Damian terdiam. Gaby berdecih pelan. “Kamu bahkan tidak bisa menjawab. Gaby membalikkan badannya dan akan pergi ke kamarnya. Namun pergelangan tangannya lebih dulu ditangkap oleh pria itu. “Pernikahan tidak segampang itu sayang.” Damian memeluk Gaby dari belakang. “Pernikahan itu saling memaafkan..” lirihnya. “Aku berjanji tidak akan berselingkuh.” Gaby memejamkan mata. “Hanya janji kan?” “Gaby..” lirih Damian. “Aku mohon…” Gaby mengusap air matanya. Ayolah jangan telrihat lemah dihadapan laki-laki. “Beri aku kesempatan ya?” tanya Damian. “Aku akan membuktikan pada kamu.” Damian meraih kedua tangan Gaby. Gaby mengangguk. Ya, akhirnya ia memberi kesempatan pada pria itu. Sebentar lagi mereka menikah. Hidup bersama, selamanya. Gaby mendongak. “Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku kan?” Damian menggeleng. “Tidak..” “Kamu sudah menyuruh orang untuk mengawasiku kan? Orang itu tidak mendapatkan apapun. Ya karena aku tidak menyembunyikan apapun dari kamu.” “Dari mana kam
Gaby pergi untuk membuka pintu. Benar saja ada Damian yang berada di ambang pintu. “Ayo makan malam dulu. Kamu pasti belum makan.” Damian mengecup puncak kepala Gaby pelan. Gaby mengangguk. Akhirnya mereka ke bawah untuk makan malam bersama keluarga. Gaby duduk di samping Damian. “Kalian kenapa?” tanya Aluna. “Kalian terlihat tidak enak dipandang..”Menatap keduanya bergantian. “Kalian marahan kan..” Gaby mengerucutkan bibirnya. “Mama sudah tahu tuh.” “Gaby.. Gaby..” Aluna menggeleng pelan. “Pasti kamu yang marah.” Gaby tersenyum. Ia bersandar sembari menatap mamanya. “Mama pasti juga akan marah kalau tahu apa yang dilakukan Damian..” lirihnya. Perkataanya cukup membuat semua orang memusatkan perhatian padanya. Apalagi Damian yang saat ini menatapnya dengan salah satu alis yang terangkat. Kemudian tersenyum menatapnya. Tangan Damian terangkat mengusap paha Gaby pelan. “Memangnya apa yang dilakukannya?” tanya Ethan.Gaby menatap ayahnya itu. Ethan itu begitu posesive pad
h-2 minggu pernikahan Gaby dengan Damian. Gaby masih bekerja seperti biasanya. Ia melangkah masuk ke dalam kantor. Berjalan pelan dan melihat Vina yang sudah duduk di kursi. “Hari ini dokumennya banyak?” tanya Gaby. Vina mengangguk. “Banyak,” balasnya. “Aku akan membawanya ke ruangan nanti. Kamu bisa santai dulu.” “Mau aku bawakan sarapan?” tanyanya. Gaby terdiam sebentar. “Cokelat panas saja kak.” “Baiklah.” Vina beranjak dari duduknya. “Aku ambilkan sekarang.” Gaby mengangguk. kemudian masuk ke dalam ruangannya. Namun baru saja menaruh tasnya di atas meja. Ia melupakan sesuatu. “Oh ya, aku ingin bertanya tentang dokumen kemarin..” lirihnya. Gaby berjalan keluar. ternyata Vina sudah tidak ada di bangku. Gaby menatap meja Vina yang terdapa beberapa foto. Pandangannya tertuju pada satu foto yang ditaruh sedikit menjorok ke ujung. Foto Vina dengan seorang anak kecil. Gaby mengernyit dan mengambil foto tersebut. “Risa?” tanyanya. “Ini Risa kan?” tanyanya lagi pada dirinya
Gaby hampir gila. Ia tidak menemukan apapun tentang Damian. Lantas ia meminta bantuan pada siapa? Kenapa pria itu begitu pintar menutupi semuanya? Gio juga sudah berusaha mengungkapkan siapa Damian. Tapi tetap saja detektif yang dipercaya Gio pun tidak menemukan hasil. Gaby menghela nafas berat dan akhirnya berbaring di sofa. Ia masih berada di kantor dan begitu malas untuk pulang. “Sial,” umpatnya. Ia merogoh poselnya, selain harus bekerja, ia masih kuliah. Gaby membuka ponselnya. Melihat satu materi yang baru saja di kirim. Gaby teringat sesuatu. “Bagaimana kalau aku meminta bantuan pada Firly.” Setelah menelepon Firly. Gaby akhirnya meminta untuk bertemu. Di sebuah restoran. Gaby masih bingung untuk memulainya. Ia tidak terlalu dekat dengan Firly. Namun disisi lain ia membutuhkan wanita itu. Gaby mengernyit menatap Firly yang tengah menatapnya juga. Firly juga nampak bingung dengan Gaby yang tiba-tiba mengajaknya bertemu. “Kau sudah pulang kan?
