"Aku istrimu, Mas. Bukan pembantu, aku gak suka kamu perintah seperti itu," ucap Sherly."Aku tidak pernah menganggap kamu sebagai pembantu. Aku hanya meminta kamu mengerjakan apa yang sudah menjadi kewajiban istri, kalau melakukan hal-hal itu saja kamu tidak mau pergi saja dari rumah ini," ucap Ryan.Lelaki itu tidak ingin semakin emosi, ia menarik handuk yang ada di belakang pintu lalu pergi meninggalkan kamar menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Ryan duduk di kloset sambil mengusap kasar wajahnya.Belum satu Minggu berpisah dengan Syifa ia sudah merasakan perbedaan besar, Syifa yang dulu selalu sigap menyiapkan baju dan sarapan untuknya kini tak ada lagi. Sherly yang ia pikir bisa menjadi pengganti Syifa nyatanya tak bisa mengerjakan hal itu dan membuat paginya di penuhi emosi dan hanya menjadi beban hidupnya.Ryan mulai mandi dan merutuki kebodohan demi kebodohan yang ia lakukan selama ini, hidupnya yang selalu bahagia saat bersama Syifa harus ia nodai karena rayuan Sherly dan
"Aku nggak cari apa-apa dan udah selesai beresin ruangan kamu," ucap Syifa."Lalu Kamu kenapa masih di sini?" tahta Athar."Tadi aku kebelet pipis kalau aku pakai toilet yang di bawah kelamaan, jadi aku numpang ke toilet yang ada di ruangan kamu, maaf ya kalau aku lancang," ucap Syifa."Karena kamu jadi aku maafkan, kalau orang lain nggak akan aku izinkan untuk memakai toilet di ruangan ini," ucap Athar.Syifa tersenyum Athar memang selalu menganggapnya spesial, tetapi ia pikir hanya spesial sebatas sahabat. Syifa tak pernah tahu sejak beranjak remaja, melihat Syifa yang semakin hari semakin cantik, membuat benih cinta mulai tumbuh di hati Athar.Athar melihat Syifa bukan lagi sahabatnya melainkan wanita yang ia cinta, tetapi perihnya hidup Athar membuat lelaki itu terpaksa sekolah SMA dan kuliah di jakarta melalui program gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA).Lama tak berjumpa dengan Syifa, mereka tetap berkomunikasi lewat pesan singkat dan bertemu setahun sekali setiap idul Fitri
"Jangan menampakkan hal yang tidak biasa padanya, Mah. Jangan sampai ada yang tahu tentang Sabrina lalu mengaku-ngaku jadi Sabrina hanya untuk keuntungan sendiri," ucap Satria."Mama tahu kamu tidak ingin ada yang memanfaatkan keluarga kita, Kan!" ucap Amalia."Iya, apalagi mama orang baik. Orang baik itu terkadang jadi incaran orang-orang agar bisa di manfaatkan," ucap Satria mengemukakan kekhawatirannya."Kamu tenang saja, mama bukan gadis polos yang mudah di manfaatkan," ucap Amalia.Satria menghela nafasnya melihat sang mama menyeruput minuman yang tadi di buatkan Syifa, ia tersenyum saat melihat pesan balasan dari sang suami. Banyu Pramudya yang merupakan pemilik perusahaan kini sedang berada di luar kota, ia mengurus bisnis yang masih ada kaitannya dengan perusahaan tersebut.Banyu terkejut setelah melihat foto yang di kirim oleh sang istri, ia seperti melihat gambar istrinya saat masih muda dan mengira foto tersebut adalah editan yang di buat oleh Amalia.(Mama gak ada kerjaan,
Setelah cukup lama berkendara akhirnya Amalia memarkirkan mobilnya di sebuah mall yang cukup besar, sebelum mereka turun dari mobil Amalia meminta Syifa untuk mengganti pakaiannya. "Saya ada kemeja yang tidak terpakai, coba kamu ganti baju ya. Biar masuk mall gak pakai seragam office girl," ucap Amalia.Syifa mengangguk patuh, meskipun sedikit malu tapi akhirnya ia mengganti pakaiannya di depan Amalia. Andai yang menyuruhnya adalah Satria mungkin Syifa sudah menolak dengan alasan yang kuat. Hati Amalia semakin bergetar melihat tanda lahir yang ada di lengan sebelah kiri Syifa, tanda lahir berwarna hitam cukup panjang yang sama dengan anaknya Sabrina yang hilang beberapa belas tahun lalu. "Syifa, kamu punya tanda lahir di tangan kirimu," ucap Amalia."Iya, Bu eh Nyonya.""Panggil ibu saja," ucap Amalia.Wajah, senyum, dan tanda lahir yang mirip belum membuat Amalia benar-benar yakin jika Syifa adalah Sabrina-nya yang hilang. Ia masih ingin mencari tahu lebih banyak tentang Syifa,
"Mas, besok jadwal kontrol kehamilan, sekalian beli susu hamil ya udah habis," ucap Sherly seraya meletakan teh hangat di meja."Gak usah ke rumah sakit, ke bidan terdekat aja," ucap Ryan lalu menyeruput teh hangat buatan Sherly."Tapi ke rumah sakit lebih bagus pelayanannya, Mas.""Kalau kamu mau ke bidan aku kasih uangnya, kalau gak mau ya sudah. Anak itu juga bukan anakku!" ucap Ryan.Sherly terdiam mendengar ucapan ketus dari Ryan, cita-cita nya ingin di manja saat hamil oleh suami seketika sirna. Ia tidak akan lupa jika Syifa yang membuat semua itu terjadi, andai Syifa tidak memberikan bukti perselingkuhan Sherly dengan Andre, juga hasil tes kesuburan mereka, mungkin saat ini Ryan masih percaya jika anak di dalam perut Sherly adalah anaknya.Sherly tak bisa menuntut banyak pada Ryan, lelaki itu sudah mau menerima anak dalam kandungan dan mau membiayai segalanya saja sudah cukup. Hanya saja ia kesal harus mengurus ibu mertua yang mengalami stroke ringan."Yaudah, Mas. Antar sama
"Tidak ada rahasia, kamu jangan suudzon!" ucap Athar."Bukan suudzon, aku cuma penasaran," ucap Syifa.Athar terdiam dan kembali fokus dengan kemudinya, setelah cukup lama berkendara mereka tiba di rumah Athar yang di tempati Syifa. Mereka turun dari mobil dan masuk ke rumah tersebut, melihat Syifa memasuki kamar yang di tempati Athar bergegas mencari kunci kamar utama. Begitu menemukannya ia langsung membuka pintu, masuk, lalu menutup dan menguncinya kembali dari dalam.Athar menghela nafas melihat kamar yang sudah beberapa hari ia tidak tempati, masih rapi karena tak ada yang menyentuhnya. Di kamar itu ternyata ada foto Syifa yang sengaja ia cetak dengan ukuran besar dan Athar tempel di dinding, kini foto itu terpaksa Athar turunkan tetapi ia bingung mau di simpan dimana jadi ia letakan diatas tempat tidur dulu."Athar kamu di dalam?" tanya Syifa sambil mengetuk pintu."Iya, ada apa?" tanya Athar sedikit terkejut."Aku kira kamu kemana, pas aku keluar udah ga ada, tapi mobil kamu ma
"Mama ingin melihat dia pakai gaun yang indah," ucap Amalia."Syifa pasti akan bingung jika tiba-tiba Mama ingin dia pakai gaun yang indah. Athar bisa-bisa mengira Mama ingin menjadikan Syifa istriku," ucap Satria."Athar berpikir seperti itu?" tanya Amalia.Satria menganggukkan kepala lalu menceritakan pada orang tuanya, jika Athar sudah lama memendam rasa pada Syifa. Namun, lelaki itu tidak pernah mengatakannya karena takut persahabatan nya dengan Syifa terganggu.Amalia Sepertinya berubah haluan, ia jadi ingin banyak bertanya pada Athar tentang Syifa karena yakin pemuda itu banyak tahu tentang Syifa. Namun, Satria lagi-lagi menggelengkan kepalanya karena saat ia ingin bertanya kepada Athar tentang Syifa, malah Athar mengira Satria menyukai Syifa."Segitunya Athar menyukai Syifa?" tanya Amalia."Iya, dia takut Syifa di miliki lelaki lain, tapi dia juga takut untuk menyatakan perasaannya," ucap Satria.Mereka selesai makan malam dan pergi ke kamar masing-masing, Satria membuka laci k
"Ini ...." Athar melihat foto anak dalam liontin lalu beralih menatap Satria.Ya anak dalam foto itu adalah Satria saat masih kecil, bentuk wajah tak berubah hanya Satria dewasa lebih gagah dan berwibawa. Lalu Athar melihat melihat foto satu anak lain yang di dalam liontin tersebut, ia yakin itu adalah Syifa karena Athar masih ingat wajah kecil Syifa.Satria menyimpan kalung milik Syifa di tempat semula, lalu ia keluar dari ruangan Athar. Tak lama kemudian Satria kembali masuk ke dalam ruangan Athar dan memperlihatkan kalung yang sama dengan milik Syifa."Kenapa bisa sama?" tanya Athar."Ini kalung milikku saat kecil, mama pesan khusus di toko perhiasan untuk aku dan saudara kembar ku," ucap Satria.Athar masih dalam kebingungan, bagiamana bisa Satria dan Syifa memiliki kalung yang sama. Athar ingat Syifa adalah anak angkat kedua orang tuanya, tidak ada yang tahu orang tua kandung dan asal-usul Syifa karena saat kecil ia ditemukan dengan keadaan tak ingat apapun."Bisa kau ceritakan
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin