Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 7 : Pemotretan Panas

Share

📌 7 : Pemotretan Panas

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 19:39:49

“Aduh... dok, ini gak bisa ganti tema, ya?”

Abian melirik sinis saat menatap Natasya dari cermin ketika ia berkaca, melihat seberasa hot penampilannya sebelum memulai pemotretan panas dengan istri bayarannya.

Natasya duduk tidak nyaman menutupi bagian tubuh atasnya dengan selimut, “Pemotretan ini buat saya—gak nyaman.”

Abian menghampiri Natasya, “Kamu pikir saya nyaman?”

“Ya gak tahulah, dok. Lagian kenapa sih kita harus ngelakukan ini? Buat apa?”

Abian memberikan ponselnya yang sudah ia siapkan chat dari seseorang untuk Natasya baca.

Natasya mengernyit mendapati pesan dari kontak bernama Aca Sayangku. Pesannya berisi pembatalan acara pernikahan yang akan digelar hari ini. Entah ada masalah apa diantara mereka, tapi ia memang mendengar sedikit masalah ini dari mama Abian.

“Juga ini,” Abian menunjukkan chat lain dari mama, “Mama mau bukti kalo kita—malam pertama kayak pengantin lain.”

Natasya menatap Abian takut.

Abian mengambil ponselnya kasar, “Jangan kamu pikir ki
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 8 : Khodam Abian

    Sebelum pintu terbuka, ponsel Abian terdengar berdering kencang. “Halo? Bagaimana tanda vitalnya? Berapa nilai INR nya? Beri dua FFP.. Saya mau lihat hasil tes keseluruhannya. Kirim ke email segera, saya tunggu.” Abian mungkin langsung ke sofa atau ranjang. Karena dari bawah pintu tak terlihat bayangan tubuhnya lagi. Natasya membuang nafas lega, “Untungnya ada yang nelpon.” Ia mengedarkan mata ke sekeliling kamar mandi yang luas, “Gue—tidur dimana ini? Ah, itu ada bathub. Hmmm... enak juga nikah sama orang kaya. Nikah di ballroom hotel, malem pertamanya di kamar hotel. Mungkin kalo yang sewa gue bukan dokter se-kaya dokter Abian, dan terjadi hal kayak gini, gue harus tidur di bak mandi.” Natasya mengambil handuk untuk dijadikan bantalnya malam ini. Bathub yang berukuran besar membuatnya tersenyum lebar, karena ia yang sering silat saat tidur, merasa leluasa. “Nyamannya.” Natasya menutup mata ketika kepalanya menyentuh bantal dari handuk, “Gak buruk lah, meskipun harusnya yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 9 : Bayaran Tambahan

    Natasya berkedip lebih cepat dari biasanya. Ia juga menahan nafas, mengantisipasi hal-hal yang tak di inginkannya terjadi. Abian adalah dokter bedah kardiotoraks yang hebat. Natasya takut suara degup jantungnya terdengar olehnya. “Suara—perut kamu. Katanya laper, kenapa malah bahas kucing?” Abian menggeser tubuhnya ke tempat semula, “Makan.” “Iya, dok.” Mereka makan dengan tenang. Natasya yang tak mengira kalau Abian tidak segalak dan sedingin perkiraannya, memilih diam dan menghentikan pedekate, karena ia takut akan terus terjadi hal-hal seperti tadi. “Kamu bersiap. Kita pergi hari ini.” “Kemana, dok?” “Belanja. Keperluan saya banyak yang habis. Nanti sekalian aja kamu beli keperluan kamu.” “Oh, iya, dok.” Ponsel Natasya berdering kencang di atas kasur. Ia berlari untuk segera mengangkatnya. Ia pikir yang menelpon adalah papa atau teman kelompok residennya, ternyata bukan. “Kenapa gak dia angkat? Berisik.” Natasya mematikan telpon, “Eum, gak papa, dok.” Ia duduk ditepian r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Pernikahan Bayaran    📌 10 : Telpon Darurat

    Natasya terbatuk untuk menyembunyikan rasa tegangnya. Ia berdiri menjauhi Abian yang mendapat telpon. “Kenapa?” Natasya menatap wajah Abian yang berubah pucat. “Gue ke rumah sakit sekarang.” “Dok, ada apa?” Abian mengatur nafasnya, “Mama—masuk ICU. Kita ke rumah sakit sekarang.” Abian membawa mobil percis sedang balapan. Natasya yang duduk disebelahnya tentu tahu kalau suami bayarannya pasti tengah ketakutan karena tahu-tahu mamanya masuk ICU. Ia pun sedikit khawatir pada kondisi mertuanya. “Dok, tenang ya. Aku tahu dokter Abian takut banget mama—kenapa-napa. Tapi kalo bawa mobilnya sengebut ini, justru kita yang akan celaka.” Abian melirik Natasya sebentar. Ia memelankan laju mobil, “Mama gak bilang sama kita kalo dadanya terasa nyeri sehabis acara kemarin. Kalo kita tahu lebih awal, mama—” Natasya tentu mengerti dengan rasa khawatir itu. Ia pernah merasakan apa yang Abian rasakan, tapi bukan pada mamanya. Ia merasakan itu pada Alan, ketika mereka kecelakaan empat t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Pernikahan Bayaran    📌 11 : Vina Kembali

    Abian tak berhenti berjalan mondar-mandir di ruang tunggu operasi ditemani Natasya dan papa. Ia terus melihat jam tangan, memperkirakan kapan operasi akan selesai. “Dok, duduk aja. Operasinya baru jalan dua jam.” Papa melirik Natasya, “Sya, kok panggil Abian dokter?” Natasya dan Abian saling lirik. “Hehehe, aku—kebiasaan manggil dia dokter, pa. Maksud aku—mas Abian.” Abian duduk disamping Natasya. Wajahnya sedikit pucat. Natasya yang baru kecolongan dari papa barusan, berusaha memberikan perhatian seorang istri pada suaminya. “Mas, minum dulu.” Natasya memberikan botol tumblernya pada Abian. Abian menerima botol itu dan meneguk air cukup banyak. “Mas, tenang, ya, yang operasi mama adalah teman sejawat kamu. Dokter Farhan pasti sehabat kamu, yang tahu banyak hal, yang sudah berpengalaman. Kita bantu doa disini.” Abian melirik istrinya. Jujur, mendengar ucapannya membuatnya jauh lebih tenang. Ia menggenggam tangan Natasya erat, “Makasih ya, sayang.” Natasya menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 12 : Praduga Vina

    “Mas, tunggu.” Abian tak mengindahkan panggilan Natasya. Ia sudah memakai masker dan baju khusus untuk bertemu mama di ICU, “Ma?” “Bi, Natasya mana?” Natasya tertawa diluar ICU. Ia bersiap memakai masker lalu masuk, “Ma?” “Sini, sayang.” Natasya menggenggam tangan mama erat, “Mama udah gak akan sakit lagi sekarang. Aku seneng mama akan sehat dan terus nemenin mas Abian.” Mama tersenyum, “Nemenin kamu juga, nemenin cucu-cucu mama nanti dari kalian.” Natasya dan Abian saling beradu pandang. “Mama bersyukur sekali operasinya lancar. Mama gak merasakan takut sama sekali ketika mengingat janji kamu tadi.” Abian mengernyit, “Janji apa?” Mama menatap Abian, “Natasya janji sama mama, kalo hari ini mama mau operasi, kalian akan memenuhi apapun mau mama.” “Memang mama mau apa? Liburan ke luar negeri? Atau beli mobil baru?” tebak Abian. “Mama mau sesuatu yang gak bisa dibeli pakai uang, yaitu cucu.” Abian menahan marah selama dihadapan mama. Setelah yakin mama baik-ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 13 : Bertemu Aca

    Natasya tak banyak bicara setelah Vina menyampaikan praduganya. Ia juga kembali fokus dengan kegiatannya.Pintu ruang piket terbuka. Irvan yang masuk. Ia yang tak menduga ada Natasya disini, langsung merapikan penampilannya.Vina melirik Irvan sekilas, “Gak usah rapi-rapi amat, Natasya udah jadi istri orang.”Irvan dan Natasya saling lirik.“Apaan sih.” Irvan salah tingkah karena ketahuan.“Saya tahu dokter Irvan suka sama Natasya.” cuap Vina sambil menggerakkan kedua alisnya.“Vin, lo ngomong apa sih?” sikut Natasya.Irvan duduk dihadapan Natasya, “Kok kamu ada disini, Sya? Eh—maksudnya dokter Nat—”“Gak papa, dok, panggil Sya aja.”Irvan manggut-manggut, “Abian—mana?”“Lagi nyiapin senjata.” sahut Vina. “Senjata? Emang ada perang apa?”Vina tertawa, “Mau bikin dede lah, dok. Mamanya dokter Abian ‘kan udah nagih cucu. Jadi mereka harus rajin bikinnya.”Wajah Irvan seketika pucat.“Kaki Natasya sampe biru-biru karena mereka—mainnya sangat bergairah.” Vina yang ekspresif

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 14 : Tawaran Baru

    Natasya sudah menyiapkan diri untuk mendapatkan amukan suaminya. Tentu ia sudah terbiasa selama dua tahun ini, menyiapkan jantungnya untuk menerima bentakan yang keluar hampir setiap hari. Abian hanya tidak membentaknya saat ia libur. Terbayang ‘kan bagaimana Natasya tahu betul karakter suaminya? “Kamu—pinter juga.” Natasya tak percaya dengan apa yang ia dengar, “Hah?” “Saya udah kirim foto-foto pemotretan kita sama Aca. Dia gak bales sama sekali. Mungkin dia marah banget. Dia pasti tambah marah setelah tahu kalo—kita main gila sebelum nikah.” Natasya mendelik, “Gak gratis ya itu, dok. Aku udah pasang muka beton waktu bilang itu. Malu tauk merendahkan diri jadi residen yang merangkap ani-ani.” “Gampang. Saya bayar double, karena—kamu pinter.” Natasya tersenyum sumringah, “Serius, dok? Ahhh, makasih banyak ya, dok.” “Kita temuin mama. Katanya mama maksa pengen ketemu kamu.” Natasya memberikan tanda hormat, “Siap, yang ini gak perlu di bayar.” “Geer. Emang kamu pikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Pernikahan Bayaran    📌 15 : Pergi Tanpa Pamit

    Semalaman Natasya tidur di ruang bangsal VIP dimana nanti mama akan dibawa kesini jika kondisinya sudah stabil. Abian menemaninya, tapi entah ia tiba-tiba menghilang saat Natasya bangun pagi buta. “Dia ke ICU kali.” Natasya meraba nakas mencari ponselnya, “Gue masih cuti hari ini. Apa—gue jenguk Alan aja sebentar? Udah dua minggu gue gak liat kondisinya.” Natasya enggan beranjak dari ranjang. Ia baru kali ini merasakan pagi damai tanpa drama heboh dikejar laporan rekam medis anak ko-as yang masih berantakkan, drama dikejar jadwal konsultasi rawat jalan, visit dan operasi juga. “Kalo bisa gue berhenti jadi dokter. Tapi Alan pengen banget gue bisa ngejar mimpi gue. Mimpi gue sederhana kok. Gue cuma mau jadi istri Alan dan punya dua anak lucu dan pinter. Gue anterin mereka ke sekolah, habis itu gue masak dan berduaan sama Alan. Tapi—keadaan Alan yang sakit bikin gue harus kerja sendirian.” Natasya menangis, “Ini semua gara-gara gue. Kalo waktu itu gue gak maksa kita pulang naek mot

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 62 : Kompak

    Natasya melirik tidak enak pada Vina, “Lo beneran gak papa lanjut shift gantiin gue?”“Gak papa. Lo kayak sama siapa aja.”Natasya membuang nafas pelan, “Gue janji gak akan minta lo begini lagi. Gue cuma kasian sama Ical.”“Iya, gue ngerti. Mumpung lo ada kesempatan buat deket sama anak adopsi lo, ya udah.”Natasya bergerak memeluk Vina, “Makasih ya.”“Iyaaa. Ya udah balik sana, suami lo juga udah nungguin. Kasian Ical kalo lo kelamaan jemput.”Pelukkan mereka terlepas. Natasya mengangguk, “Gue duluan ya. Nanti gue kirimin cemilan buat nemenin jaga malem.”“Oke.”Setelah memastikan Natasya benar-benar pergi, Vina cekikikkan sendiri. Ia mengeluarkan segepok uang dari Abian, “Enak juga kerja sama dengan konsulen kaya. Gantiin jaga malem istrinya dapet lima juta. Lumayan buat ke luar kota pas weekend.”Natasya mendekati Abian yang menunggunya depan ruangan pribadi para dokter poli bedah. Mereka sudah sama-sama berganti baju.“Kan mau ti

  • Pernikahan Bayaran    📌 61 : Anak Dadakan

    Sedari pagi rumah sangat ramai dengan suara nyanyian berbagai genre yang dinyanyikan Haikal. Mama tampak senang mendengarnya. Abian dan Natasya yang mau marah, tidak jadi. Karena mama akhirnya kembali seperti semula.“Ayo cepet sarapannya, Cal, biar gak kesiangan ke sekolahnya.”“Siap, oma.” Haikal sangat lahap menikmati sop ayam dan berbagai macam sayurnya.“Bi, Nat, sebelum ke rumah sakit, kalian anterin Ical ke sekolah dulu, ya.”“Tapi, ma—” protes Abian.“Kenapa?” mama bertanya dengan nada ketus.Natasya menggenggam tangan Abian, “Iya, ma, kita anterin Ical.”Mama tersenyum, “Bagus.”Abian hanya makan sedikit. Nafsu makannya hilang melihat keberadaaan Haikal disini.“Papi kok gak makan?”Semua menatap Abian yang hanya membuang nafas pelan.“Mungkin harus mami suapin.” Ical melirik Abian, “Iya, ‘kan, pi?”Natasya berusaha memberikan jawaban, “Eum—papi masih kenyang kayaknya, biarin a—”“Boleh, suapin deh, mami Natas

  • Pernikahan Bayaran    📌 60 : Anak Adopsi

    Anak lelaki itu mengulurkan tangannya, “Aku Haikal, panggil aja Ical.”Abian menerima uluran tangan itu. Haikal salim padanya, “Saya Abian.”“Aku tahu.” Haikal mengulurkan tangan pada Natasya, “Hai mamih, aku Ical.”“Tante—Natasya.”“Mamih!”Natasya melirik Abian.“Dia anak kamu?”“Aku belum punya anak, dok!”“Terus kenapa dia tiba-tiba panggil kamu mami?”“Dia juga manggil dokter papi! Dia anaknya Aca kalik!”“Aca siapa?” tanya Haikal.Abian dan Natasya sama-sama diam.“Aku udah bilang aku anak kalian, mami Natasya dan papi Abian.”Abian tertawa, “Kamu anak hilang ya? Saya akan antarkan ke panti sosial atau ke rumah sodara kamu. Pasti ada alamat yang kamu inget ‘kan?”Haikal malah masuk ke dalam ruangan Abian, “Capek banget gak percaya sama omongan aku.”Abian melotototi Natasya, “Dia siapa sih?”“Aku gak tahu! Bukannya dokter yang pertama ke ruangan? Kenapa malah tanya aku?”“Dia udah ada sebelum saya dateng, lagi tiduran di sofa sambil liatin foto pernikahan kita yang gak tahu ken

  • Pernikahan Bayaran    📌 59 : Anak untuk Natasya dan Abian

    “Dokter Natasya tolong segera ke UGD!” teriak perawat ketika mendapat panggilan darurat.Natasya baru menyuap karena belum makan siang, padahal hari sudah sore. Ia menutup nasi box yang dikirim kantin rumah sakit. Ia berlari kencang mencari lift yang kosong. Nihil. Semua lift akan lama terbuka, sehingga ia menuruni tangga dari lantai lima.Begitu sampai UGD, ia yang akan mendekati ranjang pasien langsung berhenti karena ada Abian yang baru membalikkan badan.“Pasien sudah saya tangani.”Natasya ngos-ngosan. Ia mengangguk, “Terima kasih dokter.”Abian menunjuk satu buah nasi yang menempel diujung bibir Natasya, “Itu—”Natasya mengambilnya, “Saya belum makan dari siang. Operasi selesai lebih lama dari dugaan.”“Ya udah, makan di ruangan saya biar gak ada yang ganggu selama kamu makan. Disana ada makanan saya, ambil aja.”Natasya mengangguk, “Makasih ya, dok.”Langkahnya yang gempor, membuat Natasya berhenti sejenak. Ia menyeka keringat yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 58 : Mencuri Hati Mama

    Natasya membeli banyak hadiah untuk mama. Mulai dari baju, parfum sampai makanan kesukaannya. Tentu yang mendanai semua adalah Abian. Ia juga jadi korban kemarahan mama, sehingga akan menyumbangkan semua yang bisa diberikan agar mama kembali memberikan hatinya untuk mereka.“Udah semua?” tanya Abian sebelum mereka pulang setelah berganti shift.“Udah, dok. Mama—akan luluh dengan cara begini emangnya?” Natasya pesimis. “Ya kita coba aja.”Vina baru turun dari taksi. Ia membawa dua tas sekaligus. Ia menunduk sopan pada Abian yang tengah memasukkan semua hadiah untuk mama ke dalam mobil, “Malam dokter Abian.”“Malam.”Vina melirik semua barang itu.Natasya tahu Vina pasti bertanya-tanya mengenai banyaknya barang yang diterima Abian dari kurir paket kilat, “Sana masuk.”“Ada apa?” tanyanya tanpa suara.“Buat nyokap.”Vina mengerling curiga, “Lo bikin masalah ya, dan itu sogokkan?”Natasya dan Abian saling lirik.“Hehehe, saya

  • Pernikahan Bayaran    📌 56 : Ketahuan Bohong

    “Saya ke kamar. Tolong nanti bawain teh hangat ya. Saya mau review beberapa thesis temen kelompok kamu.”“Siap, dok.”Abian menaiki tangga dengan cepat. Ia langsung membicarakan teknik operasi dengan dokter Farhan melalu telpon. Natasya jadi curiga ia akan ketiban sibuk itu dan akan berjaga malam ini.Natasya membuka kulkas, mencari sisa cake stroberi kesayangannya. Sebelum membuat teh pesanan Abian, ia memakan hampir seluruhnya, takut keburu tak ada waktu karena akhir pekan sudah berakhir.“Gilaaa, ini enak bangeeet.” Natasya mengambil gelas, “Seret. Minum mana minum?”Selesai minum, sebelum memakan kembali sisa kue, Natasya menggaruk perutnya yang tertempel karet hamil palsunya, “Duh, gatel lagi. Semenjak pake ini kulit perut jadi ruam. Sebenernya dokter Abian cuci karetnya gak sih? Curiga enggak deh.”Natasya melirik sana-sana melihat situasi aman. Ia akan melepas perut karet itu, karena lemnya pun sepertinya sudah tidak selengket tadi pagi. Begitu

  • Pernikahan Bayaran    📌 57 : Berdamai dengan Keadaan

    Natasya mengendap-endap mendekati pintu ruangan Abian. Ia membuka pintu perlahan dan masuk.“Oke, aman. Kayaknya dia lagi visit. Akhirnya gue bisa istirahat sejenak dan bebas dari amukkan dia. Dia pasti kesinggung gue gak mau pulang dan ketemu mama. Bodo amat lah.”Natasya mengambil posisi di sofa. Ia duduk memanjang dan memainkan ponselnya, “Udah lama gue gak nonton bioskop. Gue ajak siapa ya, kesana? Vina gak mungkin. Alan apalagi. Dokter Abian—ah, dia mana mau.”Ceklek. Pintu terbuka.Natasya melotot, “Dok?”“Kamu ngapain disini?”Natasya duduk tegap, “Aku—ikut tidur disini ya, dok? Aku berharap bakal dapet jadwal shift malem sih, tapi ternyata nggak.”“Kenapa gak pulang atau nginep di rumah papa?” Abian duduk disamping Natasya.“Papa—sama kecewanya kayak mama. Papa juga suruh aku pulang, tapi aku takut ganggu mama. Tolong izinin aku tidur disini, dok. Plisss.”Abian mengangguk, “Kalo jadi kamu juga saya—gak akan tidur di rumah.

  • Pernikahan Bayaran    📌 55 : Perasaan yang Berbeda 2

    Pov AbianSenyum Abian tak terlihat selama menemani Aca memilih tas dan sepatu di toko langganan keluarganya. Jadwal rutin kekasihnya untuk belanja membuatnya sedikit jengah karena dirasa terlalu menghamburkan uang.“Sayang, yang ini bagus gak?” tanya Aca memamerkan sebuah sepatu heels berwarna silver.Abian mengangguk, “Bagus, sayang.”“Aku mau yang ini ya?”“Iya, ambil aja.”Aca menyambar sepatu lainnya, “Sayang, aku mau yang ini juga.”“Oke.”Aca memberikan empat sepatu pada pramuniaga, “Tolong dibungkus semua ya.”“Baik, mbak.”“Tapi jangan ditotalin dulu, saya mau liat tas keluaran terbaru. Tolong antar saya kesana.”“Mari, mbak.”“Sayang, aku tinggal ya?”Abian mengangguk.Abian membuka ponselnya, menatap foto Natasya yang berbalut kebaya putih pilihan mama, “Apa Natasya belum sadar juga kalo gue—mulai berubah pikiran? Dia—secinta itu sama Alan? Ngomong-ngomong Alan kerja apa ya? Penampilannya sih rapi mirip orang kantoran. Apa dia manager keuangan? Apa—seorang CEO

  • Pernikahan Bayaran    📌 54 : Perasaan yang Berbeda

    Natasya turun dari mobil Abian setelah ia mengancam akan turun paksa. Ia tidak mau diantarkan sampai ke depan rumah Alan. Bisa bahaya kalau mereka bertemu lagi. Ia sudah memesan ojek online dan langsung pergi.Ia tak bisa pura-pura lupa dengan jawaban Abian semalam, mengenai ia yang mulai mencintainya karena sering bertemu. Begitu di konfirmasi ulang pun, Abian mengiyakannya. Apa benar perasaan itu mulai tumbuh dihati lelaki sekeras Abian padanya?Ojek online sampai. Alan menyambutnya depan pagar.“Sayang?” Natasya memeluk Alan erat, “Maaf ya aku baru kesini lagi.”“Gak papa. Yuk masuk.”Natasya mendorong kursi roda Alan ke dalam rumah. Ia menaruh barang bawaannya. Ketika duduk, Alan terus memperhatikan perutnya, “Kenapa?”“Perut kamu—kok keliatan agak gemuk?”Natasya gelagapan ketika kedua matanya dengan cepat melirik perutnya sendiri, “Ah, ini. Aku—sembelit, sayang.”“Ya ampun. Udah berapa lama kamu gak BAB?”“Satu—minggu. Iya, satu minggu.”“Aku ada simpen obat sembelit,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status