Suara Salma di ponsel terdengar ramah, tetapi tidak sulit untuk mendengar sedikit kesedihan dalam nada suaranya yang dibuat-buat. “Chelsea, di mana kamu?”Dalam hatiku, aku tahu bahwa kalau tidak ada yang salah, Salma tidak akan meneleponku, dan dia masih bersikap lembut, tetapi aku tidak boleh berlaku macam-macam dengan dia yang sedang bersikap baik. Kalau aku terlalu agresif, itu akan menjadi kesalahanku. Bagaimanapun, dia tetapi ibu mertua sahku.Aku menarik napas dalam-dalam dan menjawabnya, “Ada apa? Katakan saja padaku.”Dia berkata dengan nada canggung. “Daffa sudah siuman dan berkata kalau dia sudah lama tidak bertemu denganmu. Kapan kamu punya waktu untuk menjenguknya?”Merindukan ku?Kenapa rasanya seperti ada yang janggal?Sampai hari ini, keberadaanku seperti duri dalam tubuh Salma, seseorang yang tidak ada untungnya bagi Keluarga Hans. Apa gunanya dia ingin bertemu denganku?Aku hendak menolak, tetapi Salma tampaknya sudah menebak apa yang kupikirkan dan melanjutkan kata-k
Tanganku yang menggantung di samping tubuhku mengerut dan tiba-tiba perut bagian bawahku terasa sedikit nyeri.“Chelsea, kamu kaget tidak? Apakah kamu terkejut? Bagaimana mungkin kakakku mengabaikanku?”Suara Ayana yang angkuh terdengar bagaikan suara setan, membuat tubuhku menjauh dan merasa sangat tidak nyaman, tetapi kedua orang tertua di Keluarga Hans menatapku dari kejauhan dengan tatapan mata yang ramah, membuatku tertegun sejenak.Baru setelah rasa sakitnya, yang tidak ringan maupun berat, berlalu, Salma mengangkat tangannya untuk mendorong Ayana menjauh dan sambil tersenyum, dia meletakkan bunga-bunga itu dalam vas di meja samping tempat tidur Daffa, tanpa melihatnya lagi.Seolah-olah sudah disepakati sebelumnya, Salma dan Ayana saling memandang dan berjalan keluar bersama. Untuk sesaat, hanya Daffa dan aku yang tersisa di ruangan.Kepala tempat tidurnya agak tertekuk dan dia bersandar, lalu perlahan mengangkat tangannya, mencoba melepaskan masker oksigen, dan berbicara padaku,
Daffa menekankan arti kata “tidak berperasaan” dengan sangat kuat dan tetesan air mata jatuh dari matanya yang kering.Dia berkata, “Chelsea, aku masih sangat menyukaimu dan aku merasa sangat kasihan padamu.”“Namun, kamu tidak bisa punya anak …”Telapak tanganku tanpa sadar menutupi perut bagian bawahku dan aku seakan tidak tahu apa yang ada di dalam perutku.Sebuah kehidupan yang tidak diharapkan oleh siapa pun datang dengan tenang.Pada saat ini, keinginanku untuk melahirkan anak ini melunjak.Meskipun seluruh dunia tidak tahu kamu ada, ibu tetap mencintaimu.Aku ingat apa yang dikatakan dokter padaku setelah pemeriksaan fisikku hari ini.Dia berkata bahwa semua hal tentang kesehatanku baik-baik saja, kecuali kadar hormon progesteronku yang sangat rendah.Namun, dokter meresepkanku obat.Aku bersumpah, kalau bayiku lahir ke dunia ini dengan selamat, aku akan menyalakan kembang api terindah untuk merayakan kedatangannya dengan hangat.“Kamu masih muda. Kalau kamu mendapatkan perawata
Daffa terkekeh. “Kamu meremehkan tekad seorang pria untuk mendapatkan sesuatu. Kalau dia ingin berkeluarga, dia tentu akan mencoba segala cara untuk mendapatkannya.”Aku merasa sedikit kecewa dan hal itu memang perlu disayangkan.Karena aku bukanlah istri yang Gavin usahakan dengan segala cara untuk didapatkan, tetapi dialah yang aku dapatkan dengan menggunakan perencanaan yang matang dan dengan upaya mendekatinya secara perlahan.Daffa mengambil masker oksigen dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Dia menyipitkan matanya seolah-olah sedang menghisap opium dan berkata dengan suara serak, “Tapi jangan khawatir, aku akan mengganti rugi dan memastikan bahwa aku memenuhi kebutuhanmu seumur hidup meskipun kamu menghabiskan banyak uang. Dengan begitu, kamu akan dirasa layak oleh orang tuamu yang sudah meninggal.”Keluarga, cinta, dan tanggung jawab seakan-akan hanya komoditas yang bisa dijual dengan mulutnya. Kaum kapitalis mungkin selalu berpikir bahwa mereka tidak tergantikan dan se
Aku belum melihat Gavin selama hampir seminggu dan aku juga tidak mendengar kabar darinya.Setelah dia mengatakan sesuatu yang kasar kepadaku terakhir kali dan membuatku hidup dalam ketakutan selama seminggu, dai menghilang.Hidupku dan hidupnya tidak lagi bersinggungan, seperti yang selalu kuusahakan dulu, kalau aku tidak berusaha keras mengejarnya, aku tidak akan bisa bertemu dengannya.Namun, aku senang, dia tidak melakukan apa pun kepada orang-orang yang kusayangi. Orang yang putus cinta seharusnya sadar bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi.Namun, dia tidak terkejut dengan kehadiranku.Ketika dia melihatku, wajahnya tampak tidak senang dan aku merasa wajahku tidak terlihat lebih baik saat ini.Singkatnya, ini seharusnya menjadi pertemuan di mana tidak ada yang ingin bertemu satu sama lain.Kalau begitu, aku tidak perlu berhenti untuk menyapanya.Tubuhnya yang tinggi menghalangi cahaya dari atas kepalanya sehingga menghasilkan bayangan besar.Aku pura-pura tidak melihatnya.
Aku memasang ekspresi cuek di wajahku dan mengangguk pasrah.“Kalau begitu, aku berharap Pak Gavin bisa segera punya bayi!”Aku sedikit sedih.Aku tidak menyangka semuanya akan semudah itu. Aku pasti sedih karena tidak bisa mendapatkan properti yang dijanjikan Daffa kepadaku …Aku bangkit lagi, berbalik, dan ingin segera meninggalkan tempat penuh masalah ini, tetapi tangannya yang besar mencengkeram bahuku.Seperti bara api yang membakar, menekan kulitku tanpa peduli hidup dan matiku. Dengan bunyi desis, luka besar terbakar di hatiku yang tidak lagi bisa disembuhkan.Aku memaksakan senyum dan berkata, “Pak Gavin, apa lagi?”“Pak Gavin?” ulangnya dengan suara serak, dengan sedikit nada mengejek di sudut bibirnya, “Nona Chelsea?”Kata “Nona Chelsea” hampir membuatku menangis.Di masa mudaku yang naif, aku menyukai seseorang dengan apa adanya. Butuh banyak usaha bagiku untuk bisa berada di depannya dan membuatnya memanggilku “Nona Chelsea”.Saat itu, dia berdiri dan menarik kursi untukku,
Aku berhenti meronta dan Gavin bicara lagi, seakan takut aku tidak setuju, “Aku tidak tahu di mana kamu biasa menyimpan barang-barang itu.”Ketika awal menikah, Gavin berangsur-angsur menjadi dingin terhadapku dan aku selalu membaca-baca dokumen itu ketika sendirian di rumah.Hanya saat aku menyentuh buku nikah di tanganku, aku merasakan kenyataan bahwa aku benar-benar sudah menikah dengannya. Aku menganggap buku nikah kami sebagai harta karun dan bahkan menghabiskan banyak uang untuk membeli kotak yang indah untuk menyimpannya.Kotak itu dihiasi berlian karena berlian dianggap sebagai simbol cinta abadi.Namun, segala sesuatunya tidak bisa diprediksi.Aku terpaksa tersenyum dan berkata, “Ada di kamar tidur …”Dia menyela dan memasukkanku ke dalam mobil. “Jangan beri tahu aku, cari saja sendiri.”Dia seperti bos yang tidak pernah menuruti perintah orang lain.Itu tidak penting, tidak peduli, dan aku tidak mau mendengarkan atau mengingatnya.Aku membuka mulutku, tetapi seluruh emosiku l
Ciuman tiba-tiba itu mengejutkan bagaikan badai.Lidah Gavin menjelajahi setiap sudut mulutku dengan luwes dan berenergi. Aku tidak sempat bereaksi dan tidak melakukan perlawanan apa pun. Aku hanya merasa semua indra di tubuhku menghilang saat itu juga, hanya menyisakan bau tembakau samar di ujung hidungku, seakan melumpuhkan saraf otakku.Dia menggunakan ciuman untuk melampiaskan hasratnya yang terpendam. Tiba-tiba, semua darah di tubuhku seakan mengalir deras ke kepalaku. Setiap saraf di tubuhku terangsang oleh perilakunya yang menggila. Rasa sakit itu hampir membuatku terasa tercekik …Aku bereaksi dan saat aku menempelkan telapak tanganku ke dadanya, dia menangkap dan memegangnya di telapak tangannya, mengaitkan jari-jariku dengan jarinya.Setelah itu, punggung tanganku ditekan ke jendela mobil, membentuk bekas.Gavin tampak kehilangan kendali.Tubuhku terkurung olehnya seluruhnya. Dia tidak memberiku kesempatan untuk melepaskan diri. Bibir dan lidahnya, yang awalnya dingin, menjad