Olip langsung mendelik mendengar apa yang dikatakan Pak Eko. Pria itu menatapnya tanpa ekspresi seolah apa yang dikatakan barusan adalah benar."Mak---maksudnya?" tanya Olip kemudian.Pak Eko pun mengangguk. "Iya. Sudah. nggak usah nikah sekalian kalau nggak mau dekorasinya diganti." Dia kembali memberitahu."Ya nggak bisa gitu dong, Pak," ujar Olip kemudian."Undangannya, kan sudah disebar." Dia melanjutkan."Makanya saya kasih saran untuk ganti dekorasi di depan. Uangnya, kan tidak ada yang untuk membayar. Jadi mau tidak mau kalian harus mengganti dekorasi di depan itu dengan harga yang murah," ujar Pak Eko dengan menunjuk ke arah depan rumah Olip.Olip menatap bapaknya. "Pak. Gimana ini?"Kemudian dia menatap ibunya. "Bu." Dia mengentakkan kaki pelan beberapa kali seperti anak kecil yang sedang merajuk.Pak Purnomo menurunkan kedua bahunya. "Sepertinya saran dari calon mertua kamu memang ada benarnya Olip. Ma
Pak Eko. Pria paruh baya itu mencekal lengan calon menantunya ketika akan mendaratkan sebuah tamparan pada Mika. Dia melepaskan secara kasar sehingga Olip terhubung ke belakang. Beruntung Bu Tuti yang ada di sana sigap menangkap tubuh Olip sehingga perempuan itu tidak terjatuh ke lantai."Pak Eko. Jangan Keterlaluan. Anda sudah mendorong putri saya," ujar Bu Tuti yang merasa tidak terima.Pak Eko tidak merasa takut atauu pun bersalah. "Dia ynag memulai," tunjuknya pada Olip.Pria itu langsung menatap Pak Purnomo. "Pak Purnomo juga tidak terima? Mau memarahi saya juga? Silakan. Tapi sebelum itu dengarkan saya dulu." Dia menunjuk dirinya sendiri."Di mana mata Pak Purnomo selama ini? Kelakuan Olip begitu buruk terhadap kakaknya. Tapi kalian masih membelanya. Sekarang dia mau menampar Mika dan kalian masih diam saja?" Dia menggeleng pelan."Sayang sih sayang. Tapi ya nggak diam saja kalau anaknya melakukan kesalahan. Itu sama saja kalian men
Baik Noval dan Mika terkejut mendapati makam kedua orang tua Mika yang terlihat terawat dan begitu bersih juga rapi. Mereka pikir karena tidak pernah tahu akan keberadaan makam ini dan membuatnya tidak pernah datang akan berakibat makam tidak terawat dan bahkan rusak. Ditumbuhi rumput dan banyaknya sampah dari daun yang berjatuhan dari pohon di atas mereka.Namun, apa yang dilihat keduanya sangatlah berbeda. Bahkan makam itu dikeramik dengan begitu indahnya. Tulisan nama dan tanggal lahir juga kematian terlihat jelas, tidak seperti makam yang terbengkalai selama berpuluh-puluh tahun yang lalu. Mika mengerutkan kening kalah menyadari sesuatu. Perempuan itu segera berjongkok di samping makam ayahnya dan meraih kelopak bunga yang bertaburan di atas makam. Mika menyadari kalau kelopak bunga itu adalah kelopak baru.Dia langsung menoleh ke arah Noval. "Apakah baru saja ada yang dari sini?" tanya perempuan itu kemudian.Noval mengerutkan kening dan iku
Mika tidak habis pikir dengan Olip. Hari ini, perempuan itu kembali meminta dirinya untuk membayar dekorasi pernikahaannnya agar dia masih tetap bisa memakai dekorasi yang sudah terpasang.Satu pertanyaannya, kenapa menagih ketika dia akan berangkat ke toko, bukan sejak tadi ketika Noval masih belum berangkat ke bengkel?"Iya nih. Sudahlah bayarkan saja dekorasi itu," ujar Pak Purnomo yang saat ini secara terang-terangan ikut meminta paksa Mika."Iya, Kak Mika. Bukankah Ibu sudah mengatakan sejak awal kalau Kak Mika harus memberikan uang hajatan Kak Mika untuk acara pernikahanku. Kenapa tidak Kak Mika kasih?" tanya perempuan itu kemudian."Aku tidak mau kalau dekorasi di depan diganti dengan yang harganya murah," ujarnya kemudian.Mika mendengus kesal. "Sudah berapa kali sih harus aku katakan kalau aku tidak mau membayar dekorasi pernikahan Olip? Dia yang mau menikah, biarkan dia sendiri yang membayarnya," ujar Mika yang kali ini tidak peduli kalau bapaknya aka kembali mengamuk padany
Mika yang sebenarnya berniat pergi ke toko pun harus menundanya sebentar saja. Dia ingin melihat drama dekorasi pernikahan Olip dan Ridwan sedikit lebih lama. Dia pun masih berdiri di ambang pintu pemisah ruang tamu dan ruang tengah dengan melipat tangan di depan dada dan menatap ke arah dua keluarga yang sedang membahas dekorasi dengan pihak WO."Tapi maaf sebelumnya. Yang bisa diganti hanya dekorasinya. Tidak untuk pakaian pengantin dan keluarga karena pakaian yang sudah dipesan pastinya sudah tahap penyelesaian mengingat acara sudah sangat dekat. Jadi, tidak mungkin kalau kalian akan mengubah juga pakaiannya." Meega memberitahu.Pak Eko terdiam. Dia pun mengangguk akhirnya. "Baiklah. Tidak apa. Sudah terlanjur juga." Mungkin nanti dia akan menekan di angka dekorasi.Meega menoleh ke arah salah satu anak buahnya. Dia mengangguk. "Berikan buku katalognya, Eli." Dia berujar.Anak buah Meega mengangguk, dia memberikan buku pada keluarga mempelai dengan ekspresinya yang dia buat sebaik
Bu Tuti dan Olip saling tatap satu sama lain. "Mbak. Mbak bohong, kan? Nggak mungkin Noval ngasih tips sebanyak itu," ujar Bu Tuti yang jelas merasa Tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Meega menoleh. "Kenapa tidak mungkin? Anak buah saya yang ikut bongkar pasang saja masing-masing dikasih satu juta," ujar Meega.Perempuan itu langsung menatap Mika kembali. "Ya sudah. Saya pulang dulu, Mbak Mika. Nanti orang-orang saya yang akan mengurus pembongkaran ini." Dia berujar. Kduanya pun berpisah.Setelah kepergian Meega, Mika pun ikut berpamitan untuk menuju toko miliknya. Sinta pasti sudah lama menunggu di sana."Hei. Maaf aku telat," ujar Mika pada Sinta. Dia meletakkan tas di bawah meja kasir.Sinta yang baru saja melayani pembeli langsung mendekati Mika. Dia duduk di hadapan Mika dengan meja sebagai pemisah. Sinta tampak bertopang dagu. "Gimana? Gimana? Apa hasil akhir dari pembicaraan mereka?" Sinta yang sejak tadi merasa kepo sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar dari Olip.
"Duh yang mimpinya mau buat acara megah. Eh ternyata nggak jadi."Bu Lestari langsung menoleh ke arah kumpulan ibu-ibu yang sedang membicarakannya. Jelas kalau kata-kata barusan adalah bentuk sindiran yang ditunjukan mereka untuk dirinya. Baru juga datang berniat mbeli sayur, tapi sudah dibuat kesal.Dia menatap sengit beberapa ibu-ibu yang ada di warung sayur itu. "Ngomong apa kalian? Coba bicara lagi. Sini bicara di depan saya," ujar perempuan itu dengan berkacak pinggang. Dagunya terangkat menantang beberapa ibu-ibu yang ada di depannya.Sedangkan ibu-ibu itu malah tertawa. "Lah memangnya kita takut." Balasan itu dia dapat disertai tawa yang semakin keras."Bu Lestari ini loh. Kok ya lucu. Impiannya mau buat acara megah. Mau nyaingin acaranya Mika tapi nggak taunya duitnya nggak ada," ujar seorang perempuan bertubuh tambun.Perempuan itu langsung menatap ibu-ibu yang ada di sekitarnya. "Tahu nggak ibu-ibu? Ternyata kemarin tuh Olip memaksa Mita untuk membayar dekorasi pernikahannya
"Tampar, Pak! Tampar," balas Mika cepat ketika melihat tangan bapaknya yang terangkat. Dia tahu kalau pria itu berniat menampar dirinya.Bukannya merasa takut, Mika malah menyodorkan wajahnya ke arah Pak Purnomo. Bahkan perempuan itu mendekatkan pipinya sembari menepuknya beberapa kali. "Ayo, Pak. Tampar. Silakan tampar saja," lanjut MikaUntuk sesaat Pak Purnomo merasa tertegun. Pria itu perlahan menurunkan tangannya tanpan kata.Perempuan itu membalas tatapan tajam Pak Purnomo. "Kenapa? Kenapa berhenti? Bukankah menampar, memukul, menendang dan menyiksa Mika adalah hal biasa bagi Bapak?"Perempuan itu terkekeh kemudian. "Oh tidak. Bukan hanya Bapak tapi untuk kalian semua," ujarnya dengan menunjuk ke arah tiga orang di hadapannya."Tidak hanya badan. Bahkan batin Mika pun kalian tidak berpikir dua kali untuk menyakitinya." Dia menatap kedua orang tua yang sudah membesarkan dirinya itu secara bergantian. Kemarahan, kekecewaan dan kesedih
Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia
"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak
Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan
Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik
"Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia
Perkelahian antara Noval dan Ridwan yang terjadi di luar rumah tentu saja itu menjadi bahan tontonan gratis para warga. Mereka berkumpul melihat apa yang terjadi serta bertanya-tanya apa yang membuat ini terjadi.Dua pria itu saling pukul. Ya, Ridwan membalas karena tidak ingin kalah. Sayangnya, dari postur tubuh saja sudah jelas dia akan kalah. Apalagi kali ini Noval bertindak dengan amarahnya."Pak. Bu. Tolongin suamiku," ujar Olip yang sudah menangis melihat suaminya dipukuli secara membabi buta oleh Noval.Perempuan itu terlihat panik meskipun akhir-akhir ini dia merasa kesal pada suaminya. "Bu. Gimana ini?" tanya Olip dengan menarik tangan ibunya lalu dia menggoyangkan beberapa kali dengan perasaan cemas."Ibu juga nggak tahu." Bu Tuti menggeleng pelan.Dia menatap ke arah suaminya. "Pak. Pisahin dong mereka." Dia menunjuk ke arah Noval dan Ridwan. "Kasihan itu Ridwan. Jangan dibiarin saja." Dia melanjutkan.Kali ini Bu Tuti menatap Noval dan Ridwan yang masih berkelahi. "Noval.
"Keluar! Atau aku tendang pintu ini!" Suara Noval terdengar jelas kalau pria itu tengah marah besar. Ridwan yang bwrada di dalam kamar Olip kini sedang ketakutan."Kamu ini kenapa sih? Keluar sana. Noval udah teriak-teriak itu. Berisik tahu," ujar Olip yang merasa kesal dengan suaminya. Bukannya segera keluar ketika ada yang mencari malah tidur di sampingnya. Mana pakai acara menyimpan wajah di punggung Olip.Olip risih merasakannya."Keluar sana," ujar Olip sekali lagi.Ridwan yang merasa ketakutan menggeleng cepat. "Enggak ah.""Kok enggal. Itu Noval udah manggil kamu dari tadi." Olip mengibaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya."Nggak mau. Orang aku mau tidur kok dia malah nyariin." Ridwan tetap menolak. Jelas dia tahu apa hal yang membuat Noval mencari dirinya. Itu kenapa dia tidak mau bertemu dengan pria itu.Olip yang muat sikap suaminya pun mulai merasa curiga. Tatapannya memicing. "Aku curiga deh sama kamu." Olip mengerutkan kening.Ridwan pun menatap sang istri. Dia