Bu Tuti dan Olip saling tatap satu sama lain. "Mbak. Mbak bohong, kan? Nggak mungkin Noval ngasih tips sebanyak itu," ujar Bu Tuti yang jelas merasa Tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Meega menoleh. "Kenapa tidak mungkin? Anak buah saya yang ikut bongkar pasang saja masing-masing dikasih satu juta," ujar Meega.Perempuan itu langsung menatap Mika kembali. "Ya sudah. Saya pulang dulu, Mbak Mika. Nanti orang-orang saya yang akan mengurus pembongkaran ini." Dia berujar. Kduanya pun berpisah.Setelah kepergian Meega, Mika pun ikut berpamitan untuk menuju toko miliknya. Sinta pasti sudah lama menunggu di sana."Hei. Maaf aku telat," ujar Mika pada Sinta. Dia meletakkan tas di bawah meja kasir.Sinta yang baru saja melayani pembeli langsung mendekati Mika. Dia duduk di hadapan Mika dengan meja sebagai pemisah. Sinta tampak bertopang dagu. "Gimana? Gimana? Apa hasil akhir dari pembicaraan mereka?" Sinta yang sejak tadi merasa kepo sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar dari Olip.
"Duh yang mimpinya mau buat acara megah. Eh ternyata nggak jadi."Bu Lestari langsung menoleh ke arah kumpulan ibu-ibu yang sedang membicarakannya. Jelas kalau kata-kata barusan adalah bentuk sindiran yang ditunjukan mereka untuk dirinya. Baru juga datang berniat mbeli sayur, tapi sudah dibuat kesal.Dia menatap sengit beberapa ibu-ibu yang ada di warung sayur itu. "Ngomong apa kalian? Coba bicara lagi. Sini bicara di depan saya," ujar perempuan itu dengan berkacak pinggang. Dagunya terangkat menantang beberapa ibu-ibu yang ada di depannya.Sedangkan ibu-ibu itu malah tertawa. "Lah memangnya kita takut." Balasan itu dia dapat disertai tawa yang semakin keras."Bu Lestari ini loh. Kok ya lucu. Impiannya mau buat acara megah. Mau nyaingin acaranya Mika tapi nggak taunya duitnya nggak ada," ujar seorang perempuan bertubuh tambun.Perempuan itu langsung menatap ibu-ibu yang ada di sekitarnya. "Tahu nggak ibu-ibu? Ternyata kemarin tuh Olip memaksa Mita untuk membayar dekorasi pernikahannya
"Tampar, Pak! Tampar," balas Mika cepat ketika melihat tangan bapaknya yang terangkat. Dia tahu kalau pria itu berniat menampar dirinya.Bukannya merasa takut, Mika malah menyodorkan wajahnya ke arah Pak Purnomo. Bahkan perempuan itu mendekatkan pipinya sembari menepuknya beberapa kali. "Ayo, Pak. Tampar. Silakan tampar saja," lanjut MikaUntuk sesaat Pak Purnomo merasa tertegun. Pria itu perlahan menurunkan tangannya tanpan kata.Perempuan itu membalas tatapan tajam Pak Purnomo. "Kenapa? Kenapa berhenti? Bukankah menampar, memukul, menendang dan menyiksa Mika adalah hal biasa bagi Bapak?"Perempuan itu terkekeh kemudian. "Oh tidak. Bukan hanya Bapak tapi untuk kalian semua," ujarnya dengan menunjuk ke arah tiga orang di hadapannya."Tidak hanya badan. Bahkan batin Mika pun kalian tidak berpikir dua kali untuk menyakitinya." Dia menatap kedua orang tua yang sudah membesarkan dirinya itu secara bergantian. Kemarahan, kekecewaan dan kesedih
Hari pernikahan Olip dan Ridwan tiba. Biasanya, di hari pernikahan mempelai akan merasa bahagia karena sedang menjadi raja dan ratu sehari. Namun, itu tidak terjadi pada acara pernikahan kedua orang ini.Bagaimana tidak? Pernikahan impian yang Olip inginkan tidak dapat dia capai. Sejak acara ijab qabul tadi pagi, sampai hari menjelang sore pada acara resepsi, wajah dua pengantin itu ditekuk tanpa ada senyum. Meski terkadang ada, itu bukanlah senyum kebahagiaan melainkan senyum yang mereka paksa untuk menyambut tamu.Ya. Mungkin bisa dikatakan kalau Ridwan lebih legowo daripada Olip yang masih tidak terima dengan kenyataan dekorasinya karena pria itu masih banyak senyumnya."Aduh. Rasanya aku malas keluar. Rasanya aku ingin membuyarkan acara ini saja," ujar Olip. Perempuan itu tengah berada di kamar karena baru saja menggantik pakaian pengantin keduanya. Pakaian mahal yang dia pesan untuk acara pernikahan.Namun, meski pakaian yang dia inginkan itu sesuai, tetap saja dekorasi di luar m
"Senyum dong, Bu. Kenapa cemberut terus sih?" Pak Eko yang melihat istrinya selalu mengerucutkan bibir berujar. Kekesalan terlihat jelas di wajah perempuan itu."Kita harus menunjukkan rasa bahagia kita," lanjut Pak Eko kemudian.Bu Lestari yang mendengar ucapan suaminya pun langsung menatap Pak Eko dengan melotot. "Mau gimana Ibu nggak cemberut? Gimana Ibu mau menunjukkan kebahagiaan ibu, Pak kalau ibu saat ini sedang kesal?" tanya perempuan itu sembari menarik ujung pakaiannya untuk melampiaskan rasa kesal yang sedang dia rasakan."Lah memang kenapa Ibu kesal? Ini hari bahagia anak kita?" tanya Pak Eko kemudian.Bu Lestari langsung mendelik. Dia bertanya dalam hati suaminya ini pura-pura tidak tahu apa memang tidak tahu? "Nggak usah pura-pura tidak tahu deh, Pak. Bapak, kan juga tahu apa alasan ibu seperti ini. Ibu ini sedang malu, Pak. Malu dibuat bahan pembicaraan warga desa."Dia mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya dekorasi yang bagus diganti sama dekorasi yang jelek seperti ini
"Sudah. Aku tidak mau keluar lagi," ujar Olip dengan suara keras sembari menangis sesenggukan.Setelah kepergian temannya tadi, perempuan itu pun langsung pergi memasuki rumah meninggalkan pesta pernikahannya dan tidak lagi peduli dengan pesta itu. Olip sudah cukup merasa malu dan dibuat marah oleh sikap teman-temannya. Dia tidak lagi peduli kalau ada teman-teman lain yang datang. Toh pasti mereka akan menghina dirinya juga.Semua orang yang melihat kepergian Olip pun sempat merasa bingung. Mereka langsung mengikuti ke rumah. Setelah mendengar geruntuan perempuan itu, mereka langsung menghela napas dalam dan menurunkan kedua bahunya. Merasa lelah dengan sikap Olif yang kekanak-kanakan."Ayolah. Jangan seperti ini. Jangan seperti anak kecil," ujar Pak Purnomo yang mulai kesal dengan tingkah putrinya itu.Olip yang mendengar perkataan bapaknya langsung menatap dengan perasaan kesal pada pria paruh baya itu. Dari balik mata berkaca juga riasan wajah yang sudah hancur karena tangis dia be
Olip tengah duduk di depan rumahnya siang ini. Dia sedikit menunduk karena sedang memijat kakinya yang terasa pegal akibat acara semalam. Sembari memijat matanya terus terarah pada beberapa orang yang hari ini sedang membongkar dekorasi acara pernikahannya kemarin.Perempuan itu tidak berhenti menggerutu sejak tadi. "Sudah acaranya mengecewakan. Badan terasa pegal. Kaki linu lagi," ujarnya dengan mengerucutkan bibir. Dia sedikit menekan kakinya ketika memijat. Namun, hal itu membuat dia merasa kesakitan.Olip menoleh ketika menyadari kehadiran seseorang. Dia melihat keberadaan Ridwan yang baru saja bangun dengan menguap lebar dan tangan yang menggaruk kepalanya. Sisa air liur masih terlihat di ujung bibir dan itu yang membuat Olip bergidik jijik."Cuci muka dulu sana kek. Main keluar aja. Jorok tahu," ujarnya kemudian memaki sang suami.Ridwan menoleh menatap Olip dengan santai. Kali ini dia malah menggaruk ujung bibirnya. "Males," ujar pria itu kemudian yang langsung duduk di samping
Semua orang menatap bingung Olip. Termasuk Mika dan Noval yang saling tatap. Pergerakan mata keduanya seolah bertanya apa yang tengah terjadi saat ini. Noval hanya mengedikkan bahu kemudian.Pak Purnomo menatap putrinya heran. "Ada apa memangnya?" tanyanya kemudian."Kok isinya ijo-ijo semua? Nggak ada yang merah sama sekali sih?" Olip kembali meraih uang senilai dua puluh ribuan itu lalu meletakkannya kasar ke meja.Tatapan matanya tertuju para Mika. Dia menatap tajam Mika. "Kak Mika tukar isi amplopnya ya?" Olip tanpa halauan menuduh Mika.Mika yang mendengar itu langsung melotot karena terkejut. "Aku?" tanyanya dengan menunjuk wajahnya disertai ekspresi bingung."Bagaimana aku melakukannya?" tanyanya kemudian.Noval yang mendengar itu hanya menatap Olip dengan ekspresi sinis. Sembari melipat tangan di depan dada, satu sudut bibir Noval tertarik membentuk seringai. "Bodoh," makinya kemudian."Ini yang katanya mau menjadi bidan? Nggak yakin bisa lulus. Bukannya nyembuhin orang malah
"Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova
Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.
Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala
Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala
"Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam
"Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak
"Sorry," ujar Mika sebelum dia menutup panggilan dengan Sinta. Harii ini, mereka berniat untuk ke tempat kerja masing-masing dengan terlambat karena Mika ingin menjalankan rencananya.Apa rencana Mika?Mika berencana untuk memasuki kamar kedua orang tuanya lagi untuk mencari petunjuk perihal kedua orang tua kandungnya. Mika yakin akan ada sesuatu di sana."Dah," ujar Mika pada Noval. Mika harus memberitahu Sinta kalau dia akan datang terlambat. Sedangkan Noval sendiri sudah memberitahukan orang di bengkel sejak tadi.Noval mengangguk. "Bagus. Kita tinggal tunggu Bapak dan Ibu pergi saja. Semoga ini akan berhasil,'' ujar Noval kemudian. Mereka menunggu dua orang tua itu keluar.Jika Pak Purnomo akan pergi mengojek, maka biasanya Bu Tuti akan pergi untuk bergosip dengan tetangga sekitar. Sejak pernikahan Olip, Bu Tuti tidak melakukannya karena dialah yang menjadi bahan pembicaraan di desa. Namun, sejak dua hari yang lalu dia sudah melakukan kebiasaannya dulu itu."Kalian tidak kerja?" t
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Olip dan Ridwan baru saja sampai di kediaman Pak Eko. Dua orang itu membawa koper besar berisi pakaian mereka. Wajah Olip menunjukkan kekesalan karena dia harus kalah dari Mika dan berakhir dirinya yang harus pergi dari rumah."Sudah. Daripada kita tinggal di sana tapi mendapat kesialan terus. Mending kita di sini saja. Toh sama saja, kan. Setidaknya kita aman di sini," ujar Ridwan mencoba menghibur Olip.Olip mendengus. Sama saja bagaimana? Kalau di rumahya sendiri, kan dia pasti diratukan oleh kedua orang tuanya. jelas itu. Kalau di sini, jelas dia yang harus berbagi mengingat ada adik Ridwan yang masih bersekolah. Belum lagi sikap bapak mertuanya yang terang-terangan tidak menyukai Olip.''Kamu harus segera buatin aku rumah. Sebagai seorang suami itu sudah tanggung jawab kamu," ujar Olip menatap tajam Ridwan.Ridwan menghela napas dalam. Permintaan Olip ini terlalu banyak. Ya meskipun itu tidak salah karena memang sejatinya seorang
''Kok bisa sih bannya kempes?" tanya Ridwan ketika mendapati ban motornya kempes. Dia memerhatikan ban itu yang tak memiliki angin sama sekali.Detik kemudian pandangannya jatuh pada Noval yang baru saja mengeluarkan motornya. Dia terus memerhatikan gerak-gerik Noval yang saat ini sedang memanasi motornya. Tatapann Ridwan pun menjadi curiga."Val. Kamu yang membuat ban motor aku kempes?" tanya Ridwan yang jelas sekali kalau itu adalah bentuk tuduhan.Noval yang sebelumnya tengah sibuk dengan motornya sendiri pun langsung menatap Ridwan dengan datar. Dia memerhatikan ban motor milik adik iparnya itu yang sudah dalam keadaan kempes. Noval menggeleng lalu kembali fokus pada kendaraannya sendiri.Ridwan melotot lebar. ''Val. Jangan bohong kamu." Dia tidak percaya dengan jwaban Noval.Noval kembali menatap Ridwan. Kali ini dia brsuara, ''Bukan aku." Dia masih menjawab dengan santai.Mika kebetulan keluar dari rumah dan mendekati suaminya. Dia melihat seperti ada sitegang antara sang suami