Ingatan yang kosong lantaran kecelakaan yang ia alami membuat Naya kewalahan mengaitkan kepingan puzzle hidupnya. Pria kaya raya itu terlalu baik, dia adalah malaikat psikonya seorang Naya. Sampai akhirnya ia tahu bahwa Jonathan yang dipuja ternyata sama licik seperti ayahnya. Dia terobsesi. Alih-alih mengaku sebagai tunangannya, Jonathan Grease menyeretnya ke dalam alur permainan biadab para konglomerat. Sayangnya dadu permainan telah dilempar, mau tak mau Naya harus tetap berdiri menunggu hingga akhir permainan. Ia tahu bahwa tak akan ada lagi kata utuh, ini dosa yang menjeratnya. *** [ANOTHER STORY] Ichi membenci ayahnya, sangat, bahkan lebih dari seumur hidupnya. Pernikahan Ichi dan Yuga tak pernah jauh dari pertengkaran. Ichi benci perjodohan, ia pikir dirinya dapat menyelesaikan pernikahan itu secepat mungkin setelah ayahnya meninggal. Nyatanya kisah menjadi rumit setelah Ichi menjadi luluh pada Yuga. Hingga saat ia tahu bahwa ayahnya menggadaikan seluruh aset demi permainan bodoh yang dilakukan para konglomerat demi sebuah pertaruhan kursi perak.
Lihat lebih banyakHalo, ini Ich! Sebelumnya terima kasih sudah mau membaca notes ini. Sebelum masuk lebih jauh ke dalam cerita. Seperti empat chapter sebelumnya yang sudah kamu baca, aku ingin memberi tahu bahwa di sini ada dua pasang tokoh: Jonathan Grease dan Naya Oswald serta Yuga dan Ichi. Tentunya, dari sini point of view akan menyesuaikan alur cerita. Aku ngga akan membuat kamu bingung, jadi akan aku usahakan untuk membuat ini semudah mungkin untuk dipahami. Aku juga berharap kalian bisa memahami kode kode implisit yang berusaha aku sisipkan di dalam alur. Semoga transisi dan pergantian sudut pandang antartokoh di cerita ini tidak membuat kalian bingung ya. Dan semoga ceritanya tidak membosankan hahaha. Terima kasih, enjoy!
Suara televisi rumah sakit berdengung seperti lebah, Naya menatap sedikit terkejut pada berita dan saluran gosip di layar datar di sana. Seminggu berada di rumah sakit, merasa penat dengan kunjungan dokter dan rencana terapi, baru kali ini ia menyalakan televisi dan sekonyong saja menemukan banyak berita simpang siur tentangnya disiarkan. Ia tahu itu hanya untuk pemancing pemirsa. Bahkan tak ayal membuat judul yang begitu heboh seakan itu benar. Tetapi ini sungguh memuakkan. Naya adalah seorang model. Ia bergabung dengan salah satu agensi besar yang menaungi para artis, aktor, dan model sekitar enam tahun lalu. Kala itu usianya masih 22 tahun dan masih menempuh studi di salah satu universitas kenamaan, awalnya mengambil jurusan ekonomi namun tak menyangka awal dari terpilihnya dia menjadi gadis sampul malah membawanya pada kesuksesan. Setidaknya ingatan baik yang satu itu tidak hilang dari kepala Naya. Maka dari itu, sebenarnya ia tak lagi terkejut dengan berita, gosip, wartawan,
Awalnya hanya putih yang menusuk mata bahkan dikala matanya memejam. Mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan retina matanya lantaran sinar mentari menelisik celah tirai, ditutupinya dengan tangan berusaha menghalangi sinar di depan wajah. Kepalanya terasa nyeri, semua benda bahkan ruangan terasa berputar. Mengerjap setengah menyipit, matanya menyapu objek apapun yang dilihatnya dengan tatap sayu yang gamang. Butuh waktu yang hampir-hampir memualkan untuknya biasakan diri dari kepala yang pening. Rasanya ingin muntah seakan dijungkir-balikkan. Tetapi perlahan rasa pening kemualan itu sirna dan digantikan kebingungan baru. Kali ini adalah sebuah kamar seukuran 5x5 bercat putih. Kini tatapannya terarah pada tangannya sendiri, sembari membolak-balik tangannya dengan jarum infus dan sebuah belalai panjang dengan alat yang menjepit jari telunjuknya. Wanita itu menoleh kesana-kemari, lantas mengerang dan refleks menyentuh lehernya. Batang lehernya dipasang gips membuatnya tak leluasa ke
