Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 36. Menolak Mati

Share

36. Menolak Mati

"Cepat sedikit!" seru Ki Gendeng Sejagat yang sudah berada jauh di depan. "Kau manusia apa siput?"

"Siput!" Cakra balas berteriak. "Ketimbang aku mati ditelan jurang!"

"Kau rupanya takut mati juga!"

"Aku menolak mati sebelum bertemu orang tuaku!"

Cakra rela menantang bahaya demi Abah dan Ambu. Menuruni tangga batu dalam balutan kabut tebal begini adalah perbuatan nekat, kalau tidak boleh disebut bosan hidup.

Untung matanya sudah didoping air mata bidadari sehingga dapat melihat tangga batu cukup jelas.

Ki Gendeng Sejagat menggendong Cakra karena tidak sabar. Entah kapan sampainya kalau berjalan lambat begitu.

"Nah, begini kan enak," kicau Cakra sambil merangkul lehernya. "Ini leher apa kayu lapuk? Kisut betul!"

"Sudah ditolong masih berani menghina!" geram si kakek. "Aku lempar ke jurang kau jadi perkedel!"

"Aku tahu kau tidak akan membiarkan diriku mati!"

Ki Gendeng Sejagat hanya butuh beberapa kali lompatan untuk sampai di dasar lembah. Padahal jurang itu sangat dalam tanpa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status