"Ya sengaja, kan kalau kita cerai kamu menjalani kehidupan baru dengan Sherly. Otomatis barang-barang jualanmu juga harus yang baru," ucap Syifa."Jadi kamu berniat mengosongkan toko ini?" tanya Ryan.Syifa tak menjawab pertanyaan Ryan, ia melihat ponselnya yang berdering dan membaca pesan dari Athar. Hal itu membuat Ryan kesal dan membuka pintu mobil yang diduduki Syifa dengan kasar."Keluar, Syifa!" ucap Ryan."Apa-apaan sih kamu, Mas?" tanya Syifa terkejut."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu, jika kamu berniat mengosongkan toko ini, lalu ke mana uang hasil penjualan barang-barangnya?" tanya Ryan."Ada, kamu tenang aja aku nggak akan memakai uang itu untuk bersenang-senang dengan lelaki lain. Aku bukan kamu yang menggunakan uang toko untuk bersenang-senang dengan wanita lain!" ucap Syifa.Ryan kembali terdiam mendengar ucapan Syifa, wanita itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak mengerti mengapa sejak mereka memutuskan untuk bercerai Syifa menjadi pribadi yang
Syifa berjalan anggun memasuki ruangan, kebaya putih melekat di tubuhnya mencetak lekuk yang begitu indah. Riasan wajah dan kepala khas daerah tempat tinggal mereka menghiasi kepala Syifa membuat penampilan wanita itu semakin sempurna.Ryan terpesona dan tidak bisa berkata apa-apa, bahkan lelaki itu sepertinya lupa untuk mengedipkan mata. Syifa sangat cantik dan anggun, berjalan semakin dekat kearahnya membuat detak jantung Ryan tak beraturan iramanya."Mas."Suara Sherly memanggil Ryan membuat pria itu tersadar jika ia tengah berada di ruang sidang, mereka sedang menunggu perceraian bukan menunggu penghulu untuk akad pernikahan. Seketika Ryan menghela nafas dan mengusap kasar wajahnya, ia baru menyadari matanya larut dalam pesona Syifa yang sempat ia lupakan."Bismillah," ucap Syifa seraya menjatuhkan bok0ngnya di kursi.Hakim mengetuk palu 3 kali menandakan sidang dimulai, Ryan merasa ada suatu beban besar yang sedang ia pikul. Hakim mulai bertanya kepada penggugat dan tergugat, ba
Tubuh Sherly langsung menegang tatkala benda pertama keluar dari amplop coklat itu adalah foto-foto kebersamaan Sherly dengan lelaki selingkuhan nya, wajah Ryan memerah lalu ia memandang Sherly dengan tatapan nanar."Jelaskan siapa lelaki di foto ini!" ucap Ryan."I-itu a-aku ...." Sherly tak bisa menjawab pertanyaan suaminya, bibirnya kelu, sulit untuk mengeluarkan kata-kata untuk membela diri sebab dalam foto itu jelas Sherly sedang bermesraan dengan lelaki lain bahkan ada foto mereka sedang mencumbu."Perempuan jalang! Jadi kamu berselingkuh di belakang anakku selama ini?!" tanya Dina dengan berapi-api."Selama aku sibuk memenuhi perjanjian sebelum cerai dengan Syifa, mama yang tinggal bersamanya. Bagaimana mama tidak tahu jika dia berselingkuh?" tanya Ryan seraya melempar foto itu keatas meja.Dina terdiam apa yang di katakan Ryan benar, tetapi wanita paruh baya itu tidak mau di salahkan. Ia terus menatap tajam Sherly yang masih menunduk dan memainkan jarinya, wanita muda itu teru
Tangan Ryan bergetar saat memegang kertas yang ia keluarkan dari amplop coklat, perlahan ia membaca huruf demi huruf yang berada diatas kertas tersebut. Kertas itu adalah hasil tes kesuburan yang ia lakukan dengan Syifa beberapa waktu lalu, lututnya terasa lemas dan degup jantungnya seakan berhenti memompa darah yang mengalir dalam tubuhnya saat mengetahui hasil tes tersebut. "Apa ini, Ryan?" tanya Dina.Wanita paruh baya itu penasaran dengan apa yang dibaca oleh anaknya, Ryan masih terdiam tak bisa berkata apa-apa setelah membaca hasil tes itu. Dina akhirnya menarik kertas itu dan membacanya sendiri, tangannya bergetar dan kertas itu terlepas hingga jatuh ke lantai. "Kamu bisa jelaskan apa maksudnya?" tanya Dina."Aku ... Aku ...." Ryan baru ingat jika dia dan Syifa melakukan tes kesuburan di rumah sakit, tetapi tidak pernah kembali untuk mengambil hasilnya. Lelaki itu tidak menyangka jika Syifa sudah mengambil hasilnya, tetapi ia tidak diberitahu dan wanita itu malah sengaja me
"Kemana pun Syifa pergi, bukan urusanmu lagi," ucap Athar."Aku tidak bertanya padamu, kau juga bukan siapa-siapa Syifa jadi jangan ikut campur!" ucap Ryan.Athar mengepalkan tangannya hendak memukul Ryan, tetapi Syifa menahan agar Athar tidak melakukan itu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengajak Athar pergi enggan untuk menjawab pertanyaan Ryan.Athar mengikuti kemauan sahabatnya itu, lalu berjalan dengan Syifa menuju mobil. Ryan yang belum mendapat jawaban dari Syifa pun mengejar dan menahan tangan Syifa."Syifa, jawab pertanyaan ku kamu mau pergi kemana?" tanya Ryan.Syifa terpaksa menghentikan langkahnya dan berusaha melepaskan tangan Ryan, wanita cantik itu awalnya malas menjawab pertanyaan mantan suaminya, tetapi melihat wajah Ryan dan Sherly membuat dia ingin mengucapkan kata-kata untuk mereka."Aku ingin menjalani kehidupan baru di tempat yang baru," ucap Syifa."Kenapa harus di tempat baru? Apa kamu tidak sayang dengan peninggalan orang tuamu? Mereka pasti kecewa kamu menin
Syifa terus menatap jalan di depannya, mobil yang di kendarai Athar terus melaju meninggalkan perkampungan membawa Syifa dan segala luka di hatinya. Dengan sekuat tenaga Syifa berusaha untuk tidak menangis karena malu kepada Athar, tetapi nyatanya wanita cantik itu tak kuasa membendung rasa sesak di dada sehingga lelehan bening pun lolos membasahi pipi mulusnya."Menangis lagi," ucap Athar memberikan sapu tangannya pada Syifa."Aku pikir sudah bisa ikhlas menerima kehancuran ini, nyatanya sesak di dadaku belum juga hilang," ucap Syifa.Syifa bisa tegar dan terlihat bahagia ketika di depan Ryan, Dina, dan Sherly. Namun, ketika ia hanya berdua dengan Athar ia tak dapat membohongi hatinya sendiri. Tak ada satupun wanita yang ingin di khianati dan mengalami kegagalan dalam berumah tangga, sekuat apapun wanita pasti akan meneteskan air mata jika mengalami hal itu."Aku harap kamu bisa melupakan semuanya setelah berada di tempat yang baru," ucap Athar."Terima kasih, Athar. Kamu satu-satuny
Dina begitu syok mendengar pernyataan dari Ryan hingga sesak nafas dan akhirnya pingsan, Ryan dan Sherly membawanya kembali ke klinik dan cukup lama menunggu wanita paruh baya itu sadar."Baru saja pulang, kenapa bisa pingsan lagi?" tanya dokter pemilik klinik swasta tersebut. "Mama saya sepertinya sangat terkejut dengan sebuah kenyataan yang baru saja ia dengar," ucap Ryan."Apakah itu masalah hasil tes yang Bapak Ryan tanyakan pada saya?" Ryan menganggukkan kepala menjawab pertanyaan dokter, hal itu membuat Dokter membuka kacamata dan memijat pangkal hidungnya. Pantas saja Bu Dina kembali Anfal, ternyata kabar itu sangat mengejutkan dan kini kondisinya lebih buruk daripada sebelumnya. "Dengan berat hati saya katakan Bu Dina mengalami stroke ringan."Ryan dan Sherly kompak menutup mulutnya terkejut mendengar ucapan dokter, Sherly tidak bisa membayangkan bagaimana hidup dengan mertua yang kini mengalami stroke. Ia sedang hamil muda, sedangkan Ryan akan sibuk di toko furniture, past
"Sepertinya belum pernah, karena saya baru tiba di Jakarta kemarin dan baru hari ini melamar kerja di sini," jawab Syifa.Satria menganggukkan kepala, lelaki tampan itu meminta Lidya sebagai leader menjelaskan kepada Syifa apa saja yang harus di lakukan. Ternyata Syifa tak hanya bertugas membersihkan ruangan satria, tapi juga bertugas membersihkan ruangan asistennya yaitu Athar."Ayo aku antar ke ruang pak Athar," ucap Lidya.Syifa menganggukan kepala dan berpamitan pada Satria. Lelaki tampan yang merupakan CEO di perusahaan tersebut mengangguk dan menatap punggung Syifa yang telah keluar dari ruangannya."Aku merasa wajahnya familiar, apa mungkin dia mirip seseorang. Namun, siapa?" gumam Satria dalam hati.Sementara di sisi lain, Lidya mengetuk pintu ruangan Athar dan Athar pun menyuruhnya masuk. Ia terkejut saat Lidya membawa Syifa ke ruangannya, ia tidak menyangka jika Syifa akan ditugaskan membersihkan ruangannya."Pak Athar, mulai hari ini Syifa saya tugaskan membersihkan ruangan