"Jangan menampakkan hal yang tidak biasa padanya, Mah. Jangan sampai ada yang tahu tentang Sabrina lalu mengaku-ngaku jadi Sabrina hanya untuk keuntungan sendiri," ucap Satria."Mama tahu kamu tidak ingin ada yang memanfaatkan keluarga kita, Kan!" ucap Amalia."Iya, apalagi mama orang baik. Orang baik itu terkadang jadi incaran orang-orang agar bisa di manfaatkan," ucap Satria mengemukakan kekhawatirannya."Kamu tenang saja, mama bukan gadis polos yang mudah di manfaatkan," ucap Amalia.Satria menghela nafasnya melihat sang mama menyeruput minuman yang tadi di buatkan Syifa, ia tersenyum saat melihat pesan balasan dari sang suami. Banyu Pramudya yang merupakan pemilik perusahaan kini sedang berada di luar kota, ia mengurus bisnis yang masih ada kaitannya dengan perusahaan tersebut.Banyu terkejut setelah melihat foto yang di kirim oleh sang istri, ia seperti melihat gambar istrinya saat masih muda dan mengira foto tersebut adalah editan yang di buat oleh Amalia.(Mama gak ada kerjaan,
Setelah cukup lama berkendara akhirnya Amalia memarkirkan mobilnya di sebuah mall yang cukup besar, sebelum mereka turun dari mobil Amalia meminta Syifa untuk mengganti pakaiannya. "Saya ada kemeja yang tidak terpakai, coba kamu ganti baju ya. Biar masuk mall gak pakai seragam office girl," ucap Amalia.Syifa mengangguk patuh, meskipun sedikit malu tapi akhirnya ia mengganti pakaiannya di depan Amalia. Andai yang menyuruhnya adalah Satria mungkin Syifa sudah menolak dengan alasan yang kuat. Hati Amalia semakin bergetar melihat tanda lahir yang ada di lengan sebelah kiri Syifa, tanda lahir berwarna hitam cukup panjang yang sama dengan anaknya Sabrina yang hilang beberapa belas tahun lalu. "Syifa, kamu punya tanda lahir di tangan kirimu," ucap Amalia."Iya, Bu eh Nyonya.""Panggil ibu saja," ucap Amalia.Wajah, senyum, dan tanda lahir yang mirip belum membuat Amalia benar-benar yakin jika Syifa adalah Sabrina-nya yang hilang. Ia masih ingin mencari tahu lebih banyak tentang Syifa,
"Mas, besok jadwal kontrol kehamilan, sekalian beli susu hamil ya udah habis," ucap Sherly seraya meletakan teh hangat di meja."Gak usah ke rumah sakit, ke bidan terdekat aja," ucap Ryan lalu menyeruput teh hangat buatan Sherly."Tapi ke rumah sakit lebih bagus pelayanannya, Mas.""Kalau kamu mau ke bidan aku kasih uangnya, kalau gak mau ya sudah. Anak itu juga bukan anakku!" ucap Ryan.Sherly terdiam mendengar ucapan ketus dari Ryan, cita-cita nya ingin di manja saat hamil oleh suami seketika sirna. Ia tidak akan lupa jika Syifa yang membuat semua itu terjadi, andai Syifa tidak memberikan bukti perselingkuhan Sherly dengan Andre, juga hasil tes kesuburan mereka, mungkin saat ini Ryan masih percaya jika anak di dalam perut Sherly adalah anaknya.Sherly tak bisa menuntut banyak pada Ryan, lelaki itu sudah mau menerima anak dalam kandungan dan mau membiayai segalanya saja sudah cukup. Hanya saja ia kesal harus mengurus ibu mertua yang mengalami stroke ringan."Yaudah, Mas. Antar sama
"Tidak ada rahasia, kamu jangan suudzon!" ucap Athar."Bukan suudzon, aku cuma penasaran," ucap Syifa.Athar terdiam dan kembali fokus dengan kemudinya, setelah cukup lama berkendara mereka tiba di rumah Athar yang di tempati Syifa. Mereka turun dari mobil dan masuk ke rumah tersebut, melihat Syifa memasuki kamar yang di tempati Athar bergegas mencari kunci kamar utama. Begitu menemukannya ia langsung membuka pintu, masuk, lalu menutup dan menguncinya kembali dari dalam.Athar menghela nafas melihat kamar yang sudah beberapa hari ia tidak tempati, masih rapi karena tak ada yang menyentuhnya. Di kamar itu ternyata ada foto Syifa yang sengaja ia cetak dengan ukuran besar dan Athar tempel di dinding, kini foto itu terpaksa Athar turunkan tetapi ia bingung mau di simpan dimana jadi ia letakan diatas tempat tidur dulu."Athar kamu di dalam?" tanya Syifa sambil mengetuk pintu."Iya, ada apa?" tanya Athar sedikit terkejut."Aku kira kamu kemana, pas aku keluar udah ga ada, tapi mobil kamu ma
