Johan sudah lama mendengar kalau Stefan orang yang dingin, sulit diajak bergaul. Sulit diajak bergaul atau tidak, Johan tidak berani membuat kesimpulan. Namun, sifat Stefan yang dingin adalah fakta.Johan sudah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun. Setelah dia mengambil alih Siahaan Group, berkat kerja kerasnya selama lebih dari sepuluh tahun, Siahaan Group berubah dari perusahaan kecil menjadi perusahaan besar dengan aset lebih dari dua triliun.Meskipun bisnis Siahaan Group berada di luar kota, Johan masih termasuk orang yang terkenal dan memiliki koneksi di Kota Mambera.“Pak Stefan, aku datang mewakili putri dan istriku meminta maaf pada Pak Stefan,” jelas Johan sambil tersenyum.Stefan berkata dengan dingin, “Aku bahkan belum pernah bertemu istri dan anak Pak Johan.”“Begini, Pak Stefan. Ada kesalahpahaman dan konflik antara istri dan anakku dengan istri Pak Johan. Aku sudah marahi mereka. Karena anakku sedang demam dan istriku harus jaga dia, jadi aku wakili mereka
Stefan juga tidak berbicara. Dia hanya menatap Johan dengan dingin. Tatapannya membuat Johan merasa seperti sedang duduk di atas karpet berduri.“Pak Johan datang ke sini untuk minta maaf, kan?” Calvin tahu mengharapkan kakaknya untuk berkata lebih banyak adalah hal yang mustahil. Oleh karena itu, dia mengambil inisiatif untuk memecah keheningan singkat di dalam kantor.Johan bergegas menganggukkan kepala.“Kakak iparku orang yang berlapang dada. Biasanya dia nggak akan perhitungan dengan hal-hal seperti itu. Tapi kakak iparku sangat mementingkan persahabatan.”Johan berkata sambil tersenyum, “Aku sudah dengar kalau Bu Olivia orang yang loyal.”“Baguslah kalau Pak Johan sudah dengar. Oke, kalau nggak ada hal lain, Pak Johan silakan kembali.”Tidak perlu berakting lagi di sini. Lagi pula, Adhitama Group dan Siahaan Group tidak memiliki hubungan bisnis.Dari tadi Johan sudah ingin pergi, tapi dia merasa tidak enak hati. Hanya Langit yang tahu betapa gelisahnya dia ketika Stefan menatapny
Rasanya matahari baru saja terbit, tapi sudah mau terbenam lagi. Tanpa disadari, siang sudah berganti malam.Pada hari Sabtu, Olivia bangun pagi. Setelah dia selesai menyiapkan sarapan, Stefan baru bangun.“Kenapa nggak tunggu aku bangun dan buat sarapan?”Stefan berjalan ke belakang Olivia dan memeluknya dari belakang. Dia menyukai hari-hari ketika dia bisa melihat Olivia begitu bangun dari tidurnya. Meski hari-harinya terasa biasa saja, Stefan tetap merasa sangat bahagia. Setelah mengalami pertengkaran, perang dingin dan kesalahpahaman, Stefan lebih menghargai semua yang dia miliki sekarang.“Aku tidur sampai bangun dengan sendirinya. Kamu masih belum bangun. Nggak perlu bangunkan kamu untuk siapkan sarapan. Siapa yang masak sama saja, kok.”Olivia memutar tubuhnya dalam pelukan Stefan. Dia mendongakkan kepala dan menatap suaminya dengan penuh kasih sayang di matanya. Bibirnya melengkung membentuk seulas senyum di sana. Kemudian, dia berkata, “Selamat pagi, suamiku.”Stefan menempelk
Olivia dan Odelina membawa Yuna dan yang lainnya kembali ke kampung halaman mereka. Di sisi lain, Adi membawa anak dan dua cucunya pergi ke SMP Negeri Kota Mambera. Mereka ingin membicarakan masalah uang lagi dengan Olivia.Adi tidak percaya setelah ribut berhari-hari, keluarga Adhitama bisa tetap bersikap acuh tak acuh. Mungkin saja, Olivia sedang berada di bawah tekanan besar sekarang.Siapa sangka begitu mereka tiba di SMP Negeri Kota Mambera, mereka mendapati toko buku Olivia tidak buka.“Kenapa nggak buka? Bagaimana mau buka toko? Sudah jam delapan masih belum buka juga.”Adi turun dari mobil dan mendapati toko buku masih tutup. Dia spontan menekuk wajah tuanya lalu mengomel, memarahi Olivia tidak bisa berbisnis.Yoga melihat toko-toko di sekitarnya dan berkata pada kakeknya, “Kakek, hari ini hari Sabtu, sekolah lagi libur. Toko-toko sekitar sini semua menjual keperluan anak sekolah. Kalau sekolah lagi libur, mereka buka atau nggak tetap saja sepi.”“Biasanya bocah tengik itu teta
“Lupakan saja. Ayo kita pergi cari Odelina. Dia mau buka toko apa?”“Toko sarapan.”“Oh, iya, toko sarapan. Ayo kita ke sana untuk sarapan gratis.”Setelah mengetahui Odelina akan membuka toko, Adi pun memarahi Odelina. Adi memarahi Odelina karena telah menerima banyak uang setelah bercerai dengan suaminya, tapi tetap tidak mau meminjamkan dua miliar kepada cucunya. Usai memarahi Odelina, Adi pun memarahi putra ketiga yang telah meninggal. Adi memarahi putranya karena melahirkan dua anak perempuan yang tidak berbakti, hanya tahu membuatnya marah.Adi berbalik dan kembali ke mobil. Setelah itu, dia mendesak cucunya untuk pergi dan sarapan gratis di toko Odelina. Mulai sekarang, asalkan mereka datang ke kota, mereka bisa pergi ke toko Odelina untuk sarapan. Mereka tidak bayar, Odelina juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka satu keluarga.Adi membawa anak cucunya ke toko sarapan Odelina. Namun, lagi-lagi mereka mendapati toko sedang tutup.Begitu melihat pintu toko saja tidak buka, Adi t
“Olivia sudah jadi istri orang terkaya. Dia masih mau pulang untuk rebut rumah? Keterlaluan banget, deh.”Ada orang yang merasa Olivia seharusnya tidak kembali untuk memperebutkan rumah. Sesaat kemudian, ada orang yang memarahi orang itu, “Hanya karena kakek neneknya memperlakukan mereka seperti itu dulu, dia harus kembali untuk rebut kembali. Kenapa mereka berdua harus biarkan Bobby tempati rumah itu?”“Bukannya Bobby jadi anak angkat Rocky?”Rocky adalah ayah Olivia. Hanya mereka yang lebih tua dari Rocky atau seumuran Rocky yang masih mengingat namanya. Mereka yang lebih muda tidak tahu siapa Rocky. Mereka bahkan tidak mengenal Odelina dan Olivia.Alasan utamanya karena keluarga Hermanus benar-benar keterlaluan. Mereka tidak mengizinkan Odelina dan Olivia kembali ke desa. Mereka juga memindahkan kuburan Rocky dan istrinya tanpa memberi tahu Odelina dan Olivia.Terakhir kali Olivia kembali ke desa, orang-orang dari keluarga Hermanus masih belum kembali ke desa. Oleh karena itu, dia b
Setelah mendengar pertanyaan retoris dari Puspa, mereka yang memiliki anak laki-laki langsung terdiam.“Di desa, harta keluarga pasti diwariskan ke anak laki-laki. Anak laki-laki yang bertanggung jawab rawat orang tua. Itu sudah jadi aturan nggak tertulis. Aku tahu, tapi orang tuaku nggak punya anak laki-laki. Mereka hanya punya aku dan dan kakakku. Harta peninggalan orang tuaku harus diwariskan ke aku dan kakakku,” tukas Olivia.“Dari mana Nenek dapatkan anak laki-laki untuk orang tuaku? Waktu papa dan mama aku meninggal, apa dia ikut berkabung? Jadi anak angkat sama saja dengan diadopsi. Apakah orang tuaku jalani prosedur untuk adopsi dia?”“Kartu keluargaku selalu berada di tangan kakakku. Aku sudah lihat berulang kali, tapi aku nggak lihat ada penambahan nama di daftar kartu keluargaku.”Olivia menanggapi kata-kata neneknya dengan suara keras. Semua orang cepat-cepat memberi jalan ketika mereka melihat Olivia berjalan berdampingan dengan Stefan dan dikawal oleh beberapa pria berbaj
“Olivia, Odelina, pas sekali kalian kembali. Apa maksud kalian? Asal kalian tahu saja. Sejak kalian pergi dari rumah dan desa ini, rumah dan ladang ini jadi milik kami. Rumah ini anakku tinggalkan untuk kami berdua. Jadi rumah ini milik kami berdua. Kami mau kasih ke siapa terserah kami. Tapi kami kasih ke siapa pun juga nggak akan kasih ke kalian.”Hati nurani Puspa merasa sedikit bersalah ketika dia melihat Olivia dan Odelina membawa begitu banyak orang datang ke sini. Pada saat dia terbaring di rumah sakit, dia sudah mendengar kehebatan Olivia. Sekarang dia juga sudah tahu kalau Olivia menikah dengan pria kaya raya.Sedikit banyak Puspa merasa bersalah. Bagaimanapun, mereka boleh dibilang mengambil rumah orang tua Olivia secara paksa. Pada saat itu, mereka memanfaatkan kesempatan di mana Odelina dan Olivia masih di bawah umur. Keduanya tidak memiliki kemampuan. Oleh karena itu, mereka mengusir keduanya dari rumah.Olivia sepertinya baru berusia 12 tahun ketika diusir dari rumah. Set