Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 31. Bahasa Pemersatu

Share

31. Bahasa Pemersatu

Cakra jadi mengetahui bahaya sejak dini dengan adanya perubahan secara drastis pada kemampuan panca inderanya, sehingga perjalanan hari itu aman dari gangguan. Jika ada suara mendekat, ia segera menjauh.

Cakra beristirahat di bawah pohon besar saat matahari tenggelam di ufuk barat. Ia duduk di antara dua akar pipih sehingga cukup tersembunyi dari penglihatan para pendekar yang memburunya.

"Kau sembunyi di rumpun tanaman perdu, Gemblung," kata Cakra sambil meneguk air mata bidadari. "Jadi tidak gampang ketahuan oleh mereka."

"Aku takut, Yang Mulia. Biasanya di tengah malam muncul suara-suara seram."

"Masa kamu takut sama suara seram? Suaramu jauh mengerikan!"

"Jangan menghinaku, Yang Mulia."

"I'm sorry if those words offended you."

"Bahasa apa itu, Yang Mulia?"

"Bahasa pemersatu dunia."

"Pasti tidak termasuk duniaku."

Cakra tidak banyak bercakap lagi. Rasa kantuk menyergap matanya. Ia tertidur sampai kemudian terbangun tengah malam karena mendengar suara perempuan menyanyikan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status