Home / Pendekar / Perjanjian Leluhur / 262. Tamu Penting

Share

262. Tamu Penting

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-05-13 22:50:14
Cakra mengerahkan ilmu Tembus Pandang Paripurna dengan keringat mengucur di kening.

Energinya sangat terkuras dan segera menghentikan penerawangan sebelum kehabisan tenaga.

Gelombang udara di negeri manusia menjadi hambatan sehingga butuh energi besar untuk mengetahui kejadian di tempat lain.

"Ambu sedang menerima lima pria berpakaian dandy, kelihatannya pengusaha. Buat apa Ambu memintaku balik lagi?"

Cakra tidak sempat bertanya karena Ambu sudah lebih dahulu menutup komunikasi.

Ia sudah mencoba menghubungi kembali tapi tidak diangkat.

Barangkali sibuk kongkow dengan tamu besar itu.

"Aku kira pengusaha itu ada hubungannya dengan firma yang tuan dirikan."

"Firma tidak ada sangkut pautnya dengan mereka, target operasinya penduduk kampung yang butuh wadah untuk penampungan hasil panen."

"Pasti ada masalah penting sehingga tuan diminta pulang kembali. Barangkali lima pengusaha itu ingin menjadi sponsor Ambu."

"Kalau kedatangan mereka untuk menjadi sponsor, Ambu sudah tahu solusin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   263. Musuh Asmara

    Puteri mahkota menghambur ke dalam pelukan Cakra dan menangis tersedu-sedu. "Aku bahagia sekali kanda selamat." Cakra diam termangu. Pertemuan ini serasa mimpi baginya. Bagaimana Dewi Anjani sampai tahu ia lolos dari maut? Melati tidak mungkin berkhianat. Tuan Richard juga. Lalu siapa yang dapat menghubungi puteri mahkota selain mereka berdua? Cakra jadi serba salah menghadapi situasi ini. Ia sulit untuk membangun mimpi di negeri manusia jika puteri mahkota sudah mengetahui ia masih hidup. "Kenapa kanda tidak menyampaikan kabar kalau kanda pulang ke kampung halaman?" Dewi Anjani menciumi wajahnya dengan terharu. "Aku hampir moksa saat itu juga kalau tidak mengingat bayi dalam kandunganku." Cakra menjawab dengan gugup, "Aku ... aku pulang karena takdir." "Maksud kanda?" "Saat gerbang transisi meledak, aku terlempar ke angkasa dan terjatuh di hutan bunian di luar gerbang labirin." "Kanda kan bisa memberi kabar kepadaku." "Aku belum sempat." "Aku tahu kanda sibuk mengurus kampa

    Last Updated : 2024-05-14
  • Perjanjian Leluhur   264. Karena Cinta

    "Kau sebaiknya kembali ke istana Nusa Kencana, sri ratu sangat membutuhkan dirimu." Ambu menasehati putranya saat tamu lagi sepi. Mereka berkumpul di dalam rumah. Kehamilan Dewi Anjani menuntut Ambu untuk berpikir logis, bahwa Cakra bukan lagi miliknya. "Aku keliru kalau melarangmu pergi, tapi aku minta sewaktu-waktu kau pulang untuk mengobati rasa rinduku." "Terima kasih atas pengertian Ambu," kata Dewi Anjani. "Bahkan aku senang sekali kalau Ambu dan Abah berkenan untuk berkunjung ke istana." "Bukankah selama tujuh generasi kunjungan itu tidak ada?" "Bukan tidak ada, tapi manusia dengan garis tangan tertentu saja yang bisa melewati gerbang labirin." "Berarti garis tangan aku dan Abah cocok?" "Putra Ambu adalah calon Raja Agung. Ia berwenang memerintahkan gerbang labirin untuk meloloskan pemindaian siapa saja yang dikehendakinya." "Apakah setiap calon terpilih memiliki garis tangan tertentu?" "Ya." "Tapi kenapa mereka tidak ada yang pernah kembali walau sekedar berkunjung