Sirene ambulans meraung ganas, memasuki pekarangan kelewat terburu. Ini entah ambulans yang ke berapa. Dua perawat bergegas turun dari mobil, disusul dengan beberapa perawat jaga lain berlari menghampiri dari belakang. Bangkar serta dua roda depan diturunkan, disusul dengan dua roda lainnya di bagian belakang bangkar. Sedari tadi, bahkan sebelum ambulans ini datang, dari banyak ambulans lain sebelumnya, para korban berlumuran darah telah menjadi pusat perhatian mengenaskan. Beberapa di antara pengunjung rumah sakit membekap mulutnya sendiri demi menyaksikan kengerian manusia-manusia yang berlumuran darah dan memar parah dari peliknya kejadian beruntun. "ICU! ICU! Pasien gawat kecelakaan!" Para perawat menggiring dua bangkar yang tiba dari ambulans menuju ruangan ICU, kepanikan jelas kentara di langit-langit gedung beraroma disinfektan yang terlampau menyengat. Dua dokter spesialis ikut berlari memburu waktu yang sudah laiknya bom, bila terlambat maka akan usai, begitulah. Dua bang
Aku dan mata sabitmu.Izinkan aku melayang bersama mereka—ialah ribuan asa dan harapan yang diludahkan ke hampanya udara, tanpa tersentuh iba, dari partikel kecil yang manusia sebut sebagai ... dosa.Ludahi aku juga bila kau rasa naif ini hanyalah racun.*Dulu ia enggan percaya pada setiap alasan apapun. Pikirnya, seseorang yang alami ‘masalah berkelas’ hanya tengah coba cari-cari alibi tolol, setidaknya yang mampu dijangkau bagi otak sempit yang berpredikat sebagai akal sehat manusia.Padahal tak ayal, hanya lempar dan salahkan hal lain demi sempurna menutupi atau entah pun mengelak pada suatu hal berdosa yang ia lakukan, semata dilakukan guna cuci tangan dari segala perkara yang mendera.Para naif yang terjebak dengan masalah berkelas ini misalnya, mereka hanya sekadar ingin keluar dari rumah lantaran didera bosan atau barangkali penat menghadapi setiap omelan orang tua.Semacam alih-alih berkata bahwa pertengkaran, kedisharmonisan, kasih-sayang yang tak adil, dan alasan klise labi
Aku dan mata sabitmu.Izinkan aku melayang bersama mereka—ialah ribuan asa dan harapan yang diludahkan ke hampanya udara, tanpa tersentuh iba, dari partikel kecil yang manusia sebut sebagai ... dosa.Ludahi aku juga bila kau rasa naif ini hanyalah racun.*Dulu ia enggan percaya pada setiap alasan apapun. Pikirnya, seseorang yang alami ‘masalah berkelas’ hanya tengah coba cari-cari alibi tolol, setidaknya yang mampu dijangkau bagi otak sempit yang berpredikat sebagai akal sehat manusia.Padahal tak ayal, hanya lempar dan salahkan hal lain demi sempurna menutupi atau entah pun mengelak pada suatu hal berdosa yang ia lakukan, semata dilakukan guna cuci tangan dari segala perkara yang mendera.Para naif yang terjebak dengan masalah berkelas ini misalnya, mereka hanya sekadar ingin keluar dari rumah lantaran didera bosan atau barangkali penat menghadapi setiap omelan orang tua.Semacam alih-alih berkata bahwa pertengkaran, kedisharmonisan, kasih-sayang yang tak adil, dan alasan klise labi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen