Dina begitu syok mendengar pernyataan dari Ryan hingga sesak nafas dan akhirnya pingsan, Ryan dan Sherly membawanya kembali ke klinik dan cukup lama menunggu wanita paruh baya itu sadar."Baru saja pulang, kenapa bisa pingsan lagi?" tanya dokter pemilik klinik swasta tersebut. "Mama saya sepertinya sangat terkejut dengan sebuah kenyataan yang baru saja ia dengar," ucap Ryan."Apakah itu masalah hasil tes yang Bapak Ryan tanyakan pada saya?" Ryan menganggukkan kepala menjawab pertanyaan dokter, hal itu membuat Dokter membuka kacamata dan memijat pangkal hidungnya. Pantas saja Bu Dina kembali Anfal, ternyata kabar itu sangat mengejutkan dan kini kondisinya lebih buruk daripada sebelumnya. "Dengan berat hati saya katakan Bu Dina mengalami stroke ringan."Ryan dan Sherly kompak menutup mulutnya terkejut mendengar ucapan dokter, Sherly tidak bisa membayangkan bagaimana hidup dengan mertua yang kini mengalami stroke. Ia sedang hamil muda, sedangkan Ryan akan sibuk di toko furniture, past
"Sepertinya belum pernah, karena saya baru tiba di Jakarta kemarin dan baru hari ini melamar kerja di sini," jawab Syifa.Satria menganggukkan kepala, lelaki tampan itu meminta Lidya sebagai leader menjelaskan kepada Syifa apa saja yang harus di lakukan. Ternyata Syifa tak hanya bertugas membersihkan ruangan satria, tapi juga bertugas membersihkan ruangan asistennya yaitu Athar."Ayo aku antar ke ruang pak Athar," ucap Lidya.Syifa menganggukan kepala dan berpamitan pada Satria. Lelaki tampan yang merupakan CEO di perusahaan tersebut mengangguk dan menatap punggung Syifa yang telah keluar dari ruangannya."Aku merasa wajahnya familiar, apa mungkin dia mirip seseorang. Namun, siapa?" gumam Satria dalam hati.Sementara di sisi lain, Lidya mengetuk pintu ruangan Athar dan Athar pun menyuruhnya masuk. Ia terkejut saat Lidya membawa Syifa ke ruangannya, ia tidak menyangka jika Syifa akan ditugaskan membersihkan ruangannya."Pak Athar, mulai hari ini Syifa saya tugaskan membersihkan ruangan
"Syifa, bisakah kamu membersihkan ruanganku dulu. Aku ingin bicara hal yang sangat rahasia dengan Tuan Satria," ucap Athar."Baiklah aku siap, permisi Tuan Satria," ucap Syifa.Satria menganggukkan kepalanya lalu wanita cantik itu keluar dari ruangan Satria membawa alat-alat kebersihan menuju ruangan Athar, setelah Syifa keluar Satria pun memandang Athar dengan penuh tanda tanya. Lelaki berwajah tampan itu kini diam saja dan membuat atasannya mengerutkan kening."Hal rahasia Apa yang ingin kamu sampaikan, Athar?" tanya Satria."Tuan, bisakah anda menjaga rahasia saya?" tanya Athar."Rahasia yang mana?" Satria balik bertanya."Tentang perasaan saya terhadap Syifa, Saya tidak ingin dia mengetahui hal itu dari Tuan. Saya tidak ingin hubungan kami menjadi canggung," ucap Athar."Aku pikir kamu lelaki pemberani, rupanya Kamu pengecut, Athar. Syifa cukup cantik, meskipun dia sudah janda aku yakin banyak lelaki yang menyukai nya. Jika kamu tidak mengungkapkan perasaanmu, mungkin saja suatu s
"Aku istrimu, Mas. Bukan pembantu, aku gak suka kamu perintah seperti itu," ucap Sherly."Aku tidak pernah menganggap kamu sebagai pembantu. Aku hanya meminta kamu mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban istri, kalau melakukan hal-hal itu saja kamu tidak mau pergi saja dari rumah ini," ucap Ryan.Lelaki itu tidak ingin semakin emosi, ia menarik handuk yang ada di belakang pintu lalu pergi meninggalkan kamar menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Ryan duduk di kloset sambil mengusap kasar wajahnya.Belum satu Minggu berpisah dengan Syifa ia sudah merasakan perbedaan besar, Syifa yang dulu selalu sigap menyiapkan baju dan sarapan untuknya kini tak ada lagi. Sherly yang ia pikir bisa menjadi pengganti Syifa nyatanya tak bisa mengerjakan hal itu dan membuat paginya di penuhi emosi dan hanya menjadi beban hidupnya.Ryan mulai mandi dan merutuki kebodohan demi kebodohan yang ia lakukan selama ini, hidupnya yang selalu bahagia saat bersama Syifa harus ia nodai karena rayuan Sherly dan
