Ratu Purbasari tampak murung memandang cermin besar di sudut kamar. Cermin ajaib itu terlihat kosong tidak memberi petunjuk apapun.
Ia kuatir Cermin Mustika murka karena situasi kerajaan sedikit kacau dengan adanya pemberontakan di wilayah barat. Negeri gemah ripah loh jinawi terkotori oleh tangan-tangan serakah. "Kekacauan terjadi bukan karena kesalahan kerajaan," hibur Pangeran Wikudara. "Ketamakan Tapak Mega untuk memisahkan wilayah barat membuat rakyat tercekam. Jadi tidak ada alasan Cermin Mustika murka kepada dinda." "Besok malam adalah purnama yang dijanjikan," keluh Ratu Purbasari. "Tanggal 23 kliwon adalah hari leluhur kita bersumpah di altar kehidupan." "Dengan demikian pemuda itu sudah genap berusia 23 tahun," kata Pangeran Wikudara sambil duduk di kursi bertahtakan permata. "Apakah peristiwa seperti ini pernah terjadi sebelumnya di jaman mendiang ibu suri?" "Belum pernah," sahut Ratu Purbasari dengan wajah mendung. "Cermin Mustika biasanya memberi kabar setiap perkembangan calon terpilih, baik kebaikan maupun keburukan. Untuk generasi terakhir, ia hanya memberi gambaran satu kali ketika syukuran 40 hari. Ia memberi tahu nama anak itu Cakra Agusti Bimantara." "Sungguh aneh," desis Pangeran Wikudara. "Apakah ada acara ritual kerajaan yang terlupakan?" "Tidak ada," jawab Ratu Purbasari. "Setiap tahun acara ritual kerajaan diadakan tepat waktu." "Lalu sebabnya apa?" tanya Pangeran Wikudara tak habis pikir. "Aku kira masa berlaku perjanjian leluhur sudah berakhir. Generasi ketujuh adalah akhir dari perjanjian. Bukankah di dunia kanda terkenal sebutan tujuh turunan?" "Dalam lembaran Sapta Cinta kerajaan tidak disebutkan masa berlaku dari perjanjian leluhur, jadi tidak berbatas waktu. Lagi pula, jika perjanjian sudah berakhir, mengapa Cermin Mustika memberi gambaran saat pemuda itu berumur 40 hari?" Ratu Purbasari terdiam. Kepalanya hampir pecah memikirkan misteri ini. Ia percaya calon terpilih masih hidup dan tumbuh besar seperti manusia kebanyakan. Kalau mendapat bahaya, Cermin Mustika pasti memberi pertanda untuk segera dikirim pertolongan. Sebuah prasangka buruk melintas di benak sang ratu, ia berkata dengan hati-hati, "Apakah Cakra menolak untuk dijodohkan? Ia membentengi diri dengan ilmu kanuragan sehingga tidak dapat diteropong Cermin Mustika?" "Klan Bimantara tidak memiliki ilmu kanuragan semacam itu. Mereka hanya dibekali ilmu bela diri untuk meringankan tugas pengawal bila menghadapi ancaman. Ilmu itu tidak ada apa-apanya bila dibanding bangsa dinda." "Bisa saja orang tuanya minta bantuan orang pintar untuk mengakali Cermin Mustika." "Untuk apa mereka melakukan perbuatan sia-sia? Perjanjian leluhur adalah takdir." Mereka pasti terkena kutukan jika berani melanggar. Konon generasi ketiga sempat menentang karena sudah memiliki pujaan hati. Kemudian kekasihnya meninggal secara mendadak tanpa menderita sesuatu penyakit. Klan Bimantara sempat curiga kematian itu akibat perbuatan penguasa kerajaan. Namun mereka bukan suku yang suka berbuat jahat kepada manusia. "Mahameru menunggu titah di luar pesanggrahan," ujar Ratu Purbasari. "Ia pasti gelisah karena aku lama tidak keluar." Mahameru adalah mahapatih kerajaan. Seluruh hidupnya diabdikan buat sang ratu. Ia memilih hidup sendiri karena keberadaan anak istri dikuatirkan mengganggu pengabdiannya. Adipati Kadipaten Barat menawarkan puterinya untuk dipersunting, namun ia menolak secara halus. Di daerah itu sedang terjadi konflik, pemberontak bisa memanfaatkan situasi dengan menculik sang istri untuk menaikkan posisi tawar. Ia berprinsip tak ada kompromi dengan pemberontak. Patih gagah perkasa itu menurunkan tubuh dengan sebelah lutut menyentuh lantai, diikuti semua penjaga utama, memberi penghormatan atas kedatangan Ratu Purbasari di pintu pesanggrahan. "Salam hamba untuk gusti ratu," kata Mahameru. Kemudian mereka duduk bersila di lantai beralaskan permadani, kepala tertunduk menunggu sabda Ratu Purbasari yang duduk di kursi bertahtakan mutiara. "Hingga detik ini Cermin Mustika tidak memberi petunjuk kepadaku," ucap Ratu Purbasari. "Malam perjanjian semakin dekat. Maka itu aku perintahkan kepada mahapatih untuk pergi ke alam manusia, mencari Cakra Agusti Bimantara di pub, bar, diskotik, kafe, restoran, tempat para bangsawan manusia berkumpul." "Titah baginda ratu hamba junjung tinggi," ujar Mahameru. "Bawa tiga prajurit pilihan untuk menemani." "Titah baginda ratu hamba junjung tinggi." Kemudian Ratu Purbasari memberi perintah kepada dayang pribadi yang duduk bersimpuh di samping kursi, "Berikan gadget kepada mahapatih untuk berkomunikasi denganku. Ia tidak boleh melakukan Sambung Kalbu guna menghindari kecurigaan manusia." "Baik, kanjeng ratu." Dayang beringsut menyerahkan gadget kepada Mahameru. Sambung Kalbu adalah media komunikasi bangsa Incubus untuk hubungan jarak jauh lewat percakapan dari hati ke hati. Keunggulan Sambung Kalbu adalah tidak membutuhkan pulsa. Bangsa mereka juga biasa berhubungan intim jarak jauh melalui Sambung Rasa. Sensasinya hampir sama dengan bermesraan secara langsung. Ratu Purbasari sering melakukan Sambung Rasa dengan Pangeran Wikudara jika sedang berkunjung ke daerah. "Jangan gunakan ilmu bangsamu di negeri manusia agar mereka tidak curiga," pesan Ratu Purbasari. "Mereka makhluk lemah lembut jika engkau berlaku ramah." "Titah baginda ratu hamba junjung tinggi," sahut Mahameru. "Patik undur diri." Setelah melakukan penghormatan, Mahameru beringsut pergi dari hadapan Ratu Purbasari. Ia berjalan menuju ke padepokan prajurit di sebelah timur istana untuk memanggil tiga prajurit pilihan yang akan dibawa ke alam manusia. Di persimpangan menuju ke taman sari, Mahameru bertemu dengan Dewi Anjani. Ia ditemani Nirmala, dayang pribadi yang merawatnya sejak bayi sampai tumbuh dewasa menjadi puteri yang cantik jelita, juga didampingi Gentong Ketawa, pengasuh yang bertugas menghibur puteri mahkota bila bermuram durja. Mahameru memberi penghormatan, "Salam patik untuk tuan puteri." "Hendak ke mana gerangan Paman Patih kelihatan tergesa-gesa sekali?" tanya Dewi Anjani. "Patik akan menjemput calon pangeran di malam perjanjian." "Ibunda ratu sudah memperoleh petunjuk dari Cermin Mustika?" "Belum, tuan puteri." "Aku ada petunjuk buat Paman Patih." Mahameru tampak gembira. Ia memandang tak percaya. "Sungguhkah tuan puteri?" "Aku semalam mimpi berjumpa dengan sang pangeran." Mahameru makin bersemangat, ia bertanya, "Di mana gerangan tuan puteri?" "Ia tinggal di rumah bilik di kaki gunung berapi." "Lagi week end di cottage barangkali tuan puteri," ralat Nirmala. "Masa pangeran tinggal di rumah bilik?" "Ia tinggal di situ Bibi Nirmala, penduduk memanggilnya kid slebew." Mahameru tampak kecewa. Ia berkata dengan lemas, "Namanya Cakra Agusti Bimantara tuan puteri, bukan kid slebew. Baiknya tuan puteri hati-hati, patik kuatir ada manusia berilmu tinggi mencoba masuk ke dalam mimpi untuk mempengaruhi tuan puteri tentang pangeran impian." "Aku mendengar ada suara tanpa wujud memberi tahu kalau ia adalah pangeranku." "Tuan puteri melihat pangeran sedang apa?" "Ia lagi berjalan di atas pematang sawah sambil memanggul pacul." Mahameru terpana, kemudian pamit, "Maaf tuan puteri, patik harus segera ke padepokan prajurit." Mahameru pergi tergesa-gesa. Tuan puteri sudah terpengaruh mimpi sesat. Pasti ada manusia berilmu tinggi mencoba menembus alam bawah sadarnya. Manusia jahat yang ingin menguasai tuan puteri. Ini jadi tanggung jawabnya setelah beres mencari sang pangeran. "Paman Patih seperti tidak percaya padaku," kata Dewi Anjani sambil melanjutkan langkah menuju ke taman sari. "Maaf tuan puteri," sahut Nirmala. "Hamba juga tidak percaya kalau pemuda dalam mimpi itu adalah sang pangeran. Setahu hamba klan Bimantara adalah orang terhormat. Mereka saudagar kaya. Jadi pemuda pemanggul pacul itu bukan pangeran, tapi anak petani sedang memenuhi panggilan nasib. Hamba harap tuan puteri tidak bercerita kepada ibunda ratu, beliau pasti marah besar." "Ibunda ratu adalah pemimpin yang sangat bijaksana Bibi Nirmala. Ia tidak memandang seseorang berdasarkan pangkat dan kedudukan." "Persoalannya adalah tuan puteri bermimpi tentang calon pendamping hidup. Pemuda itu betul bangsa manusia, tapi bukan sang pangeran." "Bagaimana kau bisa begitu yakin Bibi Nirmala?" "Pangeran itu biasanya naik Lamborghini, Bugatti, Ferarri, bukan memanggul pacul." Dewi Anjani menoleh ke arah Gentong Ketawa, dan bertanya, "Kau juga tidak percaya Gentong?" Gentong Ketawa terpaksa tersenyum melihat bola mata yang menawan itu sedikit berawan. "Tentu saja hamba percaya pada tuan puteri," jawabnya. "Bagaimana rupa sang pangeran, apakah sangat tampan?" "Itulah yang membuat aku penasaran," keluh Dewi Anjani muram. "Aku melihat dari belakang, jadi tidak tahu persis bagaimana rupanya." "Tapi pasti sangat tampan." "Mimpi itu selalu terbayang di pikiranku. Bagaimana kalau aku melihat wajahnya? Pasti tidak enak makan dan tidur. Inikah yang dinamakan jatuh cinta?""Ayo segera siap-siap," kata Ambu sambil masuk ke kamar Cakra. "Sebentar lagi perlombaan galah asin dimulai." Galah asin adalah permainan tradisional yang dimainkan tiga sampai lima orang. Biasa dilombakan pada saat bulan purnama. "Kita hidup di abad berapa, Ambu?" Cakra menatap ibunya tanpa gairah. "Orang sudah bolak-balik ke bulan, kita masih berkutat di abad kegelapan." "Permainan galah asin adalah identitas kampung." "Tidak ada identitas yang lebih bergengsi?" sindir Jaka. Ambu memandang heran. "Ada apa denganmu? Biasanya tiap purnama main galah asin sampai larut malam." "Malam ini aku mau menghadiri ulang tahun pacarku." "Sudahlah, lupakan Priscillia. Ia tidak cocok untukmu." "Orang tuanya juga ngomong begitu," sahut Cakra keki. "Kalau cinta sudah berkibar, apa bisa berhenti?" Larangan itu muncul lantaran ia anak petani miskin. Puteri hartawan secantik Priscillia turun derajat kalau naik motor butut, padahal mereka yang merasakan bahagia itu. Mereka tidak peduli tahta dan
"Hati-hati," pesan Abah ketika Cakra pamit pergi. "Lekas pulang kalau acara sudah selesai." "Ya." Abah curiga melihat sopir taksi demikian gagah dan berpenampilan rapi. Agak janggal mengenakan kacamata hitam malam-malam begini. Barangkali ingin menutupi mata dari pemandangan kampung yang menjemukan. Kebanyakan warga yang duduk-duduk di beranda berusia lanjut. Sopir itu duduk menunggu dengan sabar di belakang kemudi. "Perasaanku agak lain sama sopir itu," kata Abah. "Benar kan taksi ini yang di booking Priscillia?" "Benar," sahut Cakra. "Nomor polisinya cocok dengan nomor yang dikirim." "Sopirnya membuat Abah ragu." "Keren banget ya?" "Jangan-jangan bunian." Bunian adalah makhluk astral yang suka menampakkan diri dalam paras rupawan. Mereka kadang menjadi bagian dari komunitas manusia dan menjalankan aktivitas sebagaimana biasa. Misinya merayu manusia ikut ke negerinya yang sangat indah sehingga lupa untuk pulang. "Abah ini ada-ada saja." Cakra tersenyum. "Memangnya sopir tak
"Giliran ditunggu-tunggu tidak muncul," keluh Fredy kecewa. "Atau semua itu omong kosong?" Cerita penduduk tentang keangkeran hutan bunian ternyata mitos belaka. Mereka melewati hutan itu dengan lancar, tanpa ada makhluk yang memberhentikan mobil untuk menumpang ke kota atau sekedar tebar pesona. Barangkali tidak ada bunian yang tertarik sehingga enggan menampakkan diri. Mereka tahu yang mengendarai mobil adalah Fredy, seorang pemuda yang berharap dapat bercinta dengan makhluk selain manusia. Malam Jumat kliwon adalah malam di mana mereka seharusnya muncul. Penduduk sampai tidak ada yang berani lewat setelah hari gelap, saking santernya cerita itu. "Mereka ngeri melihatmu," ujar Cakra. "Jadi tidak berani muncul." "Wajahku seram ya?" "Kelewat keren. Jadi mereka tidak percaya kalau kamu manusia." "Aku tahu kamu lagi bicara tentang diri sendiri. Kamu tidak pantas jadi anak petani." Aku bukan anak petani, sahut Cakra dalam hati. Aku anak saudagar kaya yang hartanya disedeka
Taksi meluncur keluar dari basement dan berhenti mendadak di pelataran lobi hotel. Cakra yang duduk bersandar ke pagar lobi menengok. Kaca jendela taksi terbuka dan muncul kepala Fredy seraya berteriak, "Cepetan naik! Kita harus segera pergi!" "Aku menunggu acara selesai," sahut Cakra santai. "Sebentar lagi Priscillia keluar." Ia tidak mau pulang sebelum pacarnya muncul. Priscillia pasti kecewa. "Aku sudah ngomong sama pacarmu!" seru Fredy. "Ia minta kamu untuk segera pergi!" Cakra terpaksa menghampiri dan masuk ke mobil. Belum juga ia sempat memasang sabuk pengaman, taksi sudah melesat separuh terbang meninggalkan pelataran lobi. Fredy mengendarai taksi dengan gila-gilaan. Melalap habis kendaraan yang memadati jalan raya. Sulit merangsek maju lewat jalur kanan, menyalip lewat jalur lambat. Masa bodoh dengan bunyi klakson yang terdengar sengit dari mobil lain. "Kamu nyopir kayak dikejar setan," keluh Cakra. "Kalau begini caranya, bukan segera sampai ke rumah, tapi mampir di ruma
