Atas permintaan Johan, Sinta pun menyiapkan hadiah mahal dengan enggan. Kemudian, dia mengantar suaminya keluar.Setelah Johan pergi, Sinta bergumam, “Hanya seorang gadis kampung. Memangnya Stefan akan mencintai dia selamanya? Sekarang mah masih pengantin baru. Kalau sudah hilang rasa sayang, aku mau lihat apakah dia masih bisa jadi istri Tuan Muda Adhitama.”Setengah jam kemudian, Stefan menerima telepon internal. Sekretarisnya, Shelvi, memberi tahu Stefan kalau Johan ingin bertemu dengannya.Tanpa perlu ditanya Stefan juga tahu tujuan kunjungan Johan. Dia bahkan belum mencari perhitungan dengan Johan, tapi Johan sudah datang lebih dulu.“Biarkan dia masuk.”Stefan memberikan tanggapan yang dingin kepada sekretarisnya. Setelah menutup telepon, Shelvi pun memberi tahu orang di bawah.Di ruang tunggu VIP di lantai pertama gedung perkantoran, Johan sedang menunggu dalam diam. Akan tetapi, hatinya sedikit gusar. Begitu mendengar suara langkah kaki, dia menenangkan hatinya dan berpura-pura
Johan sudah lama mendengar kalau Stefan orang yang dingin, sulit diajak bergaul. Sulit diajak bergaul atau tidak, Johan tidak berani membuat kesimpulan. Namun, sifat Stefan yang dingin adalah fakta.Johan sudah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun. Setelah dia mengambil alih Siahaan Group, berkat kerja kerasnya selama lebih dari sepuluh tahun, Siahaan Group berubah dari perusahaan kecil menjadi perusahaan besar dengan aset lebih dari dua triliun.Meskipun bisnis Siahaan Group berada di luar kota, Johan masih termasuk orang yang terkenal dan memiliki koneksi di Kota Mambera.“Pak Stefan, aku datang mewakili putri dan istriku meminta maaf pada Pak Stefan,” jelas Johan sambil tersenyum.Stefan berkata dengan dingin, “Aku bahkan belum pernah bertemu istri dan anak Pak Johan.”“Begini, Pak Stefan. Ada kesalahpahaman dan konflik antara istri dan anakku dengan istri Pak Johan. Aku sudah marahi mereka. Karena anakku sedang demam dan istriku harus jaga dia, jadi aku wakili mereka
Stefan juga tidak berbicara. Dia hanya menatap Johan dengan dingin. Tatapannya membuat Johan merasa seperti sedang duduk di atas karpet berduri.“Pak Johan datang ke sini untuk minta maaf, kan?” Calvin tahu mengharapkan kakaknya untuk berkata lebih banyak adalah hal yang mustahil. Oleh karena itu, dia mengambil inisiatif untuk memecah keheningan singkat di dalam kantor.Johan bergegas menganggukkan kepala.“Kakak iparku orang yang berlapang dada. Biasanya dia nggak akan perhitungan dengan hal-hal seperti itu. Tapi kakak iparku sangat mementingkan persahabatan.”Johan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah dengar kalau Bu Olivia orang yang loyal.”“Baguslah kalau Pak Johan sudah dengar. Oke, kalau nggak ada hal lain, Pak Johan silakan kembali.”Tidak perlu berakting lagi di sini. Lagi pula, Adhitama Group dan Siahaan Group tidak memiliki hubungan bisnis.Dari tadi Johan sudah ingin pergi, tapi dia merasa tidak enak hati. Hanya Langit yang tahu betapa gelisahnya dia ketika Stefan menatapny
Rasanya matahari baru saja terbit, tapi sudah mau terbenam lagi. Tanpa disadari, siang sudah berganti malam.Pada hari Sabtu, Olivia bangun pagi. Setelah dia selesai menyiapkan sarapan, Stefan baru bangun.“Kenapa nggak tunggu aku bangun dan buat sarapan?”Stefan berjalan ke belakang Olivia dan memeluknya dari belakang. Dia menyukai hari-hari ketika dia bisa melihat Olivia begitu bangun dari tidurnya. Meski hari-harinya terasa biasa saja, Stefan tetap merasa sangat bahagia. Setelah mengalami pertengkaran, perang dingin dan kesalahpahaman, Stefan lebih menghargai semua yang dia miliki sekarang.“Aku tidur sampai bangun dengan sendirinya. Kamu masih belum bangun. Nggak perlu bangunkan kamu untuk siapkan sarapan. Siapa yang masak sama saja, kok.”Olivia memutar tubuhnya dalam pelukan Stefan. Dia mendongakkan kepala dan menatap suaminya dengan penuh kasih sayang di matanya. Bibirnya melengkung membentuk seulas senyum di sana. Kemudian, dia berkata, “Selamat pagi, suamiku.”Stefan menempelk
Olivia dan Odelina membawa Yuna dan yang lainnya kembali ke kampung halaman mereka. Di sisi lain, Adi membawa anak dan dua cucunya pergi ke SMP Negeri Kota Mambera. Mereka ingin membicarakan masalah uang lagi dengan Olivia.Adi tidak percaya setelah ribut berhari-hari, keluarga Adhitama bisa tetap bersikap acuh tak acuh. Mungkin saja, Olivia sedang berada di bawah tekanan besar sekarang.Siapa sangka begitu mereka tiba di SMP Negeri Kota Mambera, mereka mendapati toko buku Olivia tidak buka.“Kenapa nggak buka? Bagaimana mau buka toko? Sudah jam delapan masih belum buka juga.”Adi turun dari mobil dan mendapati toko buku masih tutup. Dia spontan menekuk wajah tuanya lalu mengomel, memarahi Olivia tidak bisa berbisnis.Yoga melihat toko-toko di sekitarnya dan berkata pada kakeknya, “Kakek, hari ini hari Sabtu, sekolah lagi libur. Toko-toko sekitar sini semua menjual keperluan anak sekolah. Kalau sekolah lagi libur, mereka buka atau nggak tetap saja sepi.”“Biasanya bocah tengik itu teta
“Lupakan saja. Ayo kita pergi cari Odelina. Dia mau buka toko apa?”“Toko sarapan.”“Oh, iya, toko sarapan. Ayo kita ke sana untuk sarapan gratis.”Setelah mengetahui Odelina akan membuka toko, Adi pun memarahi Odelina. Adi memarahi Odelina karena telah menerima banyak uang setelah bercerai dengan suaminya, tapi tetap tidak mau meminjamkan dua miliar kepada cucunya. Usai memarahi Odelina, Adi pun memarahi putra ketiga yang telah meninggal. Adi memarahi putranya karena melahirkan dua anak perempuan yang tidak berbakti, hanya tahu membuatnya marah.Adi berbalik dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia mendesak cucunya untuk pergi dan sarapan gratis di toko Odelina. Mulai sekarang, asalkan mereka datang ke kota, mereka bisa pergi ke toko Odelina untuk sarapan. Mereka tidak bayar, Odelina juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka satu keluarga.Adi membawa anak cucunya ke toko sarapan Odelina. Namun, lagi-lagi mereka mendapati toko sedang tutup.Begitu melihat pintu toko saja tidak buka, Adi t
“Olivia sudah jadi istri orang terkaya. Dia masih mau pulang untuk rebut rumah? Keterlaluan banget, deh.”Ada orang yang merasa Olivia seharusnya tidak kembali untuk memperebutkan rumah. Sesaat kemudian, ada orang yang memarahi orang itu, “Hanya karena kakek neneknya memperlakukan mereka seperti itu dulu, dia harus kembali untuk rebut kembali. Kenapa mereka berdua harus biarkan Bobby tempati rumah itu?”“Bukannya Bobby jadi anak angkat Rocky?”Rocky adalah ayah Olivia. Hanya mereka yang lebih tua dari Rocky atau seumuran Rocky yang masih mengingat namanya. Mereka yang lebih muda tidak tahu siapa Rocky. Mereka bahkan tidak mengenal Odelina dan Olivia.Alasan utamanya karena keluarga Hermanus benar-benar keterlaluan. Mereka tidak mengizinkan Odelina dan Olivia kembali ke desa. Mereka juga memindahkan kuburan Rocky dan istrinya tanpa memberi tahu Odelina dan Olivia.Terakhir kali Olivia kembali ke desa, orang-orang dari keluarga Hermanus masih belum kembali ke desa. Oleh karena itu, dia b
Setelah mendengar pertanyaan retoris dari Puspa, mereka yang memiliki anak laki-laki langsung terdiam.“Di desa, harta keluarga pasti diwariskan ke anak laki-laki. Anak laki-laki yang bertanggung jawab rawat orang tua. Itu sudah jadi aturan nggak tertulis. Aku tahu, tapi orang tuaku nggak punya anak laki-laki. Mereka hanya punya aku dan dan kakakku. Harta peninggalan orang tuaku harus diwariskan ke aku dan kakakku,” tukas Olivia.“Dari mana Nenek dapatkan anak laki-laki untuk orang tuaku? Waktu papa dan mama aku meninggal, apa dia ikut berkabung? Jadi anak angkat sama saja dengan diadopsi. Apakah orang tuaku jalani prosedur untuk adopsi dia?”“Kartu keluargaku selalu berada di tangan kakakku. Aku sudah lihat berulang kali, tapi aku nggak lihat ada penambahan nama di daftar kartu keluargaku.”Olivia menanggapi kata-kata neneknya dengan suara keras. Semua orang cepat-cepat memberi jalan ketika mereka melihat Olivia berjalan berdampingan dengan Stefan dan dikawal oleh beberapa pria berbaj
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R