Sesampainya di rumah. Gaby merebahkan diri di atas ranjangnya. Mematikan ponselnya dan memilih untuk merenung. Setelah itu pergi untuk mengganti pakaian. Gaby memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli beberapa snack dan minuman kemasan. Memilih berbagai snack dan minuman setelah itu pergi ke luar. Duduk di kursi, kemudian membuka es krimnya. “Hidupku menjadi penuh tantangan,” ucapnya. Ia menatap lurus ke depan sembari memakan es krimnya. Gaby menunduk. “Tidak bisakah aku hidup biasa-biasa saja? kenapa semuanya sangat rumit….” Menghentakkan kakinya ke bawah dengan kesal. Gaby melempar bungkus es krimnya ke sembarang arah. Sampai akhirnya ia mendongak dan melihat bungkus es krim itu mengenai kaki seseorang. “Aku tidak sengaja,” ucap Gaby sembari menatap pria itu. Haven memandangnya sebelum mengambil bungkus es krim itu. Yang dilakukan Haven adalah memasukkan bungkus es krim itu ke dalam sampah. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Haven. “Bukannya
Haven bukannya diam tidak melakukan apapun. Ia hanya melakukan sesuatu yang bisa menguntungkannya. Bertindak seperti orang bodoh padahal tahu segalanya. Saat Gaby masuk rumah sakit pun ia tahu. Siapa yang mengirim bunga? Tentu saja dirinya. Ke mana kekasih Gaby? Si Damian itu? Haven meragukan jika pria itu benar-benar mencintai Gaby. Tentang Damian. Ia sudah mengetahui sesuatu tentang pria itu sejak lama. Namun ia tidak memberitahu langsung Gaby karena semuanya akan menjadi rumit. Ia membuat Gaby secara perlahan menyadari kejanggalan tentang Damian. Gaby mengambil duduk kembali di kursi. Tepatnya di hadapan Haven. “Lantas apa yang ketahui tentang Damian?” Haven terdiam sebentar. “Kau ingin tahu semuanya?” “Iya. Aku ingin tahu semuanya untuk menyelesaikan teki-teki ini.” Gaby memijit pelipisnya lelah. “Sekarang beritahu aku. Aku ingin menyelesaikan semuanya..” Haven meminum birnya dengan santai. “Kau ingin semuanya selesai dengan cepat?” Gaby mengangguk.