Mereka berhenti mendorong taksi setelah tiba di pinggir jalan sehingga tidak mengganggu lalu lalang kendaraan, jika ada. Malam begini kemungkinan kecil kendaraan berani lewat. "Perlu bantuan apa lagi?" tanya Cakra. "Asal jangan minta pijat plus plus." "Sudah pergi sana," jawab Fredy. "Jangan iri kalau cover girl bunian mengajakku kencan." "Aku pulang dulu ya. Hati-hati." "Kamu juga." "Bunian kayaknya berani muncul kalau kita pisah, ia tidak bingung pilih yang mana. Ada yang lebih ganteng tapi kere." "Semoga ia mendatangi aku, lumayan buat menghangatkan badan." Fredy duduk beristirahat di kabin. Cukup menguras tenaga juga mendorong mobil ke sisi jalan. Apes sekali ia malam ini, pertama kali jadi sopir taksi ban kempes di tengah hutan. Cakra sebenarnya tidak tega meninggalkan Fredy sendirian. Ia merasa tenang karena di hutan bunian tidak pernah terdengar ada perampokan. Barangkali keangkeran hutan ini membuat nyali mereka ciut. Cakra terpaksa pulang jalan kaki. Jarak tempuh ke
Ratu Purbasari terbangun dari tidurnya. Ia beranjak turun dari pembaringan. Biasanya ada petunjuk penting di Cermin Mustika jika ia terjaga secara mendadak. Kakinya segera melangkah ke cermin ajaib untuk mengetahui apa yang terjadi. Mungkinkah pemberontak itu berhasil menguasai wilayah barat padahal sudah dikirim beberapa ratus prajurit tambahan? Ratu Purbasari terkejut bercampur bahagia manakala di cermin terpampang seorang pemuda yang duduk bersandar di kursi taksi seperti kebingungan. Tapi mengapa ia membawa teman? Pasti bukan menunggu dijemput! Ratu Purbasari sebenarnya ingin menggunakan Sambung Kalbu untuk menghubungi Mahameru karena lebih praktis, tapi kuatir mahapatih berada di keramaian sehingga mengundang kecurigaan manusia. Ia terpaksa berkomunikasi lewat gadget. "Kau berada di mana?" tanya Purbasari setelah tersambung. "Patik baru saja masuk ke sebuah diskotik." Terdengar suara Mahameru di speaker gadget. "Lagi mengamati pengunjung berjoget." "Calon terpilih terjebak d
Fredy mengemudikan taksi dengan kencang. Taksi meluncur mulus di jalan raya seolah semua ban normal. Kecepatan ditambah, mobil tidak mengalami guncangan sedikit pun, padahal melewati jalan berlubang. "Aku sempat lihat sebelum berangkat ban masih kempes," cetus Fredy heran. "Keanehan apa lagi ini?" "Keanehan apapun kalau menyenangkan patut kita syukuri," kata Cakra. "Jadi jalan saja terus." Ia tidak peduli dengan segala keanehan yang terjadi. Yang penting cepat sampai di rumah. Malam sudah menjelang fajar. Abah dan Ambu pasti gelisah menunggu. Sangkaan mereka, ia pasti dijemput utusan kerajaan, padahal terjebak di hutan sialan ini. "Mobil jalan kan?" tanya Fredy. "Terbang juga boleh." "Maksudnya tidak bergerak di tempat." "Kamu lihat pepohonan terlewati, berarti taksi tidak bergerak di tempat." "Kamu tidak merasakan sesuatu yang ganjil?" "Nikmati saja keganjilan ini. Jangan banyak berpikir." Cakra sudah lelah memikirkan kejadian malam ini. Mereka banyak mengalami peristiwa yan
Sebuah bangunan besar bertingkat terbuat dari kayu langka terlihat sangat indah dengan lampu lampion bermodel unik dan antik. Di pelataran depan terdapat pendopo memanjang dengan partisi untuk menambatkan kuda, saat itu sudah terisi penuh. Pondok Asmara, begitu pengunjung menyebut penginapan itu, warga menyebut Pondok Maksiat. Satu-satunya rumah bordir yang ada di wilayah barat. Di penginapan ini bukan hanya tersedia layanan kebutuhan batin, tamu bebas berjudi dan pesta tuak semalam suntuk, asal tidak membuat keributan. Jika ada yang berani berbuat onar, beberapa penjaga berilmu tinggi siap mengusir. Jadi pondok itu aman untuk tamu yang sekedar singgah buat mengisi perut atau beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Beberapa kamar disediakan untuk pengelana rimba, sebutan bagi tamu yang sekedar mampir buat makan atau menginap. Sementara untuk pengelana cinta tersedia banyak kamar yang di dalamnya dihuni perempuan cantik. Mereka tidak menjajakan rayuan, tapi menunggu di dalam
Plak! Plak!Dua tamparan keras kembali mampir di wajah Cakra.Kesatria gagah dan tampan itu tersenyum, ia hanya memiliki senyuman untuk perempuan cantik."Aku teringat pertemuan kita di hutan kayu," kata Cakra. "Kau lima puluh kali menampar wajahku sebelum mempersembahkan lima puluh kenikmatan."Plak! Plak!Cakra merasa ada aliran hangat dari tamparan itu, berangsur-angsur menyegarkan tubuhnya."Jadi kau sekarang mengalirkan energi roh melalui tamparan? Apakah Raden Mas Arya Bimantara melarang dirimu untuk bercinta denganku? Jadi kau masih mencintai lelaki pecundang itu? Aku sendiri malu mempunyai indung leluhur seperti dirinya...."Plak! Plak!"Jawabanmu sangat menyebalkan diriku," gerutu Cakra."Kau benar-benar pangeran terkutuk!""Aku mengakui diriku pangeran terkutuk ... terkutuk menjadi gagah dan tampan, bahkan menurut body goal magazine, aku satu-satunya pangeran yang dirindukan tampil telanjang di sampul depan! Tapi kecerdasan buatan tidak mampu menduplikat diriku, lebih-lebih
Puteri mahkota khawatir kesembuhan dirinya menimbulkan masalah baru bagi kerajaan.Bagaimana kalau Nyi Ratu Kencana murka dan menurunkan bencana yang lebih besar?"Aku kira Cakra sudah mempertimbangkan secara matang," kata Pangeran Liliput. "Ia terkenal sering bicara gegabah, namun tak pernah bertindak gegabah."Puteri mahkota memandang dengan resah, ia bertanya, "Bagaimana jika kutukan itu menimpa calon garwaku karena sudah melanggar kehendak ketua langit?" "Janganlah berpikir terlalu jauh, ananda," tegur Ratu Liliput lembut. "Belum tentu apa yang ananda pikirkan itu kejadian.""Bagaimana kalau kejadian, ibunda? Aku pasti disalahkan permaisuri pertama."Puteri Liliput segera meninggalkan pesanggrahan untuk menjumpai calon suaminya.Penjaga bilik tirakat segera berlutut dengan sebelah kaki menyentuh lantai begitu puteri mahkota dan baginda ratu tiba di hadapannya."Bukalah pintu bilik, Paman," pinta Puteri Liliput. "Aku mau masuk.""Patik mohon ampun sebelumnya, Gusti Puteri ... gust
"Ceesss...!"Bunyi pergesekan ujung Tongkat Petir dengan leher Puteri Liliput berkumandang menyerupai bunyi besi panas dicelupkan ke dalam air, seiring mengepulnya asap hitam tebal beraroma busuk.Keringat mengucur deras dari kening Cakra. Tongkat Petir bergetar keras sampai tangannya turut bergetar.Asap hitam tebal menyelimuti pesanggrahan, sehingga menghalangi pandangan sri ratu, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka."Semoga tidak terjadi apa-apa...."Baginda ratu menutup pintu pesanggrahan karena tidak tahan menghirup bau busuk yang sangat menyengat.Ratu Liliput menunggu dengan cemas di depan pintu pesanggrahan.Pangeran Nusa Kencana sungguh nekat mengobati Puteri Liliput, ia tak sepatutnya mengorbankan nyawa untuk hal percuma."Hanya Nyi Ratu Kencana yang dapat menghilangkan kutukan itu," kata Ratu Liliput lemas. "Kesalahan diriku telah membuat murka para ketua langit."Ratu Liliput membuka pintu sedikit, asap tebal menerobos keluar.Ratu Liliput segera menutup pintu kem
Hari menjelang senja ketika Cakra tiba di istana Liliput. Ia diterima langsung oleh baginda ratu di pesanggrahan utama."Puteriku menolak untuk bertemu denganmu."Ratu Liliput bertutur dengan lembut untuk menghibur kekecewaan Cakra.Padahal pesona sri ratu sudah cukup menghibur kepenatan hatinya akibat perjalanan sepanjang siang.Perawakan sang ratu sebagaimana perempuan Asia Timur; berpostur semanpai, tinggi rata-rata, tidak kerdil seperti bayangan Cakra."Kau sudah tahu apa alasannya."Mendung berarak di wajah jelita itu. Sinar matanya meredup tersapu kesedihan mendalam.Mata itu seakan bercerita kalau ia siap menebus dengan apapun demi kesembuhan puterinya.Puteri mahkota mengurung diri di pesanggrahan meski sri ratu mendesaknya untuk keluar."Aku datang untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap Cakra. "Jadi tidak ada alasan ia menolak kedatanganku.""Tiada kekuatan dapat menghilangkan kutukan itu, selain kemurahan hati ketua langit. Puteriku hanya mempermalukan diri sendiri jika mener
Bantuan untuk menanggulangi bencana alam dari empat kerajaan besar membuat Ratu Dublek murka. Bantuan itu bermaksud merongrong tahta yang didudukinya. Pangeran Nusa Kencana mengambil simpati rakyat dengan pengiriman beberapa kebutuhan pokok. Cakra mengetahui perkembangan terkini kota Dublek dari Ratu Sihir. Ia tampak resah dengan peristiwa yang terjadi. "Rinjani pergi ke Nusa Kencana untuk membahas ancaman Ratu Dublek," kata Ratu Sihir. "Aku kuatir mereka mengambil keputusan ekstrem dan berpengaruh terhadap moralitas perserikatan kerajaan." "Aku tidak mengira kalian sudah menyerahkan separuh kekuasaan kepada mereka," keluh Cakra. "Mereka jelas ingin membubarkan perserikatan dan mengganti dengan persemakmuran di bawah kendali puteri mahkota Nusa Kencana." "Bukankah hal itu keinginan dirimu?" "Aku pikir kebutuhan mendesak bukan mempersatukan seluruh kerajaan yang ada, tapi memakmurkan seluruh rakyat di jazirah bentala." "Kau menyelewengkan titah Nyi Ratu Kencana dalam babad
"Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,
Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p
"Bersiaplah...!" Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Ipritala mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun. Ratu Ipritala membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian. "Aku kagum denganmu," puji Ratu Ipritala. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu." "Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat." "Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar." Cakra tersenyum miris. Ratu Ipritala sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma. Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal
Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan