Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 41. Pendekar Tanpa Bertanding

Share

41. Pendekar Tanpa Bertanding

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2022-09-02 16:49:50
Cakra berdiri di tengah Lembah Cemara, tangannya bergerak melingkar secara unik, kemudian tangan kanan terentang ke depan dengan telapak tangan terbuka, tangan kiri menggantung di depan dada. Ia tengah mengerahkan ajian Grebek Nyawa.

Sekilas tidak ada perubahan pada tebing karang di depannya. Tebing itu tetap berdiri kokoh membentengi lembah. Kemudian dinding karang retak-retak dan perlahan ambruk jadi butiran debu.

"Sungguh mengerikan ajian Grebek Nyawa," kata Cakra. "Seandainya diarahkan kepada makhluk hidup, maka tubuhnya akan hancur menjadi butiran debu."

Kemudian Cakra mengedarkan pandang mencari gurunya, tidak ditemukan, ia bergumam, "Apakah kakek edan itu tertimbun longsoran debu karang? Bodo amat!"

Cakra pergi ke batu ceper di depan goa, lalu rebahan beristirahat. Semilir angin sejuk menerpa tubuhnya.

Gundukan debu karang tiba-tiba berhamburan, dari dalam gundukan melesat keluar kakek berselempang putih dan mendarat dengan sempurna di dekat batu ceper.

Tubuh kakek itu kot
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   42. Bukan Piala Bergilir

    Cakra duduk bersila di atas batu ceper. Ia tengah bersiap untuk mengeluarkan pelajaran terakhir dari Lembah Cemara, ilmu pamungkas dari leluhur kerajaan Nusa Kencana, ajian Lampus Umur. Gerakan yang dilakukan Cakra adalah gerakan jurus masa lampau, sehingga kelihatan aneh karena jurus itu sudah punah dan tidak terlihat lagi. Pewaris terakhir jurus langka itu adalah Ki Gendeng Sejagat dan ia jarang sekali mengembara, beberapa puluh tahun belakangan bahkan ia tirakat di dalam goa di Lembah Cemara. "Kakek!" seru Cakra. "Kau di mana? Jangan sampai kau jadi es krim!" "Aku di sampingmu, anak muda." Ki Gendeng Sejagat tidak berani main-main dengan ajian yang satu ini. Kena hawanya saja bisa tewas! Maka itu ia tak berani berada di daerah di hadapan Cakra. Ia menunggu di sampingnya. Cakra menoleh dan berkata, "Oh iya, aku kira pohon hangus." "Sontoloyo!" Cakra mengepalkan tangan kiri, lalu tangan itu meliuk-liuk melakukan gerakan unik, sementara tangan kanan terlipat di dada. Kemudian

    Last Updated : 2022-09-03
  • Perjanjian Leluhur   43. Duka Di Lembah Cemara

    Cakra berseru dengan kalap, "Aku tidak akan pergi sebelum kau keluar!" "Anak muda!" Suara Ki Gendeng Sejagat membahana memenuhi lembah. "Kita bertemu di waktu tidak diduga! Kita berpisah juga di masa tidak dikira! Usiaku hanya untuk menunggumu tiba! Laraswati sudah menjemputku! Selamat tinggal, anak muda!" "Ijinkan aku melihatmu untuk terakhir kali, Kek!" Sungguh perpisahan yang sangat tragis, padahal Cakra sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk perjamuan mereka yang terakhir: Barbeque dengan model Adriana Chechik, bintang film dewasa peraih AVN Awards! Ki Gendeng Sejagat pasti ketagihan! "Aku berharap tidak ada terakhir kali, anak muda!" "Apa maksudmu, Kek? Apakah aku akan segera menyusul dan kita bertemu di alam roh?" Sunyi. Hanya desiran angin berbisik. Barangkali Ki Gendeng Sejagat sudah pergi. Cakra duduk bersimpuh dan menangis sedih. "Guru.... Maafkan muridmu yang kurang ajar ini...!" Cakra sadar bahwa waktu untuk berpisah telah tiba. Tujuh purnama mereka bersama, te

    Last Updated : 2022-09-04
  • Perjanjian Leluhur   44. Suka Yang Keras-keras

    "Kau yakin kuda betina hamil karena dirimu?" tanya Cakra sambil menunggangi si Gemblung dengan santai. Kuda betina mengikuti di belakang. "Bukan sama majikannya?" "Majikannya perempuan, Yang Mulia." Cakra mengernyitkan alis sedikit, lalu berkata, "Patih Mahameru adalah ksatria pinilih, masa tega membunuh perempuan?" "Perempuan itu tokoh utama pemberontak berilmu tinggi. Jika tidak dihabisi, ia pasti menghabisi Patih Mahameru." "Jadi hanya pembunuhan solusinya?" "Memangnya di negeri Yang Mulia perempuan tidak boleh dibunuh?" "Perempuan di negeriku pengennya disayang." "Tidak ada yang kejam dan jahat?" "Tidak ada...tidak ada bedanya dengan di negerimu." Cakra tertawa kecil. "Perempuan di negeriku membunuh laki-laki tidak perlu dengan senjata, cukup dengan cinta." "Hebat sekali perempuan dari bangsa manusia." "Kehebatan mereka tidak cukup diceritakan dalam satu hari." "Bagaimana dengan kuda betina di negeri Yang Mulia?" "Aku kira lebih terhormat kuda betina di negerimu. Mereka

    Last Updated : 2022-09-05
  • Perjanjian Leluhur   45. Pendekar Lembah Cemara

    "Kau betul-betul slebor, Yang Mulia," kata si Gemblung. "Kau permainkan dua tokoh muda berilmu tinggi dengan seenaknya." Cakra mengernyitkan alis. "Slebor.... Aku jadi ada ide, kau setuju kalau aku menyandang gelar kid slebor? Mereka pasti terkecoh, karena kid slebew adalah orang tidak mengerti ilmu kanuragan." "Cocoknya kau memakai julukan Pangeran Lembah Cemara, sesuai dengan penampilanmu yang sangat keren." "Aku merasa kurang sreg, borju banget.... Nah, Pendekar Lembah Dosa saja, karena di lembah itu aku banyak berbuat dosa, bagaimana?" "Kau sekarang saja banyak berbuat dosa, Yang Mulia. Kau sudah meremas, meraba, dan mencolek perempuan yang bukan hakmu." "Julukan itu berarti cocok." "Jangan suka membuka aib sendiri, itu kebiasaan tidak baik. Yang Mulia adalah calon pangeran, jadi perlu menjaga sikap." "Kau sudah kenyang menggagahi kuda betina baru ngomong soal moral." "Aku adalah makhluk tidak bermoral, Yang Mulia." "Oh iya, aku lupa. Kau adalah binatang, bisa menggagahi

    Last Updated : 2022-09-06
  • Perjanjian Leluhur   46. Perjuangan Cinta

    Sebuah kereta mewah melintas di jalan setapak yang sunyi. Dikawal satu peleton prajurit pilihan di bawah pimpinan Brajaseta. Di dalam kereta, Dewi Anjani duduk dengan wajah muram. Nirmala dan Gentong Ketawa mendampingi di belakang. Hutan Gerimis yang terkenal tenteram dan damai mendadak panas membara sejak calon pangeran dikabarkan hilang tanpa jejak. "Banyak pendekar kelas satu berkeliaran karena hadiah sayembara yang sangat menggiurkan," kata Dewi Anjani. "Padahal mereka tidak tahu bagaimana rupa orang yang dicari. Bagaimana mereka menemukan kid slebew?" Dewi Anjani bersikeras untuk pergi mencari Cakra Agusti Bimantara saat menerima berita puteri mahkota dari kerajaan sekitar meramaikan perburuan. "Aku yakin Cakra belum keluar dari Hutan Gerimis," ucap Dewi Anjani. "Ia berada di suatu tempat yang sangat indah, setiap pagi mengambil ikan di telaga kecil, tidur di batu ceper, begitu gambaran yang muncul di dalam mimpiku." Tokoh istana tidak ada yang tahu lokasi yang digambarkan.

    Last Updated : 2022-09-07
  • Perjanjian Leluhur   47. Geng Kecoa

    "Sungguh besar nyalimu membawa puteri kerajaan dengan pengawalan seadanya." Sangkulara berdiri dengan pongahnya di depan rombongan kerajaan bersama Tongkat Bertuah, si Sanggul Miring, dan Setan Pajak. "Apakah kau merasa sudah demikian hebat sehingga kami tidak berani menghadang kalian?" Prajurit pengawal segera turun dari kuda tunggangan membentuk formasi melindungi kereta. Beberapa prajurit berilmu tinggi siap siaga menunggu perintah untuk menghajar para pemberontak yang menghalangi jalan. "Kita sungguh beruntung," kata Setan Pajak. "Puteri mahkota hanya dikawal cecunguk, sungguh tangkapan besar bagi kita." "Aku akan membawa Dewi Anjani ke pesanggrahanku," tukas Sangkulara. "Aku tidak tertarik dengan hadiah dari Tapak Mega." "Jangan cari perkara kau, Sangkulara," sergah Tongkat Bertuah. "Kau akan diburu Tapak Mega kemana pun bersembunyi." "Aku rela mati demi bidadari itu." Sangkulara tertawa senang. "Aku ingin mempersuntingnya dan bulan madu di kerajaan Sihir, negeri yang sanga

    Last Updated : 2022-09-08
  • Perjanjian Leluhur   48. Pendekar Cacingan

    Tongkat sakti melesat dengan cepat ke arah Nirmala yang sibuk menangkis jurus andalan si Sanggul Miring. Di saat bersamaan, Gentong Ketawa kewalahan menghadapi pengeroyokan Kupu-kupu Madu dan Setan Pajak. Ia terlempar dan jatuh terduduk kena pukulan Kupu-kupu Madu. Setan Pajak maju menerjang dengan tendangan mematikan, sambil berteriak, "Ciiiaaatt...!" Dewi Anjani tahu kedua pelayannya dalam bahaya besar, tapi ia sulit untuk menolong. Sangkulara dan Bidadari Penabur Cinta tidak memberi kesempatan sedikitpun. Brajaseta sulit diharapkan bantuannya. Ia sibuk melayani Tongkat Bertuah yang mulai mengeluarkan jurus pamungkas, dan sesekali dibantu Kupu-kupu Madu. Dewi Anjani hanya bisa mengingatkan, "Awas! Bibi Nirmala! Gentong Ketawa!" Satu hasta lagi serangan maut mendarat di leher mereka, dua kepala ikan salmon tiba-tiba melesat di udara, satu menghantam tongkat sehingga patah dua, satu lagi meluncur masuk ke mulut Setan Pajak yang berteriak sehingga membuatnya gelagapan. Pertaru

    Last Updated : 2022-09-09
  • Perjanjian Leluhur   49. Kekasih Terindah

    Cakra mengambil kuda-kuda, tangannya bergerak memutar secara unik, kemudian didorong ke depan dengan telapak tangan terbuka. Serangkum angin dahsyat menderu menghantam mereka. "Ajian Badai Cemara...!" pekik Tongkat Bertuah kaget. "Keluarkan seluruh tenaga dalam kalian! Ia benar-benar murid Ki Gendeng Sejagat!" Tongkat Bertuah dan si Sanggul Miring berusaha berdiri tegak sekuat tenaga. Mereka tidak pernah bentrok dengan Ki Gendeng Sejagat, kini merasakan sendiri bagaimana dahsyatnya ajian Badai Cemara dari muridnya. "Jangan kehilangan fokus!" teriak Tongkat Bertuah. "Bertahanlah!" Keenam pendekar dari golongan hitam itu tidak sadar kalau celana mereka mulai sobek-sobek, lalu terlepas jadi potongan kecil dan terbang terbawa angin. Gentong Ketawa tertawa terpingkal-pingkal melihat pemandangan ngeri-ngeri sedap di depannya. Nirmala menjerit sambil memalingkan wajah. Dewi Anjani yang berlindung di belakang Cakra bertanya dengan heran, "Ada apa, Bibi Nirmala?" "Tuan Puteri lebih b

    Last Updated : 2022-09-10

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status