Hampir dua minggu Ethan berada di kampung Aluna. Untung sja ia gampang menyerap ilmu bela diri. Ditambah ia juga pernah mengikuti kelas taekwondo untuk waktu yang lama. Nenek Aluna sendiri yang mengetes kemampuan Ethan. Walaupun, hampir seluruh tubuh Ethan terkena pukulan nenek Aluna. Tapi ternyata Ethan lolos juga. “Kalian boleh menikah asalkan mendapatkan restu keluarga Ethan.” itu pesan dari Linda pada Ethan dan Aluna. Untuk itu mereka harus mendapatkan restu orang tua Ethan dahulu. Ethan dan Aluna akan ke ke kota untuk bertemu orang tua Ethan. Ethan sedang mengemasi barang-barang pentingnya. Ia tidak akan membawa apapun untuk kembali. “Baju-bajumu, Mas? Kau tidak membawanya?” tanya Andy mengamati Ethan yang hanya memasukkan dompet ke dalam tas slempang. “Tidak, kau bisa mengambilnya,” balas Ethan. Andy menganga. Padahal baju-baju itu baru dibeli di pasar. Dan jumlahnya banyak karena Ethan langsung membeli saja tidak melihat harganya. “Orang kaya memang tidak d
Setidaknya membutuhkan waktu 7 jam untuk sampai di kota. Setelah sampai, Ethan menggendong Gio yang sedang tertidur. Ia sudah menyiapkan kamar khusus anaknya di rumahnya. Aluna juga sangat mengantuk. Ia langsung pergi ke kamar Ethan. Langsung merebahkan dirinya di atas kasur Ethan yang empuk. Aluna memejamkan mata—baru saja akan terlelap dalam mimpinya. Tubuhnya di seret ke samping dan dipeluk. Puncak kepalanya di cium beberapa kali. “Aku mengantuk Ethan..” lirih Aluna sudah memejamkan mata. Ethan mengangguk. “Aku tahu..” Tapi bukannya membiarkan Aluna tidur, Ethan malah mengusap wajahnya di leher Aluna. Mencium dengan gemas leher Aluna. “Ethan..” geram Aluna. Bagaimana bisa tidur jika lehernya terus dicium dan dihisap sesuka hati. Aluna membuka mata dan mendongak. “Kapan bertemu dengan keluargamu?” “Nanti, aku belum memberitahu mereka.” Aluna mengangguk. Masuk ke dalam pelukan Ethan. Ia menyandarkan kepalanya di dada Ethan. “Selama ini Gio masih suka kambu
Menyenangkan juga pagi-pagi melihat pemandangan Ethan yang memandikan Gio. Aluna memandang Ethan dan Gio yang berada di dalam bathup. Mereka berdua bermain air layaknya anak seumuran. Lihatlah Ethan. Pria itu nampak begitu senang bermain bebek-bebek yang berjalan di atas air. “Papa aku tidak mau bermain itu!” Gio menunjuk bebek. “Kenapa? Ini lucu Gio!” Ethan mengangkat bebek itu. “Itu untuk anak-anak. Gio tidak suka Papa!” Gio menggeleng dengan bibir yang mengerucut lucu. “Kamu masih kecil. Siapa bilang kamu sudah besar?” Ethan akhirnya menyingkirkan bebek yang lucu. Sayang sekali padahal lucu sekali karena warnanya merah, kuning dan ungu. Padahal ia suka, kenapa malah anaknya yang tidak suka. “Terus mau main apa?” “Tembak!” Gio menembak Ethan dengan tembakan air. Ethan memejamkan mata. Membiarkan anaknya menyemprotkan air itu di wajahnya. Baru kali ini seorang Ethan mau mengalah dengan pasrah lagi. Ethan membuka mata saat Gio tertawa dengan begitu senang.
Hari yang ditunggu datang. Bukan ditunggu, tapi Aluna menantikannya. Dan jantungnya tidak berhenti berdetak semenjak berada di mobil. Sedangkan anaknya duduk dengan rapi di tengah-tengah antara dirinya dan Ethan. “Aluna,” panggil Ethan. Mengambil tangan Aluna dan menggenggamnya pelan. “Jangan kawatir, aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti kalian.” Aluna mengangguk pelan. Aluna dan Ethan berjalan dengan Gio yang berada di tengah mereka. Untungnya bocah itu memang pengertian dan cerdas. Gio diam dan mengikuti orang tuanya saja. Sampai di restoran. Dua orang sudah duduk dengan santai di sebuah bangku. Margaret menatap Aluna.. lalu pandangannya berpusat pada seorang anak kecil yang berada di antara mereka. Tiba-tiba ia menjadi diam dan tidak berkata-kata. Karena bocah itu sungguh mirip dengan Ethan saat kecil. Peter dan Margaret berdiri saat Ethan dan Aluna sudah sampai di hadapan mereka. “Aku ingin mengenalkan Aluna dan Gio pada kalian secara resmi.” Etha
“Apa kamu yakin kalau kita akan menikah—” “Tentu saja aku yakin. Memangnya kamu tidak ingin menikah denganku? Ada pilihan pria lain selain aku?” Ethan yang tiba-tiba cerewet. Padahal Aluna belum selesai bertanya. Aluna menatap sinis Ethan. Pria itu sudah berjalan lebih dulu sembari menggendong anak mereka yang sudah tertidur. Punggung lebar pria itu menghilang lebih dulu. Aluna tidak memeriksa Gio lagi karena Ethan pasti sudah memastikan anak mereka tdiur dengan nyaman. Aluna merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menatap langit kamar yang terasa semakin gelap saja segelap aura pemiliknya. Aluna menatap Ethan yang mengunci dengan rapat pintu. “Kenapa dikunci begitu rapat?” heran sekali. “Seperti sedang mengunci kandang saja.” “Memang,” balas Ethan. Berbalik dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Namun hanya Aluna yang tahu tatapan itu. “Supaya…” Ethan melangkah mendekat. Aluna menyipitkan mata. Ethan seperti seekor singa yang sedang mengintai mangsanya. dan dialah yang mnej
“Jangan dipikirkan. Yang pasti aku akan melindungi kalian.” Ethan tersenyum. Mengusap pipi Aluna menggunakan jempol tangannya. Aluna menunduk. Menyandarakan dagunya di dada Ethan. “Tapi bagaimana kalau aku berusaha membuat mereka luluh?” Ethan menyipitkan mata tidak suka. Apalagi rahangnya mengeras. Bukannya marah, hanya tidak suka. “Jangan membantahku..” Ethan memutar balikkan posisinya hingga sekarang Aluna di bawahnya. “Kamu marah?” Aluna mengerucutkan bibirnya. “Jangan marah. Aku hanya ingin membantu..” “Membantu apa hm? Diam saja tidak usa melakukan apapun.” Ethan membuat Aluna terdiam dengan mengecup bibir wanita itu. “Jangan melanggar perintahku.” Mengusap dahi Aluna yang sedikit berkeringat. “Mengerti?” suara Ethan terdengar rendah namun penuh penekanan. Aluna mengangguk pasrah. Ia tidak bisa melawan Ethan saat sudah mode arogan dan dominan seperti ini. Besok saja dirayu, kalau bisa. “Apa yang kamu pikirkan?” Ethan menatap curiga Aluna yang tiba-tiba mel
BYUUUR ETHAN ITU GILA. ETHAN ITU RADA STRESS! Umpat Aluna setelah mereka berada di dalam air yang dingin. “Ethan fuck you!” “Aku membencimu!” Meskipun begitu kesal, Aluna tidak bisa melepaskan pegangannya di bahu Ethan. Karena ia tidak bisa berenang! Tahu kan masa lalunya seperti apa? Ia bahkan hampir tenggelam. Ethan tertawa. “Aku juga mencintaimu babe.” Jarak dari balkon kamar mereka ke kolam sekitar 3,5 meter. Dengan entengnya Ethan membuka pagar yang ternyata bisa di bongkar pasang. Aluna yang masih terkejut—dimanfaatkan oleh Ethan dengan merengkuh pinggangnya guna terjun ke kolam bersamaan. Aluna mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar kesal sampai rasanya ingin menangis. “Jangan menangis hei-hei..” Ethan yang panik melihat Aluna menutup wajahnya. Lalu terdengar isakan tangis dari wanita itu. “Maaf..maaf..” Ethan mengusap pipi Aluna. Ia membawa tubuh mereka ke tepi. “Maaf Aluna..” lirih Ethan yang merasa bersalah. Baru kali ini menjahili Aluna sam
Aluna berjinjit dan memasangkan dasi di leher Ethan. “Haruskaha aku ikut bekerja?” “Tidak.” Ethan menatap cermin. Menatap penampilannya apakah sudah sempurna atau belum. Aluna menghela nafas. kemudian berputar dan menaruh jas itu di bahu Ethan. “Kamu sudah tampan…” ucapnya menggeleng. Dasar narsis! Ethan yang menyugar rambut di hadapan cermin. Pria itu nampak memandang diri sendiri untuk beberapa lama. “Kau tampan, kau cerdas dan kau punya segalanya…” lirih Ethan menatap diri sendiri. Aluna tersenyum sambil menggeleng. Sudah tidak heran lagi. “Sudah?” tanya Aluna. Ethan mengangguk. Aluna memandang Ethan. Sedikit merasa bersalah. Karena Ethan yang memilih dirinya, Ethan harus mundur dari jabatan wakil presdir. Ethan yang hampir seumur hidupnya dipersiapkan menjadi pemimpin Winston, sekarang harus mundur dari perusahaan itu. “Kamu mikir apa?” tanya Ethan menangkup wajah Aluna. “Jangan berpikir macam-macam.” “Aku hanya berdoa, agar hari ini kamu lancar. Kamu
Agatha keluar dari rumah sakit. Setelah memastikan Gio beristirahat dengan tenang. Agatha berhenti pada sebuah cermin. Menatap lehernya yang memerah. Merogoh sebuah syal yang berada di tasnya. Kemudian melingkarnnya di lehernya. Bibirnya mengembangkan senyuman. Masih tergambar dengan jelas ciuman mereka tadi. Saling memangut dan meluapkan rasa rindu. Agatha kembali berjalan dan menaiki mobil untuk pulang. Di sepanjang perjalanan Agatha tidak berhenti melamun. Ada banyak yang ia pikirkan. Meski ia sudah menjadi pemimpin…. Ada banyak hal yang belum ia selesaikan. Mencari pelaku yang membunuh ayah dan kakaknya. Mencari pelaku sebenarnya yang menyerang Gio. Mencari pelaku yang berusaha membunuhnya juga. Lalu… Pikirannya juga penuh memikirkan hubungannya dengan Gio setelah ini. Ia hampir mencapai tujuannya. Yang artinya perjanjian mereka akan segera berakhir. Lantas, jika berakhir. apakah hubungannya dengan Gio juga akan berakhir begitu saja. Seharusnya
“Bagaiamana keadaanmu.” Agatha menatap Gio. “Aku baik-baik saja. tapi aku harus kembali ke rumah sakit.” Gio mengambil tangan Agatha dan menggenggamnya. “Kau ikut denganku.” Agatha berhenti. “Aku tidak bisa bersamamu dulu.” “Aku tidak bisa menerimanya.” Gio tetap menggandeng tangan Agatha. Tapi Agatha tetap kekeh dengan ucapannya yang ia katakan pada keluarga Gio. “Tidak, Gio. Aku tidak bisa…” Agatha mendongak. “Aku akan menemuimu sampai keadaan benar-benar aman.” Gio menghela napas. “Sampai kapan?” “Besok? Lusa? Bulan depan?” tanya Gio. Agatha terdiam. karena dirinya sendiri juga tidak tahu. Tapi setidaknya sampai kekuasaan benar berada di dalam genggamannya. Sampai orang-orang yang mencelekainya ditangkap. “Aduh…” Gio memegang perutnya. “Bagaimana ini… perutku..” Gio menyipitkan mata. “Anda harus ke rumah sakit segera Sir..” dokter mendekat. ia juga khawatir dengan keadaan Gio. Namun diam-diam Gio memberi petunjuk bahwa ia sedang berpura-pura. “Adu duh..”
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve