"Syifa, bisakah kamu membersihkan ruanganku dulu. Aku ingin bicara hal yang sangat rahasia dengan Tuan Satria," ucap Athar."Baiklah aku siap, permisi Tuan Satria," ucap Syifa.Satria menganggukkan kepalanya lalu wanita cantik itu keluar dari ruangan Satria membawa alat-alat kebersihan menuju ruangan Athar, setelah Syifa keluar Satria pun memandang Athar dengan penuh tanda tanya. Lelaki berwajah tampan itu kini diam saja dan membuat atasannya mengerutkan kening."Hal rahasia Apa yang ingin kamu sampaikan, Athar?" tanya Satria."Tuan, bisakah anda menjaga rahasia saya?" tanya Athar."Rahasia yang mana?" Satria balik bertanya."Tentang perasaan saya terhadap Syifa, Saya tidak ingin dia mengetahui hal itu dari Tuan. Saya tidak ingin hubungan kami menjadi canggung," ucap Athar."Aku pikir kamu lelaki pemberani, rupanya Kamu pengecut, Athar. Syifa cukup cantik, meskipun dia sudah janda aku yakin banyak lelaki yang menyukai nya. Jika kamu tidak mengungkapkan perasaanmu, mungkin saja suatu s
"Aku istrimu, Mas. Bukan pembantu, aku gak suka kamu perintah seperti itu," ucap Sherly."Aku tidak pernah menganggap kamu sebagai pembantu. Aku hanya meminta kamu mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban istri, kalau melakukan hal-hal itu saja kamu tidak mau pergi saja dari rumah ini," ucap Ryan.Lelaki itu tidak ingin semakin emosi, ia menarik handuk yang ada di belakang pintu lalu pergi meninggalkan kamar menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Ryan duduk di kloset sambil mengusap kasar wajahnya.Belum satu Minggu berpisah dengan Syifa ia sudah merasakan perbedaan besar, Syifa yang dulu selalu sigap menyiapkan baju dan sarapan untuknya kini tak ada lagi. Sherly yang ia pikir bisa menjadi pengganti Syifa nyatanya tak bisa mengerjakan hal itu dan membuat paginya di penuhi emosi dan hanya menjadi beban hidupnya.Ryan mulai mandi dan merutuki kebodohan demi kebodohan yang ia lakukan selama ini, hidupnya yang selalu bahagia saat bersama Syifa harus ia nodai karena rayuan Sherly dan
"Aku nggak cari apa-apa dan udah selesai beresin ruangan kamu," ucap Syifa."Lalu Kamu kenapa masih di sini?" tahta Athar."Tadi aku kebelet pipis kalau aku pakai toilet yang di bawah kelamaan, jadi aku numpang ke toilet yang ada di ruangan kamu, maaf ya kalau aku lancang," ucap Syifa."Karena kamu jadi aku maafkan, kalau orang lain nggak akan aku izinkan untuk memakai toilet di ruangan ini," ucap Athar.Syifa tersenyum Athar memang selalu menganggapnya spesial, tetapi ia pikir hanya spesial sebatas sahabat. Syifa tak pernah tahu sejak beranjak remaja, melihat Syifa yang semakin hari semakin cantik, membuat benih cinta mulai tumbuh di hati Athar.Athar melihat Syifa bukan lagi sahabatnya melainkan wanita yang ia cinta, tetapi perihnya hidup Athar membuat lelaki itu terpaksa sekolah SMA dan kuliah di jakarta melalui program gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA).Lama tak berjumpa dengan Syifa, mereka tetap berkomunikasi lewat pesan singkat dan bertemu setahun sekali setiap idul Fitri
"Jangan menampakkan hal yang tidak biasa padanya, Mah. Jangan sampai ada yang tahu tentang Sabrina lalu mengaku-ngaku jadi Sabrina hanya untuk keuntungan sendiri," ucap Satria."Mama tahu kamu tidak ingin ada yang memanfaatkan keluarga kita, Kan!" ucap Amalia."Iya, apalagi mama orang baik. Orang baik itu terkadang jadi incaran orang-orang agar bisa di manfaatkan," ucap Satria mengemukakan kekhawatirannya."Kamu tenang saja, mama bukan gadis polos yang mudah di manfaatkan," ucap Amalia.Satria menghela nafasnya melihat sang mama menyeruput minuman yang tadi di buatkan Syifa, ia tersenyum saat melihat pesan balasan dari sang suami. Banyu Pramudya yang merupakan pemilik perusahaan kini sedang berada di luar kota, ia mengurus bisnis yang masih ada kaitannya dengan perusahaan tersebut.Banyu terkejut setelah melihat foto yang di kirim oleh sang istri, ia seperti melihat gambar istrinya saat masih muda dan mengira foto tersebut adalah editan yang di buat oleh Amalia.(Mama gak ada kerjaan,
Setelah cukup lama berkendara akhirnya Amalia memarkirkan mobilnya di sebuah mall yang cukup besar, sebelum mereka turun dari mobil Amalia meminta Syifa untuk mengganti pakaiannya. "Saya ada kemeja yang tidak terpakai, coba kamu ganti baju ya. Biar masuk mall gak pakai seragam office girl," ucap Amalia.Syifa mengangguk patuh, meskipun sedikit malu tapi akhirnya ia mengganti pakaiannya di depan Amalia. Andai yang menyuruhnya adalah Satria mungkin Syifa sudah menolak dengan alasan yang kuat. Hati Amalia semakin bergetar melihat tanda lahir yang ada di lengan sebelah kiri Syifa, tanda lahir berwarna hitam cukup panjang yang sama dengan anaknya Sabrina yang hilang beberapa belas tahun lalu. "Syifa, kamu punya tanda lahir di tangan kirimu," ucap Amalia."Iya, Bu eh Nyonya.""Panggil ibu saja," ucap Amalia.Wajah, senyum, dan tanda lahir yang mirip belum membuat Amalia benar-benar yakin jika Syifa adalah Sabrina-nya yang hilang. Ia masih ingin mencari tahu lebih banyak tentang Syifa,
"Mas, besok jadwal kontrol kehamilan, sekalian beli susu hamil ya udah habis," ucap Sherly seraya meletakan teh hangat di meja."Gak usah ke rumah sakit, ke bidan terdekat aja," ucap Ryan lalu menyeruput teh hangat buatan Sherly."Tapi ke rumah sakit lebih bagus pelayanannya, Mas.""Kalau kamu mau ke bidan aku kasih uangnya, kalau gak mau ya sudah. Anak itu juga bukan anakku!" ucap Ryan.Sherly terdiam mendengar ucapan ketus dari Ryan, cita-cita nya ingin di manja saat hamil oleh suami seketika sirna. Ia tidak akan lupa jika Syifa yang membuat semua itu terjadi, andai Syifa tidak memberikan bukti perselingkuhan Sherly dengan Andre, juga hasil tes kesuburan mereka, mungkin saat ini Ryan masih percaya jika anak di dalam perut Sherly adalah anaknya.Sherly tak bisa menuntut banyak pada Ryan, lelaki itu sudah mau menerima anak dalam kandungan dan mau membiayai segalanya saja sudah cukup. Hanya saja ia kesal harus mengurus ibu mertua yang mengalami stroke ringan."Yaudah, Mas. Antar sama
"Tidak ada rahasia, kamu jangan suudzon!" ucap Athar."Bukan suudzon, aku cuma penasaran," ucap Syifa.Athar terdiam dan kembali fokus dengan kemudinya, setelah cukup lama berkendara mereka tiba di rumah Athar yang di tempati Syifa. Mereka turun dari mobil dan masuk ke rumah tersebut, melihat Syifa memasuki kamar yang di tempati Athar bergegas mencari kunci kamar utama. Begitu menemukannya ia langsung membuka pintu, masuk, lalu menutup dan menguncinya kembali dari dalam.Athar menghela nafas melihat kamar yang sudah beberapa hari ia tidak tempati, masih rapi karena tak ada yang menyentuhnya. Di kamar itu ternyata ada foto Syifa yang sengaja ia cetak dengan ukuran besar dan Athar tempel di dinding, kini foto itu terpaksa Athar turunkan tetapi ia bingung mau di simpan dimana jadi ia letakan diatas tempat tidur dulu."Athar kamu di dalam?" tanya Syifa sambil mengetuk pintu."Iya, ada apa?" tanya Athar sedikit terkejut."Aku kira kamu kemana, pas aku keluar udah ga ada, tapi mobil kamu ma
"Mama ingin melihat dia pakai gaun yang indah," ucap Amalia."Syifa pasti akan bingung jika tiba-tiba Mama ingin dia pakai gaun yang indah. Athar bisa-bisa mengira Mama ingin menjadikan Syifa istriku," ucap Satria."Athar berpikir seperti itu?" tanya Amalia.Satria menganggukkan kepala lalu menceritakan pada orang tuanya, jika Athar sudah lama memendam rasa pada Syifa. Namun, lelaki itu tidak pernah mengatakannya karena takut persahabatan nya dengan Syifa terganggu.Amalia Sepertinya berubah haluan, ia jadi ingin banyak bertanya pada Athar tentang Syifa karena yakin pemuda itu banyak tahu tentang Syifa. Namun, Satria lagi-lagi menggelengkan kepalanya karena saat ia ingin bertanya kepada Athar tentang Syifa, malah Athar mengira Satria menyukai Syifa."Segitunya Athar menyukai Syifa?" tanya Amalia."Iya, dia takut Syifa di miliki lelaki lain, tapi dia juga takut untuk menyatakan perasaannya," ucap Satria.Mereka selesai makan malam dan pergi ke kamar masing-masing, Satria membuka laci k