa berinisiatif menawarkan diri untuk menemani dia yang jauh-jauh datang ke kota ini.Di waktu yang sama Ricky kembali. Dia memang pergi mengurus pekerjaan mumpung Neneknya sedang tertidur. Karena jam sudah menunjukkan siang hari, Ricky membawakan makan siang dari hotelnya untuk sang nenek.Dari kejauhan dia melihat di depan ruang rawat neneknya terdapat beberapa lelaki berpakaian hitam tengah berdiri. Lelaki itu langsung tahu kalau Rika sedang menjenguk neneknya. Dia menghela napas pasrah karena Ricky tahu bahwa sang nenek sedang menjodohkan dirinya.Dia merasa benar-benar tidak ada perasaan tertarik pada Tuan Muda Arahan itu. Dia melihat sosok Rika seperti melihat lelaki tampan. Tentu saja Ricky tidak akan jatuh hati pada lelaki. Para anak buahnya keluarga Arah
“Ricky, kamu cari kesempatan dan ajak dia makan. Makan di hotelnya kita saja.”“Nenek, memangnya aku harus ajak dia makan dengan alasan apa? Terima kasih karena sudah buat nenek aku masuk rumah sakit?”Sarah terdiam dan kemudian berkata, “Kamu yang sepintar itu nggak bisa memikirkan alasannya? Jangan pikir Nenek nggak tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Rika itu sangat baik dan sangat cocok denganmu. Mulutmu selalu bicara tanpa henti, sedangkan dia sangat pendiam. Kalian berdua kalau bersama nggak akan bisa merasa bosan.”“Nenek, aku melihat dia seperti melihat lelaki. Dia juga nggak mengakui kalau dia itu perempuan. Kalau Nenek mau jodohin kami, aku merasa sedang cari saudara laki-laki, bukan istri. Aku merasa aku nggak normal.”Sarah tertawa dan berkata, “Dia memang menyamar jadi lelaki dengan begitu mirip. Orang yang berpengalaman pasti bisa membedakan suaranya. Suaranya yang sengaja dibuat-buat sangat berbeda dengan suara bariton kalian yang memang alami. Dari suaranya bisa terdeng
“Seharusnya kalian bersyukur. Meski Nenek ikut mengkhawatirkan pernikahan kalian, Nenek nggak seperti teman nenek itu. Nenek hanya mencari pasangan yang cocok sesuai dengan karakter kalian. Setelah itu Nenek membiarkan kalian mencoba eksplor hubungan kalian. Menurut Nenek, Nenek cukup menghargai kalian.”“Papa mama kalian yang nggak tanggung jawab. Hanya bisa mengomeli kalian seadanya saja, tapi nggak ada yang benar-benar bergerak. Harus Nenek sendiri yang turun tangan. Sampai kalian hanya bisa mengumpati Nenek dari belakang.”Ricky buru-buru menjelaskan, “Nenek, kami nggak pernah mengumpati Nenek. Nenek paling pengertian dan kami semua suka dengan Nenek.”Kedua orang tua mereka hanya memaksa mereka dari ucapan saja, tidak ada yang pernah melakukannya secara nyata seperti sang nenek. Mereka membiarkan neneknya yang turun tangan karena kedua orang tuanya tahu para anak-anaknya ini sangat menghormati Nenek. Tidak akan ada yang bisa marah pada neneknya.Bahkan Stefan saja bisa takluk pada
Cherly memang terbiasa jalan-jalan setelah selesai makan. Yanti menoleh ke arah Daniel yang tengah berdiskusi dengan ketiga kakaknya mengenai harga saham akhir-akhir ini. Dia tidak menyadari percakapan ibunya dengan Cherly dan juga tidak tahu bahwa ibunya tengah mendelik ke arahnya.Kakak keduanya yang menyadari terlebih dahulu dan menyenggol lengan Daniel sambil berbisik, “Mama lagi lihatin kamu. Mungkin ada yang mau dia minta kamu lakukan.”Daniel menoleh dan bertanya sambil tersenyum, “Ma, kenapa?”“Cherly mau jalan-jalan, kamu temani dia dulu.”Yanti tidak berharap putranya bisa mengerti sehingga dia langsung terus terang saja. Daniel menoleh ke arah Cherly dan bertanya, “Kamu sudah tinggal di rumahku beberapa waktu dan seharusnya sudah mengenal tempat ini, bukan? Tempat seluas ini nggak akan membuatmu tersesat kalau jalan sendiri.”Wajah Yanti seketika berubah gelap. Dia ingin sekali mengambil sesuatu untuk melempar Daniel. Cherly tertawa dan berkata, “Aku nggak akan tersesat kala
Ketiga kakak lelaki Daniel tidak berani menjawab. Mereka khawatir jika membantu adiknya lagi, maka ibunya akan menyalahkan mereka yang telah terlalu memanjakan Daniel.Daniel menemani Cherly keluar dari rumah, keduanya berjalan santai di jalanan sekitar taman rumah. Akan tetapi langkah kaki lelaki itu sangat cepat sekali. Cherly yang mengenakan sepatu hak sedikit kewalahan mengikuti langkah lelaki itu.“Kak Daniel,” panggilnya sambil menarik tangan Daniel.“Kenapa?”Sikap Daniel pada Cherly tidak buruk dan tidak juga baik. Dia tidak benci dengan perempuan itu, tetapi hanya tidak ada perasaan lebih dengan Cherly. Dia juga tidak suka kekasih yang dipilih dan diatur langsung oleh keluarganya.“Kak Daniel lagi lomba lari sama aku?”Daniel menatapnya sambil berkata, “Bukannya bilang mau jalan? Kalau mau lomba lari juga nggak boleh dalam keadaan setelah makan begini. Nanti sakit perut.”“Kak Daniel, jangan pura-pura bodoh. Di sana ada kursi, kita duduk sambil ngobrol sebentar.”Daniel ingin
“Nenek yang pilih dia sebagai calon istriku. Lagi pula aku nggak seperti Kak Samuel, ada perempuan lain yang dia sukai. Yohanna pasti akan jadi istriku. Tentu saja aku akan lindungi dia. Nenek pilihkan istri yang pandai makan untukku karena aku suka masak. Istriku suka makan, jadi sangat cocok, kan? Kalau nggak ada yang bisa bantu cari kekurangan dari masakanku, gimana aku bisa maju?” kata Ronny.Stefan tertawa pelan. “Masuk akal juga. Nenek mungkin juga berpikir seperti itu. Makanya dia carikan perempuan yang sangat pilih-pilih makanan untukmu. Dia dinas ke luar kota tapi bawa kamu. Itu artinya dia cukup percaya padamu. Jaga dia baik-baik. Biar dia lihat kebaikanmu. Nanti kamu bisa dekati dia dengan lebih mulus.”“Aku hanya urus makanannya tiga kali sehari. Yang lain nggak perlu aku urus. Nggak perlu buru-buru. Baru kenal beberapa hari. Aku bahkan belum merasakan apa-apa.”Ronny tidak jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yohanna. Dia hanya tahu kalau neneknya telah memilih Yohann
Ronny kembali ke kamar yang dia tempati, dua pengawal pria sedang satu mandi, satu lagi sedang menonton TV. Ronny hanya menyapa mereka, kemudian masuk ke kamarnya sendiri. Setibanya di Doha, dia tidak perlu lagi berada di sisi Yohanna, jadi kamarnya sudah selesai dibereskan. Lelaki itu hanya perlu menunggu untuk mandi. Melihat waktu sudah tengah malam, Ronny mengirim pesan di grup keluarga, "Saudara-saudara, ada yang belum tidur? Temani aku mengobrol sebentar." Tidak lama kemudian, kakaknya, Stefan, merespon di grup, "Kalau mau ngobrol, personal saja, jangan di grup, nanti mengganggu istirahat para orang tua dan kakak iparmu." Olivia biasanya tidur sekitar jam 10 malam. Ronny pun mengirim pesan pribadi kepada kakaknya. Dia mengirim pesan suara, karena tahu kakaknya tidak suka mengetik, dia merasa mengetik terlalu lama. "Kakak, masih belum tidur? Masih ada pertemuan sampai semalam ini?" Ronny bertanya dengan perhatian. "Kamu juga belum tidur? Menunggu untuk masak buat majikanm
Meskipun hanya makanan ringan yang sederhana, tampilannya saja sudah cukup menggugah selera. Yohanna belum makan malam, hanya memakan beberapa camilan sebagai pengganjal perut, jadi saat ini dia sudah merasa lapar."Apakah kamu sudah makan?" Yohanna bertanya kepada Ronny sambil makan.Meskipun Ronny adalah kokinya, karena dia tahu lelaki itu ada usaha sendiri juga, sehingga Yohanna sedikit menghargai Ronny. Dia merasa lelaki itu sudah cukup sukses dalam kariernya, dan masih terus belajar. Demi masakan, dia bahkan rela menurunkan jabatannya sebagai bos dan datang jauh-jauh untuk menjadi kokinya. Selain itu, dia juga bisa cepat beradaptasi dengan peran koki, dan selalu sopan terhadap dirinya. Yohanna bisa mengatakan bahwa Ronny pasti akan lebih sukses di masa depan. Potensi pria ini tidak terduga. Itulah sebabnya dia sering menggoda adiknya, bahwa jika adiknya benar-benar menyukai Ronny, dia akan senang untuk menjodohkan mereka. Ronny benar-benar sangat luar biasa dan tampan. Bersam
Orang-orang Rosalina belum tentu orang suruhannya keluarga Adhitama, tetapi jika mereka benar-benar menyentuh anak buah Rosalina, maka dugaan perempuan itu akan terbukti. Karena saat ini, Giselle tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi orang-orang yang diatur oleh Rosalina.Giselle berkata, "Baiklah, kalau begitu setelah kalian mengalihkan perhatian mereka, datanglah menjemputku."Dengan sangat terpaksa, perempuan itu berpura-pura lupa membawa dompet, lalu berbalik masuk ke dalam. Dia menunggu pemberitahuan dari pengawal bahwa dia bisa pergi, baru kemudian dia akan pergi.Dua mobil melaju memasuki tempat parkir Hotel Doha di malam hari. Tidak lama kemudian, sekelompok orang naik lift langsung ke lantai atas. Sampai di lantai atas, pintu lift terbuka, Yohanna keluar dari lift dikelilingi oleh para pengawal. Dua pengawal wanita mengikuti di belakangnya.Saat hampir sampai di depan pintu kamar, dua pengawal pria berhenti, sementara dua pengawal wanita menemani Yohanna hingga ke depan pi
Menurut Jordan, orang tua mereka sebenarnya paling menyayangi Giselle. Namun, mereka memindahkan semua harta keluarga atas namanya setelah dia menceritakan kebiasaan boros perempuan itu dan bagaimana kedua bibi mereka mengincar Giselle untuk dimanfaatkan. Orang tua mereka hanya ingin melindungi harta keluarga agar tidak habis sia-sia. “Kak Giselle sekarang hanya masih mau berhubungan denganmu sebagai adik. Kalau kamu terus menyebut-nyebut mereka di depanku, terus-menerus menguliahi aku, atau selalu bertengkar denganku, aku mungkin bahkan nggak akan mau berhubungan lagi denganmu. Aku sudah berada di posisi terburuk saat ini,” kata Giselle. Dia sekarang sudah menjalin hubungan dengan Lota dan punya banyak uang untuk dihabiskan. Selama dia melakukan pekerjaannya dengan baik untuk lelaki tua itu, meski suatu saat nanti Lota tidak lagi mendukungnya, dia sudah menyimpan cukup banyak uang. Keluarga seperti ini, kalau pun tidak ada hubungan lagi, dia tidak peduli. Jordan merasa Kakak
"Aku sudah kirim uang ke kamu, Kakak harus gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi dan memulihkan tubuh," ujar Jordan, yang masih merasa kasihan pada Kakak Keduanya. Namun, dia tidak bisa memberikan terlalu banyak uang. Kakaknya ini terlalu boros, dan kurang bijak serta mudah dipengaruhi oleh kedua bibinya. Dia hanya bisa mengontrol pengeluaran kakaknya dengan tidak memberikan uang terlalu banyak, meskipun kakaknya memarahinya, dia tetap tidak akan memberikan lebih. Orang tua mereka juga sudah berpesan agar tidak memberikan terlalu banyak uang pada Kakak Kedua. Mereka lebih memahami sifat Kakak Kedua dibandingkan dirinya. "Aku tahu, aku ini juga sayang pada tubuhku sendiri," jawab Giselle dengan nada tidak sabar. "Kalau begitu, traktir aku makan enak." "Kakak mau makan di mana?" tanya Jordan. "Kamu ini adik ipar dari keluarga Adhitama. Ajak aku makan di Mambera Hotel, apa mereka akan membebaskan biaya untukmu?" Jordan menjawab, "Aku nggaj nay minta sama Kak Calvin. Ka
Mengatakan bahwa dia bukan orang baik, apakah mereka adalah orang baik? Kalau Rosalina orang baik, dia seharusnya berbesar hati, tidak mempermasalahkan masa lalu, dan memberikan semua warisan orang tua kepada dia. Barulah itu disebut orang baik. "Kak Giselle, aku nggak bermaksud seperti itu, aku nggak pernah berpikir begitu. Dalam hatiku, Kakak dan Kak Rosalina sama-sama saudaraku. Aku hanya merasa Kak Giselle sekarang harus belajar mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri, memahami situasi dan bertindak sesuai kondisi." "Kita nggak bisa terus hidup di bawah perlindungan orang tua. Sekarang Papa dan Mama nggak bisa membantu kita lagi, kita harus bergantung pada diri sendiri." "Kak Rosalina juga nggak seburuk yang Kakak pikirkan. Kalau dia benar-benar kejam, Kakak nggak akan bisa duduk di sini memakinya." "Kak Rosalina juga nggak merebut harta kita. Dia hanya mengambil kembali warisan yang ditinggalkan oleh Paman untuknya. Menurut hukum, harta yang atas nama Ibu juga harus dib
Giselle menepuk-nepuk wajahnya dan berkata, "Aku bahkan nggak pakai riasan, oh, sekarang aku bahkan nggak punya uang untuk beli kosmetik." Dia masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan meskipun pengasuh bulanan membuatkan makanan bergizi setiap hari, tubuhnya belum sepenuhnya pulih dalam waktu beberapa hari ini. Jordan memandangi kakaknya beberapa saat, lalu berkata, "Kak Giselle masih muda, baru berusia dua puluhan. Meski tanpa kosmetik, Kakak sudah cantik alami." Adiknya ini sepertinya memang tipikal laki-laki polos. Sebagus apa pun dia masih muda, dia tetap butuh kosmetik dan produk perawatan kulit. Dulu, saat orang tua mereka masih ada, semua produk perawatan kulit yang dia gunakan adalah merek paling mahal. Jika sehari saja tidak memakainya, dia merasa tidak nyaman. "Kak Giselle, sudah makan belum?" tanya Jordan. "Belum. Aku mana punya uang untuk makan? Lebih baik aku mati kelaparan saja, aku sudah nggak lagi dimanjakan oleh Papa dan Mama, dan adikku juga lebih m
Ketika liburan musim panas tahun depan tiba, Jordan berencana mengikuti ujian SIM. Saat ini, setiap kali dia keluar rumah, dia hanya bisa naik taksi atau meminta sopir keluarga untuk mengantarnya. Rosalina mengatur agar sopir keluarga mengantar adiknya menemui Giselle. Setelah sopir membawa Jordan pergi, Rosalina juga diam-diam mengirim orang untuk mengikuti adiknya. Tujuannya adalah untuk mencari tahu di mana sebenarnya Giselle tinggal sekarang.Dia tidak percaya begitu saja saat Giselle mengatakan bahwa dia tidak memiliki tempat tinggal tetap. Jika keadaannya benar-benar separah itu, Giselle pasti sudah datang untuk membuat keributan. Bahkan jika Giselle tidak berada di Mambera, dengan temperamennya, dia pasti sudah datang ke Vila Permai untuk membuat masalah. Tidak mungkin dia diam saja seperti sekarang. Sekitar setengah jam kemudian, Jordan sudah tiba di kafe tempat Jordan dan Giselle berjanjian. Saat turun dari mobil, Jordan berkata kepada sopir, "Nanti aku akan pulang send