"Mama ingin melihat dia pakai gaun yang indah," ucap Amalia."Syifa pasti akan bingung jika tiba-tiba Mama ingin dia pakai gaun yang indah. Athar bisa-bisa mengira Mama ingin menjadikan Syifa istriku," ucap Satria."Athar berpikir seperti itu?" tanya Amalia.Satria menganggukkan kepala lalu menceritakan pada orang tuanya, jika Athar sudah lama memendam rasa pada Syifa. Namun, lelaki itu tidak pernah mengatakannya karena takut persahabatan nya dengan Syifa terganggu.Amalia Sepertinya berubah haluan, ia jadi ingin banyak bertanya pada Athar tentang Syifa karena yakin pemuda itu banyak tahu tentang Syifa. Namun, Satria lagi-lagi menggelengkan kepalanya karena saat ia ingin bertanya kepada Athar tentang Syifa, malah Athar mengira Satria menyukai Syifa."Segitunya Athar menyukai Syifa?" tanya Amalia."Iya, dia takut Syifa di miliki lelaki lain, tapi dia juga takut untuk menyatakan perasaannya," ucap Satria.Mereka selesai makan malam dan pergi ke kamar masing-masing, Satria membuka laci k
"Ini ...." Athar melihat foto anak dalam liontin lalu beralih menatap Satria.Ya anak dalam foto itu adalah Satria saat masih kecil, bentuk wajah tak berubah hanya Satria dewasa lebih gagah dan berwibawa. Lalu Athar melihat melihat foto satu anak lain yang di dalam liontin tersebut, ia yakin itu adalah Syifa karena Athar masih ingat wajah kecil Syifa.Satria menyimpan kalung milik Syifa di tempat semula, lalu ia keluar dari ruangan Athar. Tak lama kemudian Satria kembali masuk ke dalam ruangan Athar dan memperlihatkan kalung yang sama dengan milik Syifa."Kenapa bisa sama?" tanya Athar."Ini kalung milikku saat kecil, mama pesan khusus di toko perhiasan untuk aku dan saudara kembar ku," ucap Satria.Athar masih dalam kebingungan, bagiamana bisa Satria dan Syifa memiliki kalung yang sama. Athar ingat Syifa adalah anak angkat kedua orang tuanya, tidak ada yang tahu orang tua kandung dan asal-usul Syifa karena saat kecil ia ditemukan dengan keadaan tak ingat apapun."Bisa kau ceritakan
Waktu terus bergulir siang pun berganti sore, selesai bekerja Syifa menagih janji Athar untuk mengantarnya ke toko perhiasan agar bisa memperbaiki kalungnya yang putus. Athar pun memenuhi janjinya kepada Syifa, ia mengantar Syifa ke toko perhiasan terdekat untuk memperbaiki kalung tersebut. Di perjalanan menuju toko Athar membahas apa yang tadi ia bicarakan dengan Satria. "Syifa, Apa kamu masih tidak ingin tahu tentang keluarga kandungmu?" tanya Athar. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya soal itu?" Syifa balik bertanya. "Melihat kalung ini mengingatkan aku, bahwa hanya kalung ini yang kamu bawa saat kamu pertama kali aku temukan dulu. Karena di atas liontinnya ada huruf s maka Bu Salimah memberimu nama Syifa, mungkin saja kalung ini pemberian dari orang tuamu dan bisa membawamu bertemu dengan keluarga kandungmu," ucap Athar. Syifa terdiam tak tahu harus berkata apa, sudah belasan tahun berlalu hidupnya begitu nyaman bersama kedua orang tua angkatnya. Seperti yang ia katakan kepada Ath
Athar begitu terkejut saat membuka pintu rumah, ternyata yang datang adalah tamu spesial. Satria dan kedua orang tuanya, Syifa yang sudah selesai masak membawa makanan ke meja makan, tetapi tidak menemukan Athar pun mencari lelaki itu. "Athar kamu ngapain di lu-ar?" ucapan Syifa terbata-bata saat melihat tiga orang yang berdiri di depan Athar. "Kalian tinggal satu rumah?" tanya Amalia. "Tidak, Nyonya. Saya baru saja mengantar Syifa pulang, tapi dia meminta saya makan terlebih dahulu sebelum pergi," jawab Athar. "Athar menempati apartemenku selama Syifa tinggal di rumahnya," tambah Satria. "Ehm ... Silakan masuk!" ucap Syifa akhirnya memecah kecanggungan yang ada. Semua orang masuk dan kini duduk di ruang tamu, mereka saling terdiam tidak tahu harus memulai obrolan dari mana. Hingga terdengar suara perut Syifa membuat wanita itu malu dan memegangi perutnya. Krukuk ... "Eh, maaf ya. Perut saya tidak sopan," ucap Syifa malu-malu. "Tidak, sepertinya memang kedatangan kami