Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 48. Pendekar Cacingan

Share

48. Pendekar Cacingan

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2022-09-09 17:28:23
Tongkat sakti melesat dengan cepat ke arah Nirmala yang sibuk menangkis jurus andalan si Sanggul Miring.

Di saat bersamaan, Gentong Ketawa kewalahan menghadapi pengeroyokan Kupu-kupu Madu dan Setan Pajak. Ia terlempar dan jatuh terduduk kena pukulan Kupu-kupu Madu.

Setan Pajak maju menerjang dengan tendangan mematikan, sambil berteriak, "Ciiiaaatt...!"

Dewi Anjani tahu kedua pelayannya dalam bahaya besar, tapi ia sulit untuk menolong. Sangkulara dan Bidadari Penabur Cinta tidak memberi kesempatan sedikitpun.

Brajaseta sulit diharapkan bantuannya. Ia sibuk melayani Tongkat Bertuah yang mulai mengeluarkan jurus pamungkas, dan sesekali dibantu Kupu-kupu Madu.

Dewi Anjani hanya bisa mengingatkan, "Awas! Bibi Nirmala! Gentong Ketawa!"

Satu hasta lagi serangan maut mendarat di leher mereka, dua kepala ikan salmon tiba-tiba melesat di udara, satu menghantam tongkat sehingga patah dua, satu lagi meluncur masuk ke mulut Setan Pajak yang berteriak sehingga membuatnya gelagapan.

Pertaru
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   49. Kekasih Terindah

    Cakra mengambil kuda-kuda, tangannya bergerak memutar secara unik, kemudian didorong ke depan dengan telapak tangan terbuka. Serangkum angin dahsyat menderu menghantam mereka. "Ajian Badai Cemara...!" pekik Tongkat Bertuah kaget. "Keluarkan seluruh tenaga dalam kalian! Ia benar-benar murid Ki Gendeng Sejagat!" Tongkat Bertuah dan si Sanggul Miring berusaha berdiri tegak sekuat tenaga. Mereka tidak pernah bentrok dengan Ki Gendeng Sejagat, kini merasakan sendiri bagaimana dahsyatnya ajian Badai Cemara dari muridnya. "Jangan kehilangan fokus!" teriak Tongkat Bertuah. "Bertahanlah!" Keenam pendekar dari golongan hitam itu tidak sadar kalau celana mereka mulai sobek-sobek, lalu terlepas jadi potongan kecil dan terbang terbawa angin. Gentong Ketawa tertawa terpingkal-pingkal melihat pemandangan ngeri-ngeri sedap di depannya. Nirmala menjerit sambil memalingkan wajah. Dewi Anjani yang berlindung di belakang Cakra bertanya dengan heran, "Ada apa, Bibi Nirmala?" "Tuan Puteri lebih b

    Last Updated : 2022-09-10
  • Perjanjian Leluhur   50. Raja Gombal

    "Akulah pasangan yang pantas!" Maharini, puteri mahkota dari kerajaan Utara, berdiri dengan anggun di hadapan Dewi Anjani. Ia dikawal lima pendekar berwajah rupawan dan satu pendekar bertubuh bongsor dengan wajah sedikit merusak pemandangan. "Awalnya aku kira bidadari turun dari kahyangan," sindir Gentong Ketawa. "Pas lihat yang terakhir tenyata kalian adalah anggota kerajaan dari Utara." "Kau betul Gentong Ketawa, aku adalah puteri dari Ratu Ipritala," kata perempuan yang paling cantik dan paling mewah pakaiannya. "Aku datang bukan untuk melihat perutmu yang buncit, aku datang untuk mengambil calon pangeran kerajaan Utara." "Sejak kapan Cakra masuk dalam silsilah kerajaanmu?" sambar Dewi Anjani. "Aku heran begitu banyak puteri mahkota yang ingin menjadi pelakor." Maharini tersenyum sinis. "Jika Cakra calon suamimu, mengapa ia kabur dari penjemputan? Artinya ia tidak mau jadi pangeranmu, karena ia tahu siapa puteri paling cantik di daratan ini." Dewi Anjani memandang Cakra denga

    Last Updated : 2022-09-11
  • Perjanjian Leluhur   51. Kekuatan Takdir

    "Empuk banget." Cakra duduk di kursi beludru berenda emas di dalam kereta. Tirai penutup jendela terbuat dari anyaman benang emas. Dinding kereta berlapis emas. Ada beberapa aksesori bertahtakan berlian. Sebuah kereta sangat mewah dan barangkali hanya dimiliki kerajaan. Prajurit yang terluka duduk di atas kuda menyaksikan Brajaseta dan anak buahnya mengepung lima pendekar cantik dari kerajaan Utara. Mereka mengandalkan selendang untuk menghadapi senjata pasukan pengawal kerajaan. "Selendang mereka sangat berbahaya," keluh Brajaseta. "Prajuritku sulit menandinginya." Berulang kali mereka terpelanting kena hantam selendang. Tiga prajurit terduduk kesakitan tanpa sanggup untuk bangkit. Kekalahan tinggal menunggu waktu. Gentong Ketawa sibuk meladeni Ratu Cermin. Ia kesal melihat Nirmala hanya diam menyaksikan, padahal tahu ia cukup kerepotan. Jika bukan dirinya, mungkin sudah mati konyol sejak tadi. Pukulan Ratu Cermin sungguh mematikan! Gentong Ketawa berseru dengan jengkel, "Kau s

    Last Updated : 2022-09-12
  • Perjanjian Leluhur   52. Bukan Sihir

    "Roh juru kawih ternyata jail juga," kata Nirmala sambil memperhatikan kereta yang melaju dengan cepat. "Aku jadi ngeri." Gentong Ketawa terkejut mendengar tuduhan tak berdasar itu. Roh Hutan Gerimis tidak pernah merasuki jiwa makhluk lain. Mereka hanya bersenang-senang meramaikan malam. "Jadi menurutmu roh sinden tengah malam itu yang merasuki mereka?" pandang Gentong Ketawa muak. "Aku curiga roh kakakmu yang penari striptis itu pelakunya. Jadi kau takut sama roh kakak kandung sendiri?" "Jangan sembarangan ngomong!" sergah Nirmala. "Menurut keterangan lembaran suci kerajaan, roh penari striptis di kerangkeng di kawah siksa!" "Jadi roh sinden lolos dari kerangkeng? Bagaimana ia membuka pintu kerangkeng padahal pintu pertobatan terkunci?" "Ia bukan penari striptis!" "Lalu bagaimana ia bisa menari erotis saat merasuki mereka? Apakah di kawah siksa ada kursus?" Gentong Ketawa sebal dengan pikiran Nirmala yang mengada-ada. Roh menerima apa yang diperbuat semasa hidup. Jika hidupn

    Last Updated : 2022-09-13
  • Perjanjian Leluhur   53. Tirai Cinta

    "Bercanda." Dewi Anjani tersenyum, udara semakin sejuk karenanya. "Aku tidak mau berendam di sungai suci dan menyucikan." "Jadi hukumannya cuma berendam di sungai?" ujar Cakra. "Aku kira terlalu remeh jika disebut cuma. Sungai suci sangat dingin dan bisa membuat kita mati beku. Hanya jejaka dan perawan yang bisa selamat." "Kenapa begitu?" "Untuk mereka ada pengampunan, begitu menurut lembaran suci. Ada adipati selingkuh dengan wakilnya. Mereka terperangkap di sungai suci sampai mati, padahal mereka berilmu tinggi." "Jadi kita ada pengampunan?" Dewi Anjani balik bertanya, "Kanda ingin bercinta sebelum ritual penyatuan?" Cakra tersenyum samar. "Berarti tawaranmu untuk tidur satu tenda hanya basa-basi." "Aku tidak basa-basi," sahut Dewi Anjani serius. "Sudah disiapkan dua tempat tidur di dalam tenda utama." "Oh, aku kira...." "Betapapun inginnya, kita harus menahan hasrat sebelum ritual penyatuan." Aku tidak ada keinginan denganmu, keluh Cakra dalam hati. Ia merasa tak ada g

    Last Updated : 2022-09-14
  • Perjanjian Leluhur   54. Perempuan Dalam Gerimis

    Gerimis mulai mengguyur perkemahan. Penjaga di tenda utama bertahan untuk tidak berlindung. Prajurit piket masuk ke dalam tenda. Cakra duduk bersandar ke batang pohon. Ia tidak terkena gerimis karena daun yang rimbun. Cakra kasihan melihat prajurit penjaga terguyur hujan, ia berseru, "Berteduhlah kalian." "Siap, Tuan Muda." Prajurit segera mencari tempat berlindung, tapi tidak jauh dari tenda induk tempat puteri mahkota beristirahat. Tenda induk sebenarnya tidak perlu dijaga karena berada persis di depan Cakra, dan puteri mahkota sanggup melindungi diri sendiri. Tapi protokol kerajaan harus dilaksanakan. Gentong Ketawa datang dan duduk di dekatnya. Ia habis mengembalikan cawat Nirmala ke kereta jemur. "Boleh aku bertanya, Tuan Muda?" Cakra menoleh dengan acuh tak acuh. "Tanya apa?" "Tuan Muda dapat cawat dari mana? Kok pas betul?" "Mestinya berterima kasih kalau pas, bukan bertanya." "Terima kasih, Tuan Muda. Dipakainya enak lagi." Cakra menggunakan ilmu Cipta Saji Paripur

    Last Updated : 2022-09-15
  • Perjanjian Leluhur   55. Pangeran Tengkorak

    Bidasari memperhatikan pemuda yang duduk di dekatnya dengan tak percaya, dan bertanya untuk memastikan, "Apakah benar kau adalah Cakra Agusti Bimantara?" "Hanya puteri mahkota dari Nusa Kencana yang percaya aku adalah pangeran kedelapan," jawab Cakra. Bidasari memandang tak percaya. "Bagaimana mungkin! Kekuatan apa yang membuatmu jadi tokoh sakti mandraguna dalam tujuh bulan?" Cakra membetulkan letak topinya, pura-pura bingung. "Kekuatan apa ya?" Janji untuk pulang ke rumah adalah kekuatan yang membuat Cakra nekat minum air kehidupan sehingga ia jadi manusia abadi. Cakra pasti sulit hidup tenang di dunia manusia. Ia pasti jadi obyek penelitian para ilmuwan dari berbagai negara. Cakra hanya bisa hidup nyaman di jazirah ini. Apakah ini takdir untuk tinggal di Nusa Kencana? "Apa yang kamu lakukan pada calon suamiku?" Dewi Anjani berdiri di depan Bidasari. Matanya bersinar tajam laksana belati. Bidasari bangkit dari duduknya dan menjawab dengan tenang, "Aku hanya mampi

    Last Updated : 2022-09-16
  • Perjanjian Leluhur   56. Menantang Maut

    "Bangunkan semua prajurit!" perintah Dewi Anjani pada kepala penjaga tenda induk. "Kita segera pergi dari tempat ini!" "Kau begitu takutnya pada Pangeran Tengkorak," sindir Cakra santai. "Apa takut ketahuan lagi berduaan denganku?" Dewi Anjani menjawab dengan tegas, "Pangeran Tengkorak bukan untuk main-main, kanda. Ia raja dari kerajaan Timur yang sangat sakti. Kata kanda ada tiga pemuda mendatangi kita, berarti ia membawa pengawal utama. Kita berada dalam bahaya besar." "Ia berarti takut untuk pergi sendiri kalau bawa pengawal," kata Cakra seolah meremehkan. "Jangan-jangan takut ketemu roh Hutan Gerimis." Dewi Anjani berusaha menahan sabar. "Kanda, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bergurau." Prajurit sudah berkumpul, Brajaseta datang menghadap. "Pasukan sudah siap berangkat, Tuan Puteri," lapornya. "Kalau boleh patik tahu, ada apa gerangan sehingga kita pergi dengan terburu-buru?" "Pangeran Tengkorak dan dua pengawalnya sedang menuju ke mari." Wajah Brajaseta pucat seketi

    Last Updated : 2022-09-17

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status