"Kamu meragukan jika anak yang ada di perut Sherly bukan anakku?" tanya Ryan."Maaf, Mas. Aku salah bicara karena terlalu emosi, aku cemburu karena Sherly yang baru sebulan menikah dengan kamu sudah hamil sedangkan aku yang 2 tahun menikah dengan kamu belum hamil. Itu sebabnya Aku sangat ingin kita memeriksakan kesuburan di rumah sakit agar aku tahu penyakit apa yang aku derita," ucap Syifa.Syifa menghela nafas begitu melihat raut wajah Ryan kini sudah berubah, lelaki itu saya mulai seperti ingin marah mendengar ucapan Syifa. Namun, begitu Syifa meminta maaf dan menjelaskan ia terlihat mulai luluh."Hampir aja aku keceplosan, sekarang belum waktunya Mas Ryan tahu kalau Sherly memiliki laki-laki lain. Dia harus tahu semuanya setelah aku benar-benar pergi dalam hidupnya," gumam Syifa dalam hati.Kini baik Syifa maupun Ryan saling terdiam dengan pemikiran masing-masing. Ryan yakin jika dia tidak mandul karena berhasil membuat Sherly hamil, sementara Syifa tidak yakin jika anak dalam kan
"Rujaknya sudah jadi?" tanya Ryan.Penjual rujak tumbuk itu menganggukan kepala lalu memberikan dua porsi rujak untuk Ryan dan Syifa, sepasang suami istri yang akan segera bercerai itu kini duduk depan sebuah danau dan menikmati rujak tersebut."Udaranya gak se-sejuk dulu ya, Mas. Mungkin karena banyak bangunan baru di sekitar sini," ucap Syifa."Iya, banyak pohon yang ditebang dan dibuat bangunan baru jadi udaranya tidak sejuk seperti dulu," ucap Ryan."Nasib danau ini sama seperti ku rupanya," ucap Syifa."Maksudnya?" tanya Ryan tak mengerti."Kamu menebang perasaan terhadapku dan membuat perasaan baru kepada wanita lain, jadi hatiku panas tidak sejuk seperti dulu," ucap Syifa lalu menyuapkan rujak kedalam mulutnya. Ryan menghela nafas, ia tidak ingin membahas hal itu karena sebenarnya hati yang dalam merasa bersalah kepada Syifa, rasa cinta kepada wanita itu belum hilang sepenuhnya hanya saja cintanya terbagi untuk wanita lain. "Mau naik bebek-bebekan nggak?" tanya Ryan mencoba m
Hari-hari terus berlalu, Syifa makin aktif mengurus toko furniture bersama Ryan, semakin banyak waktu yang mereka lewati bersama. Beberapa tempat saat pacaran pun sudah mereka datangi, Syifa berhasil membuat hati Ryan semakin goyah.Drrt DrrtDrrtPonsel Syifa berdering, panggilan masuk dari nomor dokter tempatnya periksa kesuburan. Dokter itu memberitahu jika hasil tes yang dilakukan Syifa dan Ryan sudah keluar dan bisa dilihat, Syifa tidak memberitahu hal itu kepada Ryan, ia memilih berangkat dan mengambil sendiri hasil tes tersebut."Mas, aku keluar sebentar ya," ucap Syifa saat hendak izin pergi ke rumah sakit."Keluar ke mana?" tanya Ryan."Ada keperluan sebentar," jawab Syifa."Keperluan apa?" Ryan kembali bertanya."Urusan perceraian kita, ada sesuatu yang harus aku bahas dengan pengacara," ucap Syifa.Ryan diam dan menghela nafas, ia terpaksa mengizinkan istrinya untuk pergi. Semenjak mereka sering menghabiskan waktu berdua dan perasaan Ryan terhadap Syifa kembali bersemi lel
"Ya sengaja, kan kalau kita cerai kamu menjalani kehidupan baru dengan Sherly. Otomatis barang-barang jualanmu juga harus yang baru," ucap Syifa."Jadi kamu berniat mengosongkan toko ini?" tanya Ryan.Syifa tak menjawab pertanyaan Ryan, ia melihat ponselnya yang berdering dan membaca pesan dari Athar. Hal itu membuat Ryan kesal dan membuka pintu mobil yang diduduki Syifa dengan kasar."Keluar, Syifa!" ucap Ryan."Apa-apaan sih kamu, Mas?" tanya Syifa terkejut."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kamu, jika kamu berniat mengosongkan toko ini, lalu ke mana uang hasil penjualan barang-barangnya?" tanya Ryan."Ada, kamu tenang aja aku nggak akan memakai uang itu untuk bersenang-senang dengan lelaki lain. Aku bukan kamu yang menggunakan uang toko untuk bersenang-senang dengan wanita lain!" ucap Syifa.Ryan kembali terdiam mendengar ucapan Syifa, wanita itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Ia tidak mengerti mengapa sejak mereka memutuskan untuk bercerai Syifa menjadi pribadi yang
Syifa berjalan anggun memasuki ruangan, kebaya putih melekat di tubuhnya mencetak lekuk yang begitu indah. Riasan wajah dan kepala khas daerah tempat tinggal mereka menghiasi kepala Syifa membuat penampilan wanita itu semakin sempurna.Ryan terpesona dan tidak bisa berkata apa-apa, bahkan lelaki itu sepertinya lupa untuk mengedipkan mata. Syifa sangat cantik dan anggun, berjalan semakin dekat kearahnya membuat detak jantung Ryan tak beraturan iramanya."Mas."Suara Sherly memanggil Ryan membuat pria itu tersadar jika ia tengah berada di ruang sidang, mereka sedang menunggu perceraian bukan menunggu penghulu untuk akad pernikahan. Seketika Ryan menghela nafas dan mengusap kasar wajahnya, ia baru menyadari matanya larut dalam pesona Syifa yang sempat ia lupakan."Bismillah," ucap Syifa seraya menjatuhkan bok0ngnya di kursi.Hakim mengetuk palu 3 kali menandakan sidang dimulai, Ryan merasa ada suatu beban besar yang sedang ia pikul. Hakim mulai bertanya kepada penggugat dan tergugat, ba
Tubuh Sherly langsung menegang tatkala benda pertama keluar dari amplop coklat itu adalah foto-foto kebersamaan Sherly dengan lelaki selingkuhan nya, wajah Ryan memerah lalu ia memandang Sherly dengan tatapan nanar."Jelaskan siapa lelaki di foto ini!" ucap Ryan."I-itu a-aku ...." Sherly tak bisa menjawab pertanyaan suaminya, bibirnya kelu, sulit untuk mengeluarkan kata-kata untuk membela diri sebab dalam foto itu jelas Sherly sedang bermesraan dengan lelaki lain bahkan ada foto mereka sedang mencumbu."Perempuan jalang! Jadi kamu berselingkuh di belakang anakku selama ini?!" tanya Dina dengan berapi-api."Selama aku sibuk memenuhi perjanjian sebelum cerai dengan Syifa, mama yang tinggal bersamanya. Bagaimana mama tidak tahu jika dia berselingkuh?" tanya Ryan seraya melempar foto itu keatas meja.Dina terdiam apa yang di katakan Ryan benar, tetapi wanita paruh baya itu tidak mau di salahkan. Ia terus menatap tajam Sherly yang masih menunduk dan memainkan jarinya, wanita muda itu teru
Tangan Ryan bergetar saat memegang kertas yang ia keluarkan dari amplop coklat, perlahan ia membaca huruf demi huruf yang berada diatas kertas tersebut. Kertas itu adalah hasil tes kesuburan yang ia lakukan dengan Syifa beberapa waktu lalu, lututnya terasa lemas dan degup jantungnya seakan berhenti memompa darah yang mengalir dalam tubuhnya saat mengetahui hasil tes tersebut. "Apa ini, Ryan?" tanya Dina.Wanita paruh baya itu penasaran dengan apa yang dibaca oleh anaknya, Ryan masih terdiam tak bisa berkata apa-apa setelah membaca hasil tes itu. Dina akhirnya menarik kertas itu dan membacanya sendiri, tangannya bergetar dan kertas itu terlepas hingga jatuh ke lantai. "Kamu bisa jelaskan apa maksudnya?" tanya Dina."Aku ... Aku ...." Ryan baru ingat jika dia dan Syifa melakukan tes kesuburan di rumah sakit, tetapi tidak pernah kembali untuk mengambil hasilnya. Lelaki itu tidak menyangka jika Syifa sudah mengambil hasilnya, tetapi ia tidak diberitahu dan wanita itu malah sengaja me
"Kemana pun Syifa pergi, bukan urusanmu lagi," ucap Athar."Aku tidak bertanya padamu, kau juga bukan siapa-siapa Syifa jadi jangan ikut campur!" ucap Ryan.Athar mengepalkan tangannya hendak memukul Ryan, tetapi Syifa menahan agar Athar tidak melakukan itu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengajak Athar pergi enggan untuk menjawab pertanyaan Ryan.Athar mengikuti kemauan sahabatnya itu, lalu berjalan dengan Syifa menuju mobil. Ryan yang belum mendapat jawaban dari Syifa pun mengejar dan menahan tangan Syifa."Syifa, jawab pertanyaan ku kamu mau pergi kemana?" tanya Ryan.Syifa terpaksa menghentikan langkahnya dan berusaha melepaskan tangan Ryan, wanita cantik itu awalnya malas menjawab pertanyaan mantan suaminya, tetapi melihat wajah Ryan dan Sherly membuat dia ingin mengucapkan kata-kata untuk mereka."Aku ingin menjalani kehidupan baru di tempat yang baru," ucap Syifa."Kenapa harus di tempat baru? Apa kamu tidak sayang dengan peninggalan orang tuamu? Mereka pasti kecewa kamu menin