    Last Updated : 2024-05-16
  • Perjanjian Leluhur   265. Perjalanan Tugas

    Dimas Agusti Bimantara sangat senang dengan kedatangan Dwipa Agusti Bimantara beserta putranya di mansion yang sangat mewah itu. "Maafkan aku tidak sempat menyambangi kang mas sewaktu di Rutan," kata Dimas. "Kang mas menghilang lama sekali, tahu-tahu muncul berita yang menghebohkan." Dwipa memutuskan komunikasi dengan klan Bimantara untuk menghindari perjanjian leluhur, sehingga mengundang tanda tanya besar bagi mereka. Mereka sangat terkejut saat Dwipa terlibat kasus pembunuhan, hal yang belum pernah terjadi pada klan Bimantara. Mereka senang sekali saat terjadi kesalahan putusan pengadilan karena tergiring opini publik. "Perkenalkan ini putraku," kata Abah. "Cakra Agusti Bimantara." "Putra kang mas sungguh gagah sekali. Pantas saja kang mas berusaha menyelamatkan dari perjanjian leluhur." "Masalah itu sudah selesai." Dimas menerima mereka di ruang tamu dengan interior sangat indah. Cakra jadi berpikir kehidupan ayahnya dulu pasti semewah ini. Alangkah besar pengorbanan unt

    Last Updated : 2024-05-16
  • Perjanjian Leluhur   266. Penunggu Pohon

    Cakra mengurangi kecepatan trailer, enam motor di belakang pun menurunkan kecepatan. "Sekarang kau percaya mereka bukan rombongan touring?" Mahameru heran melihat mereka tidak agresif. Bagaimana kendaraan ekspedisi mengalami kecelakaan kalau hanya dibuntuti? Mahameru curiga kalau mereka sudah mengatur strategi untuk pengalihan rute. Barang di dalam trailer bernilai miliaran, mereka ingin merampok sekalian sabotase. Tapi kecelakaan sebelumnya tidak menunjukkan indikasi perampokan. "Aku kira ini jawabannya." Cakra melihat ada batang pisang tergeletak melintang di depan. Ia sengaja melindasnya dan terdengar letusan kecil, seperti bom paku dengan daya ledak rendah. "Pasti orang mereka yang memasang jebakan," kata Cakra. "Aku melihat ada motor gede tersembunyi di balik semak." Trailer sedikit oleng karena ban depan kempes mendadak. Cakra berusaha mengendalikan setir dan melambatkan laju trailer, lalu berhenti di pinggir jalan. "Kalau pangeran tahu batang pisang itu jebakan, kenapa

    Last Updated : 2024-05-17
  • Perjanjian Leluhur   267. Pandai Berakting

    Sebuah sedan mewah memasuki basement parkir dikawal dua mobil di depan dan belakang. Ketiga mobil itu berhenti di pelataran parkir khusus pimpinan Hanoman Grup. Dari mobil depan dan belakang beberapa pria berbadan kekar keluar menyebar berjaga-jaga. Seorang lelaki gagah berpakaian perlente turun dari sedan mewah, berusia separuh baya dan berwajah tampan, entah bagaimana ceritanya memiliki nama Hanoman. "Bagaimana mereka sampai gagal?" tanya Hanoman. "Bukankah mereka sudah biasa?" Pria itu adalah pimpinan tertinggi Hanoman Grup, ia didampingi Sombu orang kepercayaan. Hanoman sangat marah pagi-pagi mendapat kabar buruk. Ia tidak biasa menerima kabar buruk. "Semua baru dugaan," jawab Sombu. "Aku kehilangan kontak sejak mereka memasuki hutan alas." "Berarti operasi mereka gagal, dan kau tahu harga sebuah kegagalan." Kegagalan adalah kematian. Mereka jadi santapan buaya peliharaan Hanoman. "Aku kemungkinan orang kita keduluan perampok yang beroperasi di hutan alas. Secara tidak

    Last Updated : 2024-05-18
  • Perjanjian Leluhur   268. Pantasnya Jadi Tangan Kiri

    "Aku adalah Cakra Agusti Bimantara! Putra dari Dwipa dan Citraresmi! Bagaimana kau berpikir aku bukan manusia?" Hanoman kenal Dwipa karena sempat heboh di media massa gara-gara kopi beracun, sedangkan Citraresmi lawan politik kandidat yang didukungnya. "Pantas kelakuanmu barbar," sindir Hanoman sinis. "Di tubuhmu mengalir darah kriminal." "Ayahku bukan manusia biadab sepertimu, Hanoman! Kau memperlakukan manusia seperti belatung!" Sombu berbisik kepada tuannya, "Mulut curut itu semakin lancip kalau dibiarkan." "Jadikan ia santapan makan siang peliharaanku." "Siap." Sombu maju menyerbu disertai teriakan keras, "Ciiaaatt!" Buk! Sombu terpental menerima tendangan di dadanya dan jatuh menghantam kabin sedan. Brak! "Keluarkan seluruh kemampuanmu," tantang Cakra. "Jangan teriakan saja kencang." Sombu segera bangkit, kemudian menerjang lagi dengan amarah memuncak. "Ciiaaatt!" Sombu mengirim kombinasi pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi. "Yang kayak begini j

    Last Updated : 2024-05-20
  • Perjanjian Leluhur   269. Menjemput Takdir

    Cakra menganggap persoalan dengan Hanoman Grup sudah selesai ketika apa yang terjadi di kantor itu tidak muncul di media massa. Cakra tidak berkeinginan untuk menabur angin, ia kuatir orang tuanya menuai badai setelah ditinggal pergi ke Nusa Kencana. Satu pekan setelah kejadian itu klan Bimantara berkumpul di rumahnya sekalian pertemuan rutin keluarga besar. "Hanoman kemarin datang ke kantorku," kata Dimas. "Ia memintaku untuk melupakan apa yang telah terjadi, ia bersedia mengganti kerugian dan bersaing secara sehat." "Bersaing itu pasti tidak sehat," sahut Cakra. "Perlu ada batasan hitam di atas putih mengenai persaingan yang dibolehkan." "Aku ingin menghindari persaingan dengannya, Hanoman setuju untuk mengakuisisi semua outlet ku yang berada di wilayahnya." "Hitam di atas putih?" "Ya." Dimas kuatir terjadi lagi pergesekan di kemudian hari. Ia ingin membuka outlet di wilayah yang belum tersentuh oleh Hanoman Grup. Prinsip klan Bimantara adalah membuka usaha dengan meminimalk

    Last Updated : 2024-05-21
  • Perjanjian Leluhur   270. Fenomena Berbeda

    Bulan penuh menggantung di langit. Sinarnya menerobos dedaunan menerangi jalan aspal di hutan bunian. Limousine meluncur kencang di jalan sunyi. "Kereta pelangi menunggu di mana?" tanya Cakra. "Aku kira perjalanan lewat udara sangat menghemat waktu." "Aku minta kembali ke pemiliknya," sahut Dewi Anjani. "Aku tak berpikir untuk pulang." "Keputusanmu memicu Ambu untuk merelakan kepergian anaknya. Kau tidak mungkin tinggal di kampung." "Aku tidak bisa jauh darimu." "Itu kata Slank." Cakra mengurangi kecepatan dan membelokkan mobil memasuki hutan. Mereka kaget. "Kanda mau ke mana?" tanya Dewi Anjani. "Sedan ini mestinya disimpan di pinggir jalan." "Aku ingin membawanya ke istana Nusa Kencana." "Risikonya besar sekali kanda, mobil ini bisa meledak di gerbang labirin." "Aku sudah pernah membawa taksi dan kini tersimpan di Pondok Asmara." "Kejadian itu kebetulan saja kanda." "Aku banyak sekali mengalami kejadian kebetulan." Cakra mengerahkan ilmu Tembus Pandang P

    Last Updated : 2024-05-22

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status