Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 6 : Mempelai yang Sembunyi

Share

📌 6 : Mempelai yang Sembunyi

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2024-12-14 13:44:40

Satu minggu kemudian...

Akad sudah dilaksanakan dengan lancar.

Abian mengucapkan janji suci itu dalam satu kali nafas. Membuat Natasya yang duduk disebelahnya merasa sedikit baper. Ternyata dia serius juga jika berhadapan dengan orang banyak.

Selesai akad, Natasya masih menyalami tamu yang kebanyakan adalah keluarga. Namun, ketika tamu mulai berdatangan dari rumah sakit, ia sembunyi. Ia enggan di cap penghianat oleh pengikut grup kebenciannya.

“Kamu ngapain!” suara Abian membuat Natasya terlonjak ketika memainkan ponselnya di bilik kamar mandi ballroom hotel.

“Dok!”

“Mas Abian!”

“Oh iya, mas—Abian. Ah, kita lagi berdua ini. Ada apa?”

“Tamu mencari kamu.”

“Bilang aja lagi—diare.”

Abian menatap Natasya jijik, “Kamu—sebenci itu pada saya, sampai tidak mau menemui staf rumah sakit? Kamu malu nikah sama saya?”

“Luma—”

“Nat!”

“Sya aja. Jangan Nat-Nat, kesannya dokter manggil saya Donat!”

“Keluar!”

“Tapi, dok—”

“Saya kasih uang lima ratus juta bukan untuk kamu sembunyi disini. Keluaaar!”

“Iya-iya. Heran, punya konsulen tantruman gini. Mana sekarang jadi suami lagi.”

Abian menunjuk keluar.

“Iya, mas Abianku sayang. Ayo kita keluar, mas.”

Natasya menggenggam tangan Abian dengan erat ketika banyak mata memperhatikannya. Tatapan itu kebanyakan tatapan intimidasi.

Ia yang sering menyuarakan untuk menghindari pernikahan residen dan konsulen, malah melakukannya. Ia termakan sumpahnya sendiri.

Natasya mengatur nafasnya sebaik mungkin. Ini demi uang lima ratus juta itu.

“Wah, kita ketinggalan berita penting, ya. Tahu-tahu dokter Abian menikah. Sama—residen lagi nikahnya.” sindir dokter konsulen lain yang terkenal memang banyak bicara.

“Ya begitulah jodoh. Saya pun tidak menyangka kalau akan menikahi residen sendiri.”

“Padahal—dokter Natasya ini terang-terangan loh mengatakan membenci dokter Abian.”

Abian mengecup punggung tangan Natasya, “Saya tahu. Benci jadi cinta. Itu indah bukan?”

Natasya terkikik geli. Dalam hati ia ikut mengutuk dirinya sendiri. Kalau tidak ada bayaran, mana mungkin pernikahan ini ada. Tapi moto hidupnya realistis saja, ‘dari pada jadi Ani-Ani, mending jadi pacar sewaan’ kini ia mengupgrade dirinya jadi ‘istri sewaan’.

“Kami permisi. Masih banyak tamu yang belum kami temui.”

Untungnya Abian buru-buru membawa mereka pergi dari barisan dokter menyebalkan. Mereka kini duduk di meja yang sama dengan mama Abian dan papa Natasya.

“Papa gak pernah nyangka kalian akan menikah.”

Mama melirik papa, “Ada apa, besan?”

Natasya menggeleng. Ia meminta kerja sama papa agar tidak mengadu pada mertuanya.

Papa tertawa, “Bukan apa-apa, besan. Di awal residen, Natasya sering curhat kalau dia—ingin ganti konsulen, karena—nak Abian ini katanya—pemarah.”

Mama tertawa, “Oh itu. Iya, Abian memang—sedikit pemarah. Tapi saya pastikan, bahwa Abian akan jadi suami yang baik untuk Natasya.”

“Semoga, besan. Natasya adalah anak saya satu-satunya. Hanya dia yang saya punya. Kalau nak Abian—menyakitinya, saya akan sedih sekali.” tutur papa dengan suara bergetar.

Natasya menggenggam tangan papa, “Paaa.”

“Kamu denger, Bi? Mertua kamu akan sedih kalau kamu macam-macam. Mama juga. Mama gak terima menantu kesayangan mama kamu sakiti.”

Acara pernikahan selesai.

Acara yang digelar di ballroom sudah satu paket dengan penginapan di hotel. Sehingga untuk dua malam, Natasya dan Abian akan bermalam disini.

Natasya membersihkan seluruh makeupnya dengan kapas dan cairan pembersih, sedang Abian sedang memisahkan bajunya dan istrinya.

“Saya bermalam di kamar sebelah.”

“Hm.”

Abian mendekati Natasya yang langsung menghindar.

“Gak ada sentuhan, gak ada gerakkan aneh-aneh, atau dokter akan kena kartu kuning!”

Abian menarik merek baju yang masih tergantung di piyama tidur Natasya yang mama belikan, “Kamu emang biasa pake baju dengan merknya?”

Natasya melirik merk yang masih tergantung itu dengan malu, “Ish! Sana pergi!”

Abian berjalan menenteng tas kecil yang sudah ia siapkan. Begitu membuka pintu, ia menutupnya kembali, “Kita terpaksa tidur satu kamar malam ini.”

Natasya mengernyit, “Kenapa?”

Natasya penasaran. Ia bangkit dan mengintip lubang ditengah pintu, “Itu—siapa?”

“Orang suruhan mama.”

“Dia takut kita—kabur?”

“Dia takut saya pindah kamar.”

Natasya menatap Abian, “Hm, saya paham sekarang. Jadi dokter mau tidur dimana?”

“Di mana lagi? Masa di kamar mandi?”

Natasya mendelik kesal, “Kita gak satu ranjang ‘kan, dok? Saya kalo tidur kayak orang silat loh.”

“Kamu pikir saya mau deket-deket dengan ketua dari sebuah organisasi pembenci konsulennya sendiri?”

Natasya melotot. Abian sudah tahu statusnya di grup?

Untuk mempertahankan diri dan menunjukkan ia tak takut sama sekali pada Abian, Natasya melipat kedua tangannya, “Katanya dokter tahu saya benci dokter?”

“Gak sampai ngajak orang lain.”

“Saya gak ngajak! Mereka yang mau join!”

“Di ajak juga gak papa. Itu tandanya kamu cukup lemah untuk melawan saya sendiri.”

Natasya menghentakkan kakinya. Ia berjalan ke ranjang dan merebahkan tubuh dan menguasai kasur, “Enaknya.”

“Nat,”

“Jangan Nat!”

“Istriku...”

Natasya bangun sekaligus. Ia menghampiri Abian yang masih berdiri ditempat, “Apa?”

Abian menunjuk sebuah koper yang ternyata sudah ada disini, “Saya sudah tunaikan kewajiban saya untuk membayar kamu.”

Mata Natasya berbinar. Enaknya bekerja sama dengan orang berduit, “Oke.”

“Maka... saya berhak mengambil hak saya dari bayaran itu ‘kan?”

Natasya berjalan mundur hingga mentok terduduk di ranjang. Ia menelan ludahnya sakit, “Dok-ter ma-u a-pa?”

Abian tersenyum. Ia mengambil dagu Natasya dan membisikkan sesuatu ditelinganya.

“APA?!!!!”

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 7 : Pemotretan Panas

    “Aduh... dok, ini gak bisa ganti tema, ya?” Abian melirik sinis saat menatap Natasya dari cermin ketika ia berkaca, melihat seberasa hot penampilannya sebelum memulai pemotretan panas dengan istri bayarannya. Natasya duduk tidak nyaman menutupi bagian tubuh atasnya dengan selimut, “Pemotretan ini buat saya—gak nyaman.” Abian menghampiri Natasya, “Kamu pikir saya nyaman?” “Ya gak tahulah, dok. Lagian kenapa sih kita harus ngelakukan ini? Buat apa?” Abian memberikan ponselnya yang sudah ia siapkan chat dari seseorang untuk Natasya baca. Natasya mengernyit mendapati pesan dari kontak bernama Aca Sayangku. Pesannya berisi pembatalan acara pernikahan yang akan digelar hari ini. Entah ada masalah apa diantara mereka, tapi ia memang mendengar sedikit masalah ini dari mama Abian. “Juga ini,” Abian menunjukkan chat lain dari mama, “Mama mau bukti kalo kita—malam pertama kayak pengantin lain.” Natasya menatap Abian takut. Abian mengambil ponselnya kasar, “Jangan kamu pikir ki

    Last Updated : 2025-01-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 8 : Khodam Abian

    Sebelum pintu terbuka, ponsel Abian terdengar berdering kencang. “Halo? Bagaimana tanda vitalnya? Berapa nilai INR nya? Beri dua FFP.. Saya mau lihat hasil tes keseluruhannya. Kirim ke email segera, saya tunggu.” Abian mungkin langsung ke sofa atau ranjang. Karena dari bawah pintu tak terlihat bayangan tubuhnya lagi. Natasya membuang nafas lega, “Untungnya ada yang nelpon.” Ia mengedarkan mata ke sekeliling kamar mandi yang luas, “Gue—tidur dimana ini? Ah, itu ada bathub. Hmmm... enak juga nikah sama orang kaya. Nikah di ballroom hotel, malem pertamanya di kamar hotel. Mungkin kalo yang sewa gue bukan dokter se-kaya dokter Abian, dan terjadi hal kayak gini, gue harus tidur di bak mandi.” Natasya mengambil handuk untuk dijadikan bantalnya malam ini. Bathub yang berukuran besar membuatnya tersenyum lebar, karena ia yang sering silat saat tidur, merasa leluasa. “Nyamannya.” Natasya menutup mata ketika kepalanya menyentuh bantal dari handuk, “Gak buruk lah, meskipun harusnya yan

    Last Updated : 2025-01-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 9 : Bayaran Tambahan

    Natasya berkedip lebih cepat dari biasanya. Ia juga menahan nafas, mengantisipasi hal-hal yang tak di inginkannya terjadi. Abian adalah dokter bedah kardiotoraks yang hebat. Natasya takut suara degup jantungnya terdengar olehnya. “Suara—perut kamu. Katanya laper, kenapa malah bahas kucing?” Abian menggeser tubuhnya ke tempat semula, “Makan.” “Iya, dok.” Mereka makan dengan tenang. Natasya yang tak mengira kalau Abian tidak segalak dan sedingin perkiraannya, memilih diam dan menghentikan pedekate, karena ia takut akan terus terjadi hal-hal seperti tadi. “Kamu bersiap. Kita pergi hari ini.” “Kemana, dok?” “Belanja. Keperluan saya banyak yang habis. Nanti sekalian aja kamu beli keperluan kamu.” “Oh, iya, dok.” Ponsel Natasya berdering kencang di atas kasur. Ia berlari untuk segera mengangkatnya. Ia pikir yang menelpon adalah papa atau teman kelompok residennya, ternyata bukan. “Kenapa gak dia angkat? Berisik.” Natasya mematikan telpon, “Eum, gak papa, dok.” Ia duduk ditepian r

    Last Updated : 2025-01-04
  • Pernikahan Bayaran    📌 10 : Telpon Darurat

    Natasya terbatuk untuk menyembunyikan rasa tegangnya. Ia berdiri menjauhi Abian yang mendapat telpon. “Kenapa?” Natasya menatap wajah Abian yang berubah pucat. “Gue ke rumah sakit sekarang.” “Dok, ada apa?” Abian mengatur nafasnya, “Mama—masuk ICU. Kita ke rumah sakit sekarang.” Abian membawa mobil percis sedang balapan. Natasya yang duduk disebelahnya tentu tahu kalau suami bayarannya pasti tengah ketakutan karena tahu-tahu mamanya masuk ICU. Ia pun sedikit khawatir pada kondisi mertuanya. “Dok, tenang ya. Aku tahu dokter Abian takut banget mama—kenapa-napa. Tapi kalo bawa mobilnya sengebut ini, justru kita yang akan celaka.” Abian melirik Natasya sebentar. Ia memelankan laju mobil, “Mama gak bilang sama kita kalo dadanya terasa nyeri sehabis acara kemarin. Kalo kita tahu lebih awal, mama—” Natasya tentu mengerti dengan rasa khawatir itu. Ia pernah merasakan apa yang Abian rasakan, tapi bukan pada mamanya. Ia merasakan itu pada Alan, ketika mereka kecelakaan empat t

    Last Updated : 2025-01-05
  • Pernikahan Bayaran    📌 11 : Vina Kembali

    Abian tak berhenti berjalan mondar-mandir di ruang tunggu operasi ditemani Natasya dan papa. Ia terus melihat jam tangan, memperkirakan kapan operasi akan selesai. “Dok, duduk aja. Operasinya baru jalan dua jam.” Papa melirik Natasya, “Sya, kok panggil Abian dokter?” Natasya dan Abian saling lirik. “Hehehe, aku—kebiasaan manggil dia dokter, pa. Maksud aku—mas Abian.” Abian duduk disamping Natasya. Wajahnya sedikit pucat. Natasya yang baru kecolongan dari papa barusan, berusaha memberikan perhatian seorang istri pada suaminya. “Mas, minum dulu.” Natasya memberikan botol tumblernya pada Abian. Abian menerima botol itu dan meneguk air cukup banyak. “Mas, tenang, ya, yang operasi mama adalah teman sejawat kamu. Dokter Farhan pasti sehabat kamu, yang tahu banyak hal, yang sudah berpengalaman. Kita bantu doa disini.” Abian melirik istrinya. Jujur, mendengar ucapannya membuatnya jauh lebih tenang. Ia menggenggam tangan Natasya erat, “Makasih ya, sayang.” Natasya menganggu

    Last Updated : 2025-01-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 12 : Praduga Vina

    “Mas, tunggu.” Abian tak mengindahkan panggilan Natasya. Ia sudah memakai masker dan baju khusus untuk bertemu mama di ICU, “Ma?” “Bi, Natasya mana?” Natasya tertawa diluar ICU. Ia bersiap memakai masker lalu masuk, “Ma?” “Sini, sayang.” Natasya menggenggam tangan mama erat, “Mama udah gak akan sakit lagi sekarang. Aku seneng mama akan sehat dan terus nemenin mas Abian.” Mama tersenyum, “Nemenin kamu juga, nemenin cucu-cucu mama nanti dari kalian.” Natasya dan Abian saling beradu pandang. “Mama bersyukur sekali operasinya lancar. Mama gak merasakan takut sama sekali ketika mengingat janji kamu tadi.” Abian mengernyit, “Janji apa?” Mama menatap Abian, “Natasya janji sama mama, kalo hari ini mama mau operasi, kalian akan memenuhi apapun mau mama.” “Memang mama mau apa? Liburan ke luar negeri? Atau beli mobil baru?” tebak Abian. “Mama mau sesuatu yang gak bisa dibeli pakai uang, yaitu cucu.” Abian menahan marah selama dihadapan mama. Setelah yakin mama baik-ba

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 13 : Bertemu Aca

    Natasya tak banyak bicara setelah Vina menyampaikan praduganya. Ia juga kembali fokus dengan kegiatannya.Pintu ruang piket terbuka. Irvan yang masuk. Ia yang tak menduga ada Natasya disini, langsung merapikan penampilannya.Vina melirik Irvan sekilas, “Gak usah rapi-rapi amat, Natasya udah jadi istri orang.”Irvan dan Natasya saling lirik.“Apaan sih.” Irvan salah tingkah karena ketahuan.“Saya tahu dokter Irvan suka sama Natasya.” cuap Vina sambil menggerakkan kedua alisnya.“Vin, lo ngomong apa sih?” sikut Natasya.Irvan duduk dihadapan Natasya, “Kok kamu ada disini, Sya? Eh—maksudnya dokter Nat—”“Gak papa, dok, panggil Sya aja.”Irvan manggut-manggut, “Abian—mana?”“Lagi nyiapin senjata.” sahut Vina. “Senjata? Emang ada perang apa?”Vina tertawa, “Mau bikin dede lah, dok. Mamanya dokter Abian ‘kan udah nagih cucu. Jadi mereka harus rajin bikinnya.”Wajah Irvan seketika pucat.“Kaki Natasya sampe biru-biru karena mereka—mainnya sangat bergairah.” Vina yang ekspresif

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 14 : Tawaran Baru

    Natasya sudah menyiapkan diri untuk mendapatkan amukan suaminya. Tentu ia sudah terbiasa selama dua tahun ini, menyiapkan jantungnya untuk menerima bentakan yang keluar hampir setiap hari. Abian hanya tidak membentaknya saat ia libur. Terbayang ‘kan bagaimana Natasya tahu betul karakter suaminya? “Kamu—pinter juga.” Natasya tak percaya dengan apa yang ia dengar, “Hah?” “Saya udah kirim foto-foto pemotretan kita sama Aca. Dia gak bales sama sekali. Mungkin dia marah banget. Dia pasti tambah marah setelah tahu kalo—kita main gila sebelum nikah.” Natasya mendelik, “Gak gratis ya itu, dok. Aku udah pasang muka beton waktu bilang itu. Malu tauk merendahkan diri jadi residen yang merangkap ani-ani.” “Gampang. Saya bayar double, karena—kamu pinter.” Natasya tersenyum sumringah, “Serius, dok? Ahhh, makasih banyak ya, dok.” “Kita temuin mama. Katanya mama maksa pengen ketemu kamu.” Natasya memberikan tanda hormat, “Siap, yang ini gak perlu di bayar.” “Geer. Emang kamu pikir

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

  • Pernikahan Bayaran    📌 64 : Kekhawatiran Abian

    Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.Pintu terbuka.Abian mendekati ranjang.Vina berdiri, “Dok?”“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”Mata Natasya mengerjap.“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.Natasya mengeratkan matanya meras

  • Pernikahan Bayaran    📌 63 : Tidak Sengaja Mencelakai

    Baru dua hari Haikal berada di rumah, mama merasa rencananya akan berhasil, karena anak dan menantunya terlihat jadi lebih dekat dari sebelumnya. Kabar itu pun disampaikan pada papa Natasya.“Nat, karena Abian udah ke rumah sakit duluan, Ical biar ke sekolah sama mama. Kamu langsung aja ke rumah sakit sama supir ya.”“Oh ya udah, ma. Maaf ya, ma, ngerepotin.”“Ah, enggak kok. Ya meskipun Ical jadi cemberut sih karena gak berangkat sama papi maminya, tapi ya gimana. Dia harus ngerti kalau kalian itu dokter.”“Biar aku tenangin Icalnya dulu deh, ma. Aku kasih pengertian, kalo besok atau lusa aku sama mas Abian usahain untuk nganterin dia ke sekolah.”“Anaknya lagi ngambek di mobil.”Natasya salim dan mencium kedua pipi mama, “Aku bujuk dia terus langsung berangkat ya, ma. Mama hati-hati di jalan.”“Kamu juga.”Natasya mengeluarkan coklat yang selalu jadi moodboosternya ketika stress dan lelah di rumah sakit. Ia mengetuk pintu mobil, “Ical?”Kaca mobil terbuka, “Ada apa?”“Nih.

  • Pernikahan Bayaran    📌 62 : Kompak

    Natasya melirik tidak enak pada Vina, “Lo beneran gak papa lanjut shift gantiin gue?”“Gak papa. Lo kayak sama siapa aja.”Natasya membuang nafas pelan, “Gue janji gak akan minta lo begini lagi. Gue cuma kasian sama Ical.”“Iya, gue ngerti. Mumpung lo ada kesempatan buat deket sama anak adopsi lo, ya udah.”Natasya bergerak memeluk Vina, “Makasih ya.”“Iyaaa. Ya udah balik sana, suami lo juga udah nungguin. Kasian Ical kalo lo kelamaan jemput.”Pelukkan mereka terlepas. Natasya mengangguk, “Gue duluan ya. Nanti gue kirimin cemilan buat nemenin jaga malem.”“Oke.”Setelah memastikan Natasya benar-benar pergi, Vina cekikikkan sendiri. Ia mengeluarkan segepok uang dari Abian, “Enak juga kerja sama dengan konsulen kaya. Gantiin jaga malem istrinya dapet lima juta. Lumayan buat ke luar kota pas weekend.”Natasya mendekati Abian yang menunggunya depan ruangan pribadi para dokter poli bedah. Mereka sudah sama-sama berganti baju.“Kan mau ti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status