"Rujaknya sudah jadi?" tanya Ryan.Penjual rujak tumbuk itu menganggukan kepala lalu memberikan dua porsi rujak untuk Ryan dan Syifa, sepasang suami istri yang akan segera bercerai itu kini duduk depan sebuah danau dan menikmati rujak tersebut."Udaranya gak se-sejuk dulu ya, Mas. Mungkin karena banyak bangunan baru di sekitar sini," ucap Syifa."Iya, banyak pohon yang ditebang dan dibuat bangunan baru jadi udaranya tidak sejuk seperti dulu," ucap Ryan."Nasib danau ini sama seperti ku rupanya," ucap Syifa."Maksudnya?" tanya Ryan tak mengerti."Kamu menebang perasaan terhadapku dan membuat perasaan baru kepada wanita lain, jadi hatiku panas tidak sejuk seperti dulu," ucap Syifa lalu menyuapkan rujak kedalam mulutnya. Ryan menghela nafas, ia tidak ingin membahas hal itu karena sebenarnya hati yang dalam merasa bersalah kepada Syifa, rasa cinta kepada wanita itu belum hilang sepenuhnya hanya saja cintanya terbagi untuk wanita lain. "Mau naik bebek-bebekan nggak?" tanya Ryan mencoba m
Hari-hari terus berlalu, Syifa makin aktif mengurus toko furniture bersama Ryan, semakin banyak waktu yang mereka lewati bersama. Beberapa tempat saat pacaran pun sudah mereka datangi, Syifa berhasil membuat hati Ryan semakin goyah.Drrt DrrtDrrtPonsel Syifa berdering, panggilan masuk dari nomor dokter tempatnya periksa kesuburan. Dokter itu memberitahu jika hasil tes yang dilakukan Syifa dan Ryan sudah keluar dan bisa dilihat, Syifa tidak memberitahu hal itu kepada Ryan, ia memilih berangkat dan mengambil sendiri hasil tes tersebut."Mas, aku keluar sebentar ya," ucap Syifa saat hendak izin pergi ke rumah sakit."Keluar ke mana?" tanya Ryan."Ada keperluan sebentar," jawab Syifa."Keperluan apa?" Ryan kembali bertanya."Urusan perceraian kita, ada sesuatu yang harus aku bahas dengan pengacara," ucap Syifa.Ryan diam dan menghela nafas, ia terpaksa mengizinkan istrinya untuk pergi. Semenjak mereka sering menghabiskan waktu berdua dan perasaan Ryan terhadap Syifa kembali bersemi lel
"Ya sengaja, kan kalau kita cerai kamu menjalani kehidupan baru dengan Sherly. Otomatis barang-barang jualanmu juga harus yang baru," ucap Syifa."Jadi kamu berniat mengosongkan toko ini?" tanya Ryan.Syifa tak menjawab pertanyaan Ryan, ia melihat ponselnya yang berdering dan membaca pesan dari Athar. Hal itu membuat Ryan kesal dan membuka pintu mobil yang diduduki Syifa dengan kasar."Keluar, Syifa!" ucap Ryan."Apa-apaan sih kamu, Mas?" tanya Syifa terkejut."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu, jika kamu berniat mengosongkan toko ini, lalu ke mana uang hasil penjualan barang-barangnya?" tanya Ryan."Ada, kamu tenang aja aku nggak akan memakai uang itu untuk bersenang-senang dengan lelaki lain. Aku bukan kamu yang menggunakan uang toko untuk bersenang-senang dengan wanita lain!" ucap Syifa.Ryan kembali terdiam mendengar ucapan Syifa, wanita itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak mengerti mengapa sejak mereka memutuskan untuk bercerai Syifa menjadi pribadi yang
Syifa berjalan anggun memasuki ruangan, kebaya putih melekat di tubuhnya mencetak lekuk yang begitu indah. Riasan wajah dan kepala khas daerah tempat tinggal mereka menghiasi kepala Syifa membuat penampilan wanita itu semakin sempurna.Ryan terpesona dan tidak bisa berkata apa-apa, bahkan lelaki itu sepertinya lupa untuk mengedipkan mata. Syifa sangat cantik dan anggun, berjalan semakin dekat kearahnya membuat detak jantung Ryan tak beraturan iramanya."Mas."Suara Sherly memanggil Ryan membuat pria itu tersadar jika ia tengah berada di ruang sidang, mereka sedang menunggu perceraian bukan menunggu penghulu untuk akad pernikahan. Seketika Ryan menghela nafas dan mengusap kasar wajahnya, ia baru menyadari matanya larut dalam pesona Syifa yang sempat ia lupakan."Bismillah," ucap Syifa seraya menjatuhkan bok0ngnya di kursi.Hakim mengetuk palu 3 kali menandakan sidang dimulai, Ryan merasa ada suatu beban besar yang sedang ia pikul. Hakim mulai bertanya kepada penggugat dan tergugat, ba
Tubuh Sherly langsung menegang tatkala benda pertama keluar dari amplop coklat itu adalah foto-foto kebersamaan Sherly dengan lelaki selingkuhan nya, wajah Ryan memerah lalu ia memandang Sherly dengan tatapan nanar."Jelaskan siapa lelaki di foto ini!" ucap Ryan."I-itu a-aku ...." Sherly tak bisa menjawab pertanyaan suaminya, bibirnya kelu, sulit untuk mengeluarkan kata-kata untuk membela diri sebab dalam foto itu jelas Sherly sedang bermesraan dengan lelaki lain bahkan ada foto mereka sedang mencumbu."Perempuan jalang! Jadi kamu berselingkuh di belakang anakku selama ini?!" tanya Dina dengan berapi-api."Selama aku sibuk memenuhi perjanjian sebelum cerai dengan Syifa, mama yang tinggal bersamanya. Bagaimana mama tidak tahu jika dia berselingkuh?" tanya Ryan seraya melempar foto itu keatas meja.Dina terdiam apa yang di katakan Ryan benar, tetapi wanita paruh baya itu tidak mau di salahkan. Ia terus menatap tajam Sherly yang masih menunduk dan memainkan jarinya, wanita muda itu teru
Tangan Ryan bergetar saat memegang kertas yang ia keluarkan dari amplop coklat, perlahan ia membaca huruf demi huruf yang berada diatas kertas tersebut. Kertas itu adalah hasil tes kesuburan yang ia lakukan dengan Syifa beberapa waktu lalu, lututnya terasa lemas dan degup jantungnya seakan berhenti memompa darah yang mengalir dalam tubuhnya saat mengetahui hasil tes tersebut. "Apa ini, Ryan?" tanya Dina.Wanita paruh baya itu penasaran dengan apa yang dibaca oleh anaknya, Ryan masih terdiam tak bisa berkata apa-apa setelah membaca hasil tes itu. Dina akhirnya menarik kertas itu dan membacanya sendiri, tangannya bergetar dan kertas itu terlepas hingga jatuh ke lantai. "Kamu bisa jelaskan apa maksudnya?" tanya Dina."Aku ... Aku ...." Ryan baru ingat jika dia dan Syifa melakukan tes kesuburan di rumah sakit, tetapi tidak pernah kembali untuk mengambil hasilnya. Lelaki itu tidak menyangka jika Syifa sudah mengambil hasilnya, tetapi ia tidak diberitahu dan wanita itu malah sengaja me
"Kemana pun Syifa pergi, bukan urusanmu lagi," ucap Athar."Aku tidak bertanya padamu, kau juga bukan siapa-siapa Syifa jadi jangan ikut campur!" ucap Ryan.Athar mengepalkan tangannya hendak memukul Ryan, tetapi Syifa menahan agar Athar tidak melakukan itu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengajak Athar pergi enggan untuk menjawab pertanyaan Ryan.Athar mengikuti kemauan sahabatnya itu, lalu berjalan dengan Syifa menuju mobil. Ryan yang belum mendapat jawaban dari Syifa pun mengejar dan menahan tangan Syifa."Syifa, jawab pertanyaan ku kamu mau pergi kemana?" tanya Ryan.Syifa terpaksa menghentikan langkahnya dan berusaha melepaskan tangan Ryan, wanita cantik itu awalnya malas menjawab pertanyaan mantan suaminya, tetapi melihat wajah Ryan dan Sherly membuat dia ingin mengucapkan kata-kata untuk mereka."Aku ingin menjalani kehidupan baru di tempat yang baru," ucap Syifa."Kenapa harus di tempat baru? Apa kamu tidak sayang dengan peninggalan orang tuamu? Mereka pasti kecewa kamu menin
Syifa terus menatap jalan di depannya, mobil yang di kendarai Athar terus melaju meninggalkan perkampungan membawa Syifa dan segala luka di hatinya. Dengan sekuat tenaga Syifa berusaha untuk tidak menangis karena malu kepada Athar, tetapi nyatanya wanita cantik itu tak kuasa membendung rasa sesak di dada sehingga lelehan bening pun lolos membasahi pipi mulusnya."Menangis lagi," ucap Athar memberikan sapu tangannya pada Syifa."Aku pikir sudah bisa ikhlas menerima kehancuran ini, nyatanya sesak di dadaku belum juga hilang," ucap Syifa.Syifa bisa tegar dan terlihat bahagia ketika di depan Ryan, Dina, dan Sherly. Namun, ketika ia hanya berdua dengan Athar ia tak dapat membohongi hatinya sendiri. Tak ada satupun wanita yang ingin di khianati dan mengalami kegagalan dalam berumah tangga, sekuat apapun wanita pasti akan meneteskan air mata jika mengalami hal itu."Aku harap kamu bisa melupakan semuanya setelah berada di tempat yang baru," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu satu-satuny
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin