Dengan segelas minuman di tangan, Mika menatap suaminya yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan menunduk dan memegangi ujung keningnya. Tampaknya Noval sedang mengatur emosinya."Kamu tidak apa?" tanya Mika dengan mengulurkan segelas minuman pada sang suami. Noval menoleh, dia menerima minuman dari sang istri. "Terima kasih," ujar pria itu.Namun, sebelum itu dia menatap Mika lamat-lamat. "Apa kau terluka? Apa kau sempat dilukai oleh Ridwan tadi?" tanyanya penasaran.Mika menggeleng yang mana membuat Noval mengangguk. Dia lalu meneguk minumannya pelan dan mengembuskan napas pelan setelahnya."Aku hanya tidak menyangka kalau Ridwan bisa melakukan hal itu sama kamu," ujarnya kemudian. Dia mendongak menatap langit-langit kamar.Beberapa saat kemudian dia menatap Mika. "Apa sebelumnya ketika kau bersamanya dia juga sering melakukan itu? Melakukan kekerasan fisik terhadapmu?" tanyanya dengan khawatir. Karena jika itu benar terjadi, maka dia akan memberikan pelajaran pada pria itu.Mik
Perkataan dari pihak WO membuat Olip meradang. Kedua tangannya mengepal kuat karena merasa tidak terima dengan kalimat barusan. "Jangan sembarangan bicara kalian!" teriak Olip menunjuk para pihak Wo."Kami tidak asal bicara. Kalau kalian memang ada uang, seharusnya kalian langsing bisa membayar sisa uang dekorasinya tanpa ada drama meminta sama orang lain." Salah satu pihak WO yang sejak tadi merasa jengkel dengan pasangan itu berujar dengan nada sinis."Dia kakakku. Bukan orang lain," balas Mika."Sama saja. Uhh." "Kalau memang nggak punya uang, sewa dekorasi yang murah saja. Jangan sok-soan nyari yang paling mahal. Kalau seperti ini kita yang repot," ujar pihak WOnya."Iya. Mana lucunya minta bayarin orang lain lagi. Siapa yang nikah siapa yang bayar. Katanya calon bidan, lakinya calon PNS. Tapi nikah numpang." Pihak WO tidak merasa sungkan untuk mengatai Olip dan juga Ridwan karena itu adalah sebuah kenyataan."Jaga ya mulut kalian!" teriak Olip dengan nada tinggi karena dia sudah
Bu Tuti dan Pak Purnomo terpaku mendengar perkataan Mika. Kedua orang itu sempat saling tatap dan menunjukkan ekspresi sama-sama terkejut. Ada sesuatu yang terasa menakutkan dari kalimat yang diucapkan oleh Mika.Mika yang bisa melihat ekspresi berbeda dari kedua orang tua angkatnya ini tersenyum miring. "Iya kan, Pak? Bu?" tanyanya kembali. "Mika loh selama ini nggak merasakan kasih sayang kalian. Kalian selalu membela Olip, menomor satukan Olip, mendahulukan apa pun tentang Olip ketimbang aku. Itu kenapa meski Mika ini anak kalian, Mika merasanya bukan anak kalian. Jadi, kalau kalian sekarang mengatakan tidak akan menganggap Mika anak kalian, Mika rasa itu akan sama saja dengan sebelum-sebelumnya," lanjut Mika menjelaskan maksud dari perkataan sebelumnya. Dia menyukai ekspresi panik dari kedua orang itu.Baik Pak Purnomo dan Bu Tuti tidak menampik akan rasa penuh kelegaan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Mika barusan. Mereka merasa bersyukur ka
Mika memasuki kamarnya dengan tawa geli. Dia merasa lucu dengan kegaduhan yang terjadi di depan. Ingin sekali dia tertawa sejak tadi tetapi dia menahannya karena tidak ingin keberadaan dirinya yang sedang menguping ketahuan.Noval yang melihat istrinya kembali dengan tawa lebar pun mengerutkan kening. "Kamu kenapa?" tanya Noval kemudian. Dia meletakkan ponsel yang ada di tangannya.Mika pun duduk di samping Noval. Perempuan itu mulai bercerita, "Di luar heboh banget. Semua saling menyalahkan. Olip juga, dia sekarang malah nuntut Ridwan untuk membayar biaya dekorasinya. Katanya sebagai pihak pria dia harus membayarnya seperti kamu membiayai pernikahan kita sebelumnya." Dia menjelaskan.Noval hanya menggeleng pelan mendengar itu. "Terus jadinya bagaimana sekarang?" Dia bertanya."Tadi Pak Eko yang turun tangan. Dia memohon pada pihak WO untuk diberi waktu lagi guna mengumpulkan uangnya. Pihak WO setuju dan kalau nggak salah entah besok atau lusa mereka akan kembali lagi untuk meminta pe
Keesokan harinya, Pak Eko mengajak putranya Ridwan untuk mendatangi kediaman calon besannya. Siapa lagi kalau bukan Pak Purnomo. Pria itu hanya mengajak Ridwan tanpa mengajak istrinya.Katanya, "Ibu nggak usah ikut. Bikin rusuh saja." Meski mendapat penolakan sebelumnya dari Bu Lestari, pria itu tetap tidak ingin dibantah dan akhirnya mereka pun pergi hanya berdua saja.Pria berbeda usia itu memasuki kediaman Pak Purnomo, sudah ada calon menantunya di sana yang masih dalam keadaan wajah bantal. Kentara sekali kalau baru bangun. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Panggil bapak dan ibu kamu," ujar Pak Eko pada Olip.Olip mengangguk dengan menggaruk kepalanya. Dia pun berbalik untuk memanggil kedua orang tuanya.Pak Eko menggeleng melihat kepergian Olip. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan perempuan itu, tak habis pikir lagi dengan putranya yang memilih Olip untuk dijadikan istri ketimbang Mika.Pak Eko pun berbisik di telinga Ridwan. "Perempuan seperti itu yang kam
Olip langsung mendelik mendengar apa yang dikatakan Pak Eko. Pria itu menatapnya tanpa ekspresi seolah apa yang dikatakan barusan adalah benar."Mak---maksudnya?" tanya Olip kemudian.Pak Eko pun mengangguk. "Iya. Sudah. nggak usah nikah sekalian kalau nggak mau dekorasinya diganti." Dia kembali memberitahu."Ya nggak bisa gitu dong, Pak," ujar Olip kemudian."Undangannya, kan sudah disebar." Dia melanjutkan."Makanya saya kasih saran untuk ganti dekorasi di depan. Uangnya, kan tidak ada yang untuk membayar. Jadi mau tidak mau kalian harus mengganti dekorasi di depan itu dengan harga yang murah," ujar Pak Eko dengan menunjuk ke arah depan rumah Olip.Olip menatap bapaknya. "Pak. Gimana ini?"Kemudian dia menatap ibunya. "Bu." Dia mengentakkan kaki pelan beberapa kali seperti anak kecil yang sedang merajuk.Pak Purnomo menurunkan kedua bahunya. "Sepertinya saran dari calon mertua kamu memang ada benarnya Olip. Ma
Pak Eko. Pria paruh baya itu mencekal lengan calon menantunya ketika akan mendaratkan sebuah tamparan pada Mika. Dia melepaskan secara kasar sehingga Olip terhubung ke belakang. Beruntung Bu Tuti yang ada di sana sigap menangkap tubuh Olip sehingga perempuan itu tidak terjatuh ke lantai."Pak Eko. Jangan Keterlaluan. Anda sudah mendorong putri saya," ujar Bu Tuti yang merasa tidak terima.Pak Eko tidak merasa takut atauu pun bersalah. "Dia ynag memulai," tunjuknya pada Olip.Pria itu langsung menatap Pak Purnomo. "Pak Purnomo juga tidak terima? Mau memarahi saya juga? Silakan. Tapi sebelum itu dengarkan saya dulu." Dia menunjuk dirinya sendiri."Di mana mata Pak Purnomo selama ini? Kelakuan Olip begitu buruk terhadap kakaknya. Tapi kalian masih membelanya. Sekarang dia mau menampar Mika dan kalian masih diam saja?" Dia menggeleng pelan."Sayang sih sayang. Tapi ya nggak diam saja kalau anaknya melakukan kesalahan. Itu sama saja kalian men
Baik Noval dan Mika terkejut mendapati makam kedua orang tua Mika yang terlihat terawat dan begitu bersih juga rapi. Mereka pikir karena tidak pernah tahu akan keberadaan makam ini dan membuatnya tidak pernah datang akan berakibat makam tidak terawat dan bahkan rusak. Ditumbuhi rumput dan banyaknya sampah dari daun yang berjatuhan dari pohon di atas mereka.Namun, apa yang dilihat keduanya sangatlah berbeda. Bahkan makam itu dikeramik dengan begitu indahnya. Tulisan nama dan tanggal lahir juga kematian terlihat jelas, tidak seperti makam yang terbengkalai selama berpuluh-puluh tahun yang lalu. Mika mengerutkan kening kalah menyadari sesuatu. Perempuan itu segera berjongkok di samping makam ayahnya dan meraih kelopak bunga yang bertaburan di atas makam. Mika menyadari kalau kelopak bunga itu adalah kelopak baru.Dia langsung menoleh ke arah Noval. "Apakah baru saja ada yang dari sini?" tanya perempuan itu kemudian.Noval mengerutkan kening dan iku
Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia
"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak
Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan
Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik
"Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia
Perkelahian antara Noval dan Ridwan yang terjadi di luar rumah tentu saja itu menjadi bahan tontonan gratis para warga. Mereka berkumpul melihat apa yang terjadi serta bertanya-tanya apa yang membuat ini terjadi.Dua pria itu saling pukul. Ya, Ridwan membalas karena tidak ingin kalah. Sayangnya, dari postur tubuh saja sudah jelas dia akan kalah. Apalagi kali ini Noval bertindak dengan amarahnya."Pak. Bu. Tolongin suamiku," ujar Olip yang sudah menangis melihat suaminya dipukuli secara membabi buta oleh Noval.Perempuan itu terlihat panik meskipun akhir-akhir ini dia merasa kesal pada suaminya. "Bu. Gimana ini?" tanya Olip dengan menarik tangan ibunya lalu dia menggoyangkan beberapa kali dengan perasaan cemas."Ibu juga nggak tahu." Bu Tuti menggeleng pelan.Dia menatap ke arah suaminya. "Pak. Pisahin dong mereka." Dia menunjuk ke arah Noval dan Ridwan. "Kasihan itu Ridwan. Jangan dibiarin saja." Dia melanjutkan.Kali ini Bu Tuti menatap Noval dan Ridwan yang masih berkelahi. "Noval.
"Keluar! Atau aku tendang pintu ini!" Suara Noval terdengar jelas kalau pria itu tengah marah besar. Ridwan yang bwrada di dalam kamar Olip kini sedang ketakutan."Kamu ini kenapa sih? Keluar sana. Noval udah teriak-teriak itu. Berisik tahu," ujar Olip yang merasa kesal dengan suaminya. Bukannya segera keluar ketika ada yang mencari malah tidur di sampingnya. Mana pakai acara menyimpan wajah di punggung Olip.Olip risih merasakannya."Keluar sana," ujar Olip sekali lagi.Ridwan yang merasa ketakutan menggeleng cepat. "Enggak ah.""Kok enggal. Itu Noval udah manggil kamu dari tadi." Olip mengibaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya."Nggak mau. Orang aku mau tidur kok dia malah nyariin." Ridwan tetap menolak. Jelas dia tahu apa hal yang membuat Noval mencari dirinya. Itu kenapa dia tidak mau bertemu dengan pria itu.Olip yang muat sikap suaminya pun mulai merasa curiga. Tatapannya memicing. "Aku curiga deh sama kamu." Olip mengerutkan kening.Ridwan pun menatap sang istri. Dia