"Aku nggak cari apa-apa dan udah selesai beresin ruangan kamu," ucap Syifa."Lalu Kamu kenapa masih di sini?" tahta Athar."Tadi aku kebelet pipis kalau aku pakai toilet yang di bawah kelamaan, jadi aku numpang ke toilet yang ada di ruangan kamu, maaf ya kalau aku lancang," ucap Syifa."Karena kamu jadi aku maafkan, kalau orang lain nggak akan aku izinkan untuk memakai toilet di ruangan ini," ucap Athar.Syifa tersenyum Athar memang selalu menganggapnya spesial, tetapi ia pikir hanya spesial sebatas sahabat. Syifa tak pernah tahu sejak beranjak remaja, melihat Syifa yang semakin hari semakin cantik, membuat benih cinta mulai tumbuh di hati Athar.Athar melihat Syifa bukan lagi sahabatnya melainkan wanita yang ia cinta, tetapi perihnya hidup Athar membuat lelaki itu terpaksa sekolah SMA dan kuliah di jakarta melalui program gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA).Lama tak berjumpa dengan Syifa, mereka tetap berkomunikasi lewat pesan singkat dan bertemu setahun sekali setiap idul Fitri
"Jangan menampakkan hal yang tidak biasa padanya, Mah. Jangan sampai ada yang tahu tentang Sabrina lalu mengaku-ngaku jadi Sabrina hanya untuk keuntungan sendiri," ucap Satria."Mama tahu kamu tidak ingin ada yang memanfaatkan keluarga kita, Kan!" ucap Amalia."Iya, apalagi mama orang baik. Orang baik itu terkadang jadi incaran orang-orang agar bisa di manfaatkan," ucap Satria mengemukakan kekhawatirannya."Kamu tenang saja, mama bukan gadis polos yang mudah di manfaatkan," ucap Amalia.Satria menghela nafasnya melihat sang mama menyeruput minuman yang tadi di buatkan Syifa, ia tersenyum saat melihat pesan balasan dari sang suami. Banyu Pramudya yang merupakan pemilik perusahaan kini sedang berada di luar kota, ia mengurus bisnis yang masih ada kaitannya dengan perusahaan tersebut.Banyu terkejut setelah melihat foto yang di kirim oleh sang istri, ia seperti melihat gambar istrinya saat masih muda dan mengira foto tersebut adalah editan yang di buat oleh Amalia.(Mama gak ada kerjaan,
Setelah cukup lama berkendara akhirnya Amalia memarkirkan mobilnya di sebuah mall yang cukup besar, sebelum mereka turun dari mobil Amalia meminta Syifa untuk mengganti pakaiannya. "Saya ada kemeja yang tidak terpakai, coba kamu ganti baju ya. Biar masuk mall gak pakai seragam office girl," ucap Amalia.Syifa mengangguk patuh, meskipun sedikit malu tapi akhirnya ia mengganti pakaiannya di depan Amalia. Andai yang menyuruhnya adalah Satria mungkin Syifa sudah menolak dengan alasan yang kuat. Hati Amalia semakin bergetar melihat tanda lahir yang ada di lengan sebelah kiri Syifa, tanda lahir berwarna hitam cukup panjang yang sama dengan anaknya Sabrina yang hilang beberapa belas tahun lalu. "Syifa, kamu punya tanda lahir di tangan kirimu," ucap Amalia."Iya, Bu eh Nyonya.""Panggil ibu saja," ucap Amalia.Wajah, senyum, dan tanda lahir yang mirip belum membuat Amalia benar-benar yakin jika Syifa adalah Sabrina-nya yang hilang. Ia masih ingin mencari tahu lebih banyak tentang Syifa,
"Mas, besok jadwal kontrol kehamilan, sekalian beli susu hamil ya udah habis," ucap Sherly seraya meletakan teh hangat di meja."Gak usah ke rumah sakit, ke bidan terdekat aja," ucap Ryan lalu menyeruput teh hangat buatan Sherly."Tapi ke rumah sakit lebih bagus pelayanannya, Mas.""Kalau kamu mau ke bidan aku kasih uangnya, kalau gak mau ya sudah. Anak itu juga bukan anakku!" ucap Ryan.Sherly terdiam mendengar ucapan ketus dari Ryan, cita-cita nya ingin di manja saat hamil oleh suami seketika sirna. Ia tidak akan lupa jika Syifa yang membuat semua itu terjadi, andai Syifa tidak memberikan bukti perselingkuhan Sherly dengan Andre, juga hasil tes kesuburan mereka, mungkin saat ini Ryan masih percaya jika anak di dalam perut Sherly adalah anaknya.Sherly tak bisa menuntut banyak pada Ryan, lelaki itu sudah mau menerima anak dalam kandungan dan mau membiayai segalanya saja sudah cukup. Hanya saja ia kesal harus mengurus ibu mertua yang mengalami stroke ringan."Yaudah, Mas. Antar sama