“Baterainya habis..” Haven menaruh penyadap itu di atas nakas kembali. Kembali hening. Semua ruangan sudah diperiksa. Kemudian pergi ke kamar Gaby. Memang tidak ada kamera tersembunyi. Kalaupun ada, Gaby sudah tahu sendiri. Haven sudah memeriksa lampu tidur, nakas, lukisan.. Semuanya tidak ada. Lantas di mana Damian menaruhnya.. “Tidak ada?” tanya Gaby tanpa suara hanya gerakan mulut saja. Haven tidak menjawab dan pergi ke balkon luar. Tidak ada juga. Ia kembali ke dalam. “Aku harus periksa ke bawah.” menunjuk ranjang. Mereka berkomunikasi tanpa suara. Akhirnya Haven pergi ke bawah ranjang Gaby yang begitu sempit. Saking sempitnya tubuhnya terasa terhimpit ketika berada di bawah ranjang itu. Gaby menunggu dengan cemas. Akhirnya ia duduk bersila di samping ranjang. Dan setelah Haven keluar. “Dua.” Menaruh penyadap suara yang sudah dimatikan itu ke atas ranjang. “Aku akan memeriksa lagi.” Haven mengeluarkan sebuah alat untuk mendeteksi di mana alat-a
Gaby menatapnya sebentar. “Memangnya itu apa?” “Kam tidak tahu?” tanya Damian. “Seperti penyadap suara bukan?” tanya Gaby hendak mengambil alat itu namun lebih dulu diambil alih Damian. “Bukan..” Damian memasukkan alat itu ke dalam sakunya.“Bagaimana kamu mendapatkannya?” tanya Damian. “Aku…” Gaby menunjuk ranjang. “Tadi malam aku mengambil cincinku yang menggelinding ke sana. lalu saat aku masuk ke kolong kasur, aku melihat benda kecil yang berkedip itu.” “Tapi setelah aku mengambilnya, benda itu langsung mati. Aku tidak tahu…” Gaby menatap Damian dengan wajah yang polos. “Apa mungkin itu alat dari kasurku ya? Kan kasurku bergerak otomatis. Apa jangan-jangan karena alat itu aku tarik, kasurku tidak bisa bergerak?” Benar. Kasur Gaby merupakan kasur elektronik yang bisa diatur ketinggiannya. Hal itu digunakan Gaby untuk menjelaskan semuanya. “Bagaimana menurutmu?” tanya Gaby mendongak. Damian mengangguk. “Oh mungkin saja…” “Lalu kenapa kamu tiba-tiba ke sini?” tanya Gaby.
Beberapa hari sebelum kejadian. Beberapa hari sebelum rapat… Gio baru saja keluar dari perusahaan… Berjalan pelan—sempat diam sebentar mengamati langit yang mendung. Hari ini sangat melelahkan. Jujur ia ingin sekali pulang dan istirahat. Tapi…. Gio merogoh ponselnya—melihat satu pesan yang baru saja muncul. Pesan dari bodyguard yang menjaga ruangan Agatha di rumah sakit. [Sir nona Agatha kritis. Keadaannya kian memburuk. Para dokter sedang memberikan pertolongan.] Tanpa menunggu waktu lama lagi. Gio langsung pergi ke rumah sakit di mana Agatha dirawat. Agatha yang berada di ruangan sedang dikerubungi oleh dokter dan perawat. Gio memejamkan mata—kedua tangannya menutupi wajahnya. “Bertahan Agatha…” lirihnya. Sampai akhirnya dokter keluar… “Agatha…. tidak selamat.” Dokter itu mengatakan hal keramat itu pada Gio. “Para perawat akan segera mencabut alat-alat medis dari tubuhnya.” Gio menggeleng—ia segera masuk ke dalam ruangan. Menghalangi para perawat y
“Kenapa ingin bertemu denganku?” tanya Leonard pada Levin yang ada di hadapannya. Mereka dipisahkan oleh kaca dan tembok.. Leonard hanya bisa melihat ayahnya itu dari kaca. “Aku ingin kau meneruskan perusahaan,” ucap Levin. Leonard menatap ayahnya tidak percaya. “Kau pikir aku kau?” tanyanya. “Aku bukan kau. aku bukan kau yang membunuh saudara, keponakan sendiri untuk mendapatkan kekuasaan.” Levin tertawa pelan. “Kau hidup karena uangku. Kau hidup karena kekusaanku.” Menatap anaknya itu. “Darahmu itu mengalir darahku juga. Mau berlari seperti apapun, kau tetap sama denganku.” Leonard mengepalkan kedua tangannya. “Tidak puas kau menyakiti Mom dan aku? Tidak puas? sampai sekarang pun kau masih menyuruhku sesuka hatimu!” teriak Leonard. Tatapan Leonard pada ayahnya sepenuhnya dendam dan kebencian. Bukan tanpa alasan. Leonard tahu semuanya. Tahu yang terjadi pada orang tuanya. Levin sering menyiksa dan memukul ibunya. Ia juga tahu perselingkuhan yang dilakukan Levin
“Saya tadi mencari anda. Tapi anda langsung pergi. saya bertanya pada bodyguard anda, katanya anda sedang pergi ke gereja.” Polisi yang membantu penyelidikan kasus Agatha. Gio mengangguk. mereka duduk di sebuah bangku. Polisi itu mengeluarkan rokok, menyulutnya kemudian menghisapnya perlahan. “Terima kasih,” ucap Gio. “Terima kasih sudah membantu saya. Kapanpun anda membutuhkan bantuan, anda bisa menghubungi saya.” Polisi itu mengangguk.“Saya dulu yang memegang kasus Bryan Harper.” Gio menoleh. baru tahu mengenai hal itu. “Dari awal saya memang menemukan keanehan pada kasus itu. namun, para atasan menyuruh saya untuk diam saja. waktu itu saya memberontak dan berusaha untuk mengungkap kasus tersebut, tapi karena saya membangkang. Saya diturunkan jabatan…” “Dari sanalah saya tidak memegang kasus besar. Tapi anda datang, membantu saya juga…” polisi itu menatap Gio. “Saya juga berterima kasih pada anda. Karena anda, saya bisa menempati posisi awal saya.” Gio mengangguk. “Ternya
“Ditetapkan menjadi tersangka berdasarkan bukti….” Semua dijelaskan secara rinci. Semua yang membuktikan Levin sebagai dalang dibalik pembunuhan dan perencanaan pembunuhan. “Sebelum itu, ada hal yang ingi disampaikan?” tanya Hakim. Levin menatap semua orang yang ada di sana. Tidak ada satupun keluarga Levin yang datang ke pengadilah. Saudara, anak bahkan istrinya tidak ada yang datang. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi mereka tidak ada yang datang. “Tidak ada.” “DASAR BAJINGAN!” teriak Jessika. “KAU TIDAK HANYA MEMBUNUH SAUDARAMU SENDIRI, KAU MEMBUNUH ANAK SAUDARAMU JUGA. KAU TIDAK MERASA BERSALAH?” Pak Rudi berusaha menenangkan Jessika lagi. “Tenang Jessika…” Jessika memberontak. Ia melepaskan tangan pak Rudi di lengannya. “DASAR BAJINGAN! DASAR IBLIS! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU!” “Iya Jessika. Iya… tenang dulu ya..” pak Rudi membawa Jessika untuk duduk kembali. “Jangan berteriak. Nanti kau bisa diusir..” ucap Pak Rudi lagi. Sementara
Semua berjalan begitu saja. Dan Agatha masih sama. tidak kunjung bangun. Kata dokter, tidak ada perubahan pada Agatha. Dan yang terakhir. Dokter itu menegaskan. Tidak ada harapan, tubuh Agatha hanya ditopang oleh alat-alat medis. Jika tanpa alat medis tersebut—Agatha tidak akan bertahan. Tapi Gio bersikukuh mempertahankan Agatha. ia akan menunggu—sampai kapanpun. Ia akan menunggu selama apapun. Ia akan tetap menunggu Agatha bangun. “Dia terlihat lelah bukan…” Aluna berada di samping Gio. Menatap kaca yang menampilkan Agatha terbaring lemah. Kian hari kian kurus.. Kian hari tubuhnya—seluruh tubuhnya termasuk wajahnya juga pucat. Gio menghela napas. Kemudian mengangguk. Hanya anggukan untuk menjawab ucapan mamanya. “Jangan bilang mama juga menyuruhku untuk melepaskan Agatha, seperti orang-orang lain yang menyuruhku untuk menyerah saja?” tanya Gio. Aluna menggeleng. “Tidak.” “Mama tidak akan menyuruh kamu melepaskan. Jika mama ada di posisi kamu. mama juga
Semua bukti telah diberikan kepada polisi. Dengan semua bukti yang telah lengkap itu, kasus langsung ke kejaksaan. Semua orang dipanggil… Calista menjadi tersangka utama dalam kasus itu. Calista yang terbukti menjadi orang yang menyuruh pria untuk membunuh Agatha. Sampai akhirnya Calista ditetapkan menjadi tersangka. Karena tidak ingin hancur sendirian. Ia juga menyeret nama Levin. Sampai Levin pun sekarang menjadi terdakwa… Menjadi orang yang dicurigai menjadi dalang utama dari rencana pembunuhan Agatha. Satu persatu terbuka… Kasus yang telah ditutup pun akhirnya dibuka juga. Kasus kecelakaan Jordy dan kecelakaan Bryan Harper. Rumah Levin digrebek. Ruangan kantor Levin juga tidak luput dari penyelidikan. Penangkapan Levin pun menjadi perbincangan karena, pria itu ditangkap saat berada di bandara. Hendak melarikan diri keluar negeri. Ada banyak bukti-bukti yang di dapatkan setelah penggrebekan itu. Ponsel-ponsel yang disembunyikan oleh Levin… Ponsel yan
Gio mengangguk mengerti. “Saya punya kenalan seorang hakim yang sangat tegas…” polisi itu berhenti sejenak. “Tapi saya tidak bisa memilik hakim saat kasus sudah masuk ke kejaksaan.”“Siapa hakim itu?” tanya Gio. “Saya akan mengirimkan detailnya.” Gio berdiri dari duduknya. “Jika kau berhasil mengerjakan kasusku dengan baik. aku akan memberimu bayaran tambahan.”Polisi itu ikut berdiri kemudian menggeleng. “Tidak. Sudah menjadi tugas saja menangani kasus dengan benar. Anda datang ke sini menandakan bahwa saya adalah penegak hukum yang dapat dipercaya.” “Anda tidak perlu membayar saya lagi. karena memang sudah tugas saya.” Gio mengernyit. tapi kemudian berjalan mendekat. “Jika suatu nanti kau memerlukan bantuan. Kau bisa menghubungiku.” Setelah itu Gio pergi. [Keadaan Agatha memburuk] sebuah pesan dari bodyguard. Gio langsung pergi ke rumah sakit. Meski jadwalnya yang begitu padat. Gio tidak peduli. Ia tetap pergi ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan kekasihnya. Ses
Sudah beberapa hari Agatha dirawat. Meski mendapatkan penjagaan ketat, Gio masih mengijinkan orang-orang terdekat Agatha menjenguk. Bukan hanya terdekat, karyawan Agatha, teman-teman Agatha. Silih berganti orang-orang datang—mereka hanya bisa melihat Agatha dari jendela. Semuanya berhati-hati. keadaan Agatha belum stabil. Gio menunduk—di sela-sela kesibukannya. Ia menyempatkan diri untuk datang menjenguk Agatha. “Babe..” panggil Gio. “Kamu tidak bosan terus tidur seperti ini?” tanya Gio. “Semua orang menyayangi kamu.” Gio mengambil tangan Agatha. Mengenggamnya perlahan. Mengusapnya dengan sayang. Sesekali mengecupnya. Wajah Agatha kian hari kian pucat. Kata dokter, mengajak pasien koma berbicara dan bercerita bisa membantu mereka pulih. Untuk itu, Gio selalu berbicara. Meski ia tidak terlalu bisa bercerita. “Hari ini.. semua karyawanmu datang menjenguk. Ada perempuan yang mengajak kamu minum juga. Aku tidak tahu namanya.” “Tapi dia terlihat begitu sedih melih
Gio bisa menarik kesimpulan bahwa… Calista yang merencanakan membunuh Agatha. Tapi pasti ada yang menyuruh Calista untuk melakukannya. Untuk itu…. “Serahkan semua pada polisi.” Gio berkacak pinggang. “Jangan serahkan pada polisi biasa. Mereka pasti akan disuap lagi.” “Serahkan pada polisi yang memang bertanggung jawab. Supaya bisa melakukan penyelidikan lebih lanjut.” Detekti itu mengangguk. “Saya ada kenalan orang dalam kepolisian. Apa anda ingin bertemu lebih dahulu dengannya?” Gio berpikir sejenak. Kemudian mengangguk. Sebelum itu Gio mengambil ponselnya. “Saya minta tolong pada anda, sekarang juga. Pindahkan kakak ipar Agatha beserta anak-anaknya ke tempat yang saya siapkan..” Pak Rudi di balik telepon pasti sangat terkejut dengan perkataan Gio. Tiba-tiba saja meminta untuk memindahkan keluarga Agatha. “memangnya apa yang terjadi?” “Saya akan menjelaskan semuanya saat sudah selesai,” balas Gio. “Juga.. awasi Calista. Jangan sampai keluar dari mansion. Usa