Beranda / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 303. Risiko Cowok Ganteng

Share

303. Risiko Cowok Ganteng

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-23 23:23:49
Cakra memutuskan untuk meninggalkan keraton adipati.

Rencananya berantakan gara-gara kedatangan puteri bungsu Nyi Ratu Suri.

Nyi Ageng Kencana dan Ratu Purbasari adalah ratu paling menyebalkan sepanjang masa.

"Kalian pergi ke rumah kepala dukuh. Lokasi itu strategis untuk markas pergerakan karena berada di perbatasan, sehingga kerajaan Timur gampang mengirim bantuan jika terjadi serangan besar-besaran."

"Kau mau pergi ke mana?" tanya Fredy.

"Aku pulang ke Nusa Kencana, perempuan menyebalkan itu pasti mengikuti ke mana aku pergi sebelum niatnya terlaksana."

Cakra memejamkan mata dan memusatkan pikiran, tubuhnya sekonyong-konyong lenyap.

Cakra muncul di atas kuda coklat yang menunggu di luar pagar keraton.

"Kita pergi ke pusat kota, Gemblung," kata Cakra. "Aku itu heran kenapa hidupku selalu dikejar-kejar perempuan."

"Risiko cowok ganteng, Yang Mulia."

Nyi Ageng Kencana pasti menyusulnya ke istana Nusa Kencana.

Ratu pertama itu takkan meninggalkan keraton adipati sebelum pert
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   304. Keras Kepala

    "Kau diperintah ayahandamu untuk meminta bantuanku?" Cakra menunggangi kuda dengan santai. Beberapa penduduk yang berpapasan heran dibuatnya. Ratu pertama tidak tampak secara kasat mata, sehingga Cakra terlihat bicara sendiri. "Kau mestinya tanya kepada ibundamu apa alasan beliau tidak mau pulang ke alam roh." Cakra melihat hubungan di antara ibu dan anak kurang harmonis. Nyi Ageng Kencana seolah tidak mau berkomunikasi dengan ibundanya. Ia condong kepada ayahandanya. Barangkali karena keberpihakan ibundanya kepada Nyi Ageng Permata. Cakra bertanya, "Kau enggan menghubungi ibundamu apakah karena di pesanggrahan leluhur ada kakakmu?" Wajah Nyi Ageng Kencana tampak ditekuk seperti pelana kuda. Cakra heran bagaimana Pangeran Restusanga memilih perempuan membosankan itu ketimbang kakaknya yang berwajah ceria. "Aku kelihatan membosankan karena kakakku sangat memuakkan," kata Nyi Ageng Kencana. "Ia sering menggoda garwaku. Kemudian ia diasingkan dan mengambil sikap berseberangan de

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Perjanjian Leluhur   305. Ksatria Pekon

    Nyi Ageng Kencana meninggalkan pertarungan di keraton adipati untuk mengejar Cakra. Pertarungan itu berakhir dengan kebingungan Indrajaya dan beberapa tokoh istana. Mereka mengejar rombongan Raja Timur ke daerah perbatasan. Begitu penglihatan Cakra lewat ilmu Tembus Pandang Paripurna. "Aku kira istrimu menjadi selir Pangeran Indrajaya," kata Cakra. "Mereka sekarang pergi ke perbatasan." "Kau belum menjawab pertanyaan ku," ujar pendekar berambut gondrong. "Siapa kau sebenarnya? Tidak ada pendekar yang mampu meneropong keberadaan Lu Qiu Khan." "Nyatanya aku mengetahui posisi Lu Qiu Khan," sahut Cakra. "Kau tidak perlu tahu bagaimana aku mengetahuinya." Pendekar berambut gondrong tampak kesal, tapi ia sulit memaksa untuk tahu jati dirinya. "Bagaimana aku dapat mempercayai ksatria yang baru kukenal?" "Aku tidak memintamu untuk percaya, aku hanya memberi informasi kalau makhluk yang kau cari sedang dalam perjalanan ke jalur perdagangan internasional." Indrajaya dan rombongan pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-25
  • Perjanjian Leluhur   306. Istana Terasing

    Cakra menunggu di dalam kereta kencana yang parkir di depan restoran. Ia tidak perlu minta izin kepada pengawal yang berjaga di sekitar kereta. Mereka tidak tahu kalau di dalam ada ksatria pekon menunggu puteri mahkota keluar dari penginapan. "Janji suci macam apa yang terjalin di antara mereka," gumam Cakra. "Jayanti sibuk dengan kesenangan sendiri, Indrajaya bermain-main dengan kimcil." Mereka mengikat janji suci bukan berdasarkan cinta, tapi berdasarkan kepentingan. Indrajaya jatuh hati kepada Dyah Citraningrum, sementara Jayanti mempunyai kekasih pangeran dari kerajaan Tandem. Mereka dipertemukan untuk mempertahankan dinasti yang mulai kencang dihembus angin perubahan. Jayanti adalah puteri mahapatih. "Sementara Pratiwi dijodohkan dengan putera panglima perang," nyinyir Cakra. "Itulah alasan puteri mahkota minggat, ia menolak mempunyai garwa sesama obesitas." Padahal Pratiwi diam-diam jatuh cinta kepada Pangeran Woles, pamannya yang kurus kering. Hal terlarang di kerajaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Perjanjian Leluhur   307. Tidak Ada Kenikmatan

    "Seharusnya elang raksasa sudah tiba." Jayanti mondar-mandir dengan gelisah di graha tamu. Ia sudah mencoba menghubungi keempat sahabatnya lewat sambung kalbu, tapi mereka menutup mata batin, seperti tidak mau diganggu. Padahal Cakra mengisolasi istana terasing dengan tabir misteri sehingga terputus komunikasi dengan dunia luar. "Apakah terjadi sesuatu dengan elang raksasa?" Jayanti tak habis pikir. "Tapi mereka pasti menghubungi kalau elang itu belum muncul." Jayanti makin gelisah. Biasanya mereka pergi bersama-sama naik kereta, sebab mangsa sudah disiapkan pengawal kepercayaan. Mereka berburu ke pelosok untuk menangkap ksatria pekon, kadang pesta baru berakhir setelah korban mati lemas. Sekarang Jayanti berangkat duluan karena kuatir ksatria pekon sadar apa yang terjadi. Ia berharap pemuda itu tidak mati melayani mereka sampai pagi. "Makan sore sudah siap gusti puteri." Pelayan perempuan datang memberi tahu. "Aku menunggu circle bestie ku," sahut Jayanti. "Apakah ksatria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Perjanjian Leluhur   308. Ladang Pembantaian

    "Bagaimana aku menikmatinya kalau kau menyiksaku?" Jayanti mengeluarkan sumpah serapah saat Cakra mengikat tangan dan kakinya dengan rantai di besi silang vertikal di bilik pesta. "Yang penting aku menikmatinya," sahut Cakra masa bodoh. "Bukankah setiap kali pesta kau rudapaksa laki-laki sampai mati?" Cakra menarik rok Jayanti dengan kasar sehingga robek besar. Jayanti meneteskan air mata diperlakukan secara bengis begitu. Ia meratap, "Aku ingin bercinta denganmu, sungguh, tidak dapatkah kau berlaku sedikit romantis?" "Mereka juga ingin bercinta denganmu, tapi kau perlakukan secara biadab." Cakra melumuri kemaluan Jayanti dengan cairan beraroma ikan asin, kemudian melumuri payudara dengan jus kental. "Sekarang cobalah kau renungkan perbuatanmu. Mengapa kau membunuh ksatria pekon hanya untuk cinta?" "Aku mohon lepaskan aku." "Semoga tidak ada kucing dan semut." Tiba-tiba terdengar suara kucing seraya mendatangi bau ikan asin, "Meong...! Meong...!" "Sayang sekali...!" Cakra

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Perjanjian Leluhur   309. Bau Ikan Asin

    "Kurang ajar!" Perampok berkumis mengepalkan tangan dengan marah sampai bergemeretak. "Lemes betul mulutmu!" Dyah Citraningrum berteriak dari dalam kereta, "Tabrak saja kalau tidak mau minggir, Pak Tua!" Sais menarik tali kekang kuda, kereta melaju dengan kencang. Empat Setan Alas berjumpalitan di udara menghindar. Perampok berkumis hinggap di atap kereta. "Hey, Seruling Sakti!" bentak lelaki berwajah codet itu. "Kau hentikan kereta atau kuhancurkan batok kepalamu!" "Apa maumu sebenarnya Setan Gimbal?" tanya Seruling Sakti. "Aku tidak membawa perhiasan berharga." "Perempuan di dalam kereta lebih berharga dari perhiasan! Aku tahu kau membawa empat puteri bangsawan!" "Kau mau apa kalau aku membawa empat puteri bangsawan?" "Aku menginginkan puteri tercantik di antara mereka! Dyah Citraningrum! Sisanya untuk temanku!" "Hentikan, Pak Tua!" perintah Dyah Citraningrum. "Aku mau melihat tampang setan yang menginginkan diriku!" Perempuan secantik bidadari itu melompat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Perjanjian Leluhur   310. Wangi Gardenia

    "Jangan asal!" Dyah Citraningrum dongkol disebut bau ikan asin. "Aku bukan Jayanti!" "Tapi satu bangsa, aromanya pasti sama," kata Cakra kurang ajar. "Bau ikan asin." "Sok tahu!" Cakra pergi meninggalkan mereka. "Kau mau ke mana?" tanya Dyah Citraningrum. "Cari wangi gardenia." "Aku wangi gardenia." "Bullshit! Aku tidak mau kena prank dua kali!" Dyah Citraningrum melompat ke udara dan bersalto lalu mendarat di hadapan Cakra. "Kau tidak bisa pergi dariku! Kau harus menemaniku pesta!" "Bunuh saja aku, ketimbang menjilat bau ikan asin!" "Ibuku bangsa Incubus! Ayahku bangsa Lucis? Bagiamana aku beraroma ikan asin?" "Bukankah kau ingin menjadi selir pangeran Nusa Kencana?" "Aku berubah pikiran setelah melihat dirimu. Berat bagiku untuk menjadi selir pangeran tertampan itu." "Maka itu jangan mencampuradukkan urusan pribadi dengan kepentingan kerajaan." "Aku mendahulukan kepentingan kerajaan." "Perempuan bodoh. Tapi percuma juga, pangeran Nusa Kencana tidak suka bau ikan asi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Perjanjian Leluhur   311. Siap Perang Terbuka

    Dyah Citraningrum lega. Ksatria pekon lolos dari pemeriksaan, kereta meluncur menuju kastil di sektor barat istana. Ada beberapa kastil dan terlihat suram dengan langit berawan. Benteng kokoh dan tinggi memisahkan kompleks istana dengan kehidupan luar. Kereta berhenti di halaman batu pualam, beberapa pelayan menyambut kedatangan sang puteri. "Bawa peti pakaian ke kamarku," kata Dyah Citraningrum. Mereka heran. Sejak kapan peti pakaian disimpan di kamar? Biasanya peti itu langsung dibawa ke bilik cuci. Pelayan separuh baya bertanya untuk memastikan, "Di bawa ke kamar raden ayu?" "Ya." Mereka menggotong peti dari kayu langka itu ke kamar raden ayu, dan diletakkan di dekat pembaringan berlapis emas. "Aku curiga raden ayu terganggu ingatan karena kelamaan traveling," kata pelayan separuh baya. "Buat apa ia menyimpan pakaian kotor di dalam kamar?" "Sudahlah, jangan menggosip," potong pelayan lain. "Raden ayu paling benci kepada pelayan suka menggosip, padahal ia sendiri ratu gos

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status