Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 194. Murkanya Sang Ksatria

Share

194. Murkanya Sang Ksatria

Pendekar Lembah Cemara memandang bangunan istana dengan nanar. Amarah berkobar di dadanya. Ia belum pernah merasa sebenci ini pada sesosok rabi.

Ada aturan tertulis di lembaran suci kerajaan. Siapapun dilarang membunuh rakyat tak berdosa. Jika dilanggar, maka ia akan kehilangan martabat dan menjadi musuh bersama, digantung di Alun-alun Kotaraja.

Memenggal kepala rakyat yang dipaksa menjadi prajurit pemberontak adalah perbuatan keji dari makhluk beradab, dan termasuk katagori itu. Cakra tidak sudi takluk kepada ancaman. Hukum mesti ditegakkan.

"Kau akan kujadikan peringatan bagi rabi lain," geram Cakra. "Kau sudah berani melenyapkan nyawa prajurit tak berdosa, maka hukumannya adalah mati dalam kehinaan."

Tangan Cakra bergerak melingkar secara unik disertai tenaga dalam penuh, menimbulkan deru angin sangat dahsyat.

Kemudian tangan kanan terbentang ke depan mengarah ke bangunan istana dengan telapak tangan terbuka, tangan kiri tergantung di depan dada. Ia mengeluarkan ajian Grebek Ny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status