Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 04. Taksi Online

Share

04. Taksi Online

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 12:52:46

"Hati-hati," pesan Abah ketika Cakra pamit pergi. "Lekas pulang kalau acara sudah selesai."

"Ya."

Abah curiga melihat sopir taksi demikian gagah dan berpenampilan rapi. Agak janggal mengenakan kacamata hitam malam-malam begini.

Barangkali ingin menutupi mata dari pemandangan kampung yang menjemukan. Kebanyakan warga yang duduk-duduk di beranda berusia lanjut.

Sopir itu duduk menunggu dengan sabar di belakang kemudi.

"Perasaanku agak lain sama sopir itu," kata Abah. "Benar kan taksi ini yang di booking Priscillia?"

"Benar," sahut Cakra. "Nomor polisinya cocok dengan nomor yang dikirim."

"Sopirnya membuat Abah ragu."

"Keren banget ya?"

"Jangan-jangan bunian."

Bunian adalah makhluk astral yang suka menampakkan diri dalam paras rupawan. Mereka kadang menjadi bagian dari komunitas manusia dan menjalankan aktivitas sebagaimana biasa. Misinya merayu manusia ikut ke negerinya yang sangat indah sehingga lupa untuk pulang.

"Abah ini ada-ada saja." Cakra tersenyum. "Memangnya sopir taksi tidak boleh ganteng apa?"

"Jarang sekali sopir taksi keren begitu."

"Jarang juga taksi masuk ke kampung kita. Jadi malam ini pengalaman yang sangat berkesan buat aku."

"Kalau ada orang tanya, jangan sekali-kali kamu mengaku Cakra Agusti Bimantara."

"Aku lebih senang mengaku kid slebew," tukas Cakra kecut. "Aku berangkat."

Cakra pergi meninggalkan ayahnya. Membuka pintu taksi dan duduk di sebelah sopir. Ia tidak enak duduk di belakang, kayak juragan besar. Lagi pula, ia bisa mengobrol santai untuk dua jam perjalanan.

"Siap berangkat?" tanya sopir.

"Ya," jawab Cakra singkat.

Taksi melaju meninggalkan halaman dan melintasi jalan kecil perkampungan.

Abah seakan baru sadar. Ia menepuk jidat.

"Aduh, aku lupa mencatat nomornya."

"Hatiku tidak enak," kata Ambu sambil berdiri di beranda memandang kepergian anaknya. "Aku merasa kepergian anak kita untuk waktu yang lama."

"Ambu tidak boleh ngomong begitu," tegur Abah halus. "Anak kita sudah berjanji untuk segera pulang."

"Semoga ia tidak ingkar janji."

"Ia pasti pulang." Abah berjalan menaiki beranda. "Kita siap-siap untuk lomba galah asin."

"Kita kurang satu pemain."

"Ajak tetangga."

Ambu langsung mendelik. "Janda muda itu?"

"Biasa saja ngomongnya."

Sementara itu taksi mulai meninggalkan perkampungan dan menelusuri jalan beraspal di tengah areal persawahan. Purnama mulai menampakkan sinarnya.

"Kamu itu kelewat keren jadi sopir taksi," komentar Cakra. "Ayahku sampai mencurigaimu bunian."

Pengemudi itu tersenyum samar.

Celaka, keluh Cakra dalam hati. Mentang-mentang omongan tidak dibayar, ia malas menjawab. Perjalanan pasti membosankan. Taksi online macam begini bikin kapok. Sopirnya pelit bicara.

Untuk perjalanan yang lumayan jauh, penumpang perlu teman mengobrol, kadang teman curhat. Atau sopir ini benar-benar bunian?

"Kamu pasti menyangka aku bunian," ujar sopir santai. "Karena aku tidak banyak bicara."

Cakra tersenyum. "Aku mencoba maklum, mulutmu tidak di booking oleh Priscillia."

"Aku banyak diam karena aku lagi berpikir. Apa yang menarik pada dirimu selain wajah rupawan sehingga Priscillia rela berkorban untukmu?"

Cakra tertawa geli. "Aku juga tidak tahu apa yang menarik pada diriku."

"Baju yang dipakai itu pacarmu yang beli kan?"

Pertanyaan itu cukup lancang bagi seorang sopir. Cakra bisa melaporkan ke perusahaan taksi. Tapi malam ini adalah milik kebahagiaan.

"Kau berbakat jadi paranormal," senyum Cakra kecut. "Belum setengah jam duduk bersama sudah mencium aroma gratis. Kau juga pasti tahu ukuran sepatu dan celana dalamku."

Sopir taksi tahu kalimat itu adalah bentuk sindiran halus, maka ia buru-buru meluruskan, "Kau pasti menganggapku kurang ajar. Aku ngobrol sama Priscillia biasa ceplas-ceplos."

"Jadi kau sering ngobrol sama Priscillia?" pandang Cakra surprise. "Kalian tetanggaan atau apa?"

"Kami bersahabat semasa kuliah."

"Kok aku tidak tahu ya?"

"Pasti tidak tahu karena kamu jarang sekali datang ke kampusku. Priscillia terus yang berkunjung ke kampusmu."

Mereka sudah cukup lama pacaran, tapi Cakra hanya tahu sedikit kehidupan Priscillia. Mereka banyak bertemu di kafe atau diskotik. Berkunjung ke rumahnya bisa dihitung dengan jari.

"Kalau kalian sahabatan, berarti kau sudah tahu namaku," pancing Cakra.

"Cakra Agusti Bimantara," senyum sopir tipis. "Nama itu cocok dengan penampilanmu saat ini, trah bangsawan."

"Begitu lengkap kau tahu namaku. Apa kau juga begitu lengkap tahu tentang pacarku?"

"Pertanyaan tricky. Tahu apa dulu? Kehidupan atau fisik?"

"Dua-duanya."

"Untuk fisik aku hanya tahu apa yang terlihat."

"Aku juga."

"Jangan kira aku percaya. Empat tahun pacaran bisa memperoleh semua yang diinginkan."

Penganut kehidupan bebas, pikir Cakra tawar. Ucapannya secara tidak langsung membuka kedok sendiri. Tapi itu urusan masing-masing.

"Bagaimana ceritanya baru lulus langsung jadi sopir taksi?" tanya Cakra ingin tahu. "Kepo ya?"

"Sementara menunggu panggilan kerja, kebetulan ada taksi nganggur. Oh ya, sudah ngobrol ke mana-mana aku belum memperkenalkan diri. Namaku Fredy Erlangga."

Erlangga, pikir Cakra terkejut. Nama itu mengingatkan pada orang yang sering disebut orang tuanya.

Cakra bertanya dengan hati-hati, "Erlangga Agusti Bimantara nama ayahmu?"

Fredy tersenyum. "Ayahku lumayan terkenal rupanya."

Mungkinkah orang itu yang dimaksud orang tuanya? Cakra berniat mencari tahu sosoknya dan tidak menyangka mendapat informasi secepat ini. Tapi orang yang bernama Erlangga tentu tidak cuma satu.

"Erlangga yang kukenal adalah eksportir tekstil."

"Ayahku pengusaha tekstil sejak lama. Beliau biasa disebut saudagar. Tapi apa arti sebuah sebutan?"

"Lalu taksi ini?"

"Ayahku belum lama terjun dalam bisnis transportasi."

"Setahuku punya perkebunan kopi juga."

"Betul. Usaha turun-temurun."

Cakra jadi yakin kalau ayah Fredy adalah anak buah kepercayaan Abah yang dititipi harta. Perkebunan kopi adalah bisnis warisan leluhur yang tidak boleh ditinggalkan. Fredy pasti tidak tahu sejarah itu, kecuali ayahnya bercerita.

"Kau pernah dengar nama Dwipa Agusti Bimantara?" tanya Cakra.

"Tidak."

"Citraresmi?"

"Siapa mereka?"

Berarti Erlangga tidak pernah bercerita tentang asal usul kekayaannya. Barangkali Abah minta dirahasiakan untuk menghapus jejak masa lalu.

"Mereka orang tuamu?" tanya Fredy penasaran.

"Buat apa kau tahu kalau tidak pernah dengar?"

"Aku sedikit heran, di antara kita ada kesamaan nama. Apa kita satu klan?"

"Kira-kira pantas tidak? Kamu keluarga bangsawan, aku keluarga bangpakwan!"

Cakra merasa tiada orang yang paling beruntung di dunia selain Erlangga, mendapatkan harta dan gelar kehormatan secara cuma-cuma. Apakah ia tahu malam ini bakal kehilangan puteranya?

Taksi melaju kencang memasuki kawasan hutan yang sepi. Di sepanjang jalan tidak terdapat perkampungan. Saung jerami untuk musafir beristirahat saja tidak ada.

Hutan ini terkenal angker. Penduduk menyebutnya hutan bunian. Kendaraan yang lewat sering diberhentikan lelaki atau perempuan dengan paras rupawan. Mereka cari tumpangan ke kota atau menghilang begitu saja di ujung hutan.

"Kalau ada perempuan cantik cari tumpangan, bagaimana?" tanya Fredy. "Kita tabrak atau dirudapaksa?"

"Jadi kau percaya dengan cerita orang kampung? Malam Jumat kliwon, pada bulan purnama, di sepanjang jalan ini ramai oleh bunian yang mencari manusia yang disukai, kemudian dibawa ke negerinya dan tidak ingat pulang."

"Takut?"

"Kau bertanya pada orang yang salah."

"Malam ini adalah malam penjemputan."

Cakra terperangah. Jadi Fredy tahu mitos itu? Ayahnya pasti bercerita!

Ia pura-pura bertanya, "Maksudnya?"

"Malam ini aku akan dijemput utusan dari kerajaan Nusa Kencana. Aku berharap tidak dijemput di hutan ini. Kasihan kamu harus nyetir sendiri."

"Kau kelihatannya senang dijemput."

"Aku dijemput untuk memenuhi perjanjian leluhur, menikah dengan puteri mahkota. Siapa yang tidak senang jadi pangeran?"

"Meski hidup di dimensi lain?"

"Sejak dewasa aku berfantasi bisa hidup di dunia berbeda, meski jadi budak nafsu. Namanya puteri kerajaan pasti sangat rupawan."

"Kau tidak bisa pulang selamanya."

"Bukan tidak bisa pulang tapi tidak ingat pulang, karena Nusa Kencana sangat indah sehingga melenakan."

"Latar belakang kita berbeda, jadi berpengaruh pada prinsip. Seindah-indahnya negeri mereka, aku lebih suka tinggal di negeri manusia."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Naylasyafira
ini jaka atay cakra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   05. Muka Tempayan

    "Giliran ditunggu-tunggu tidak muncul," keluh Fredy kecewa. "Atau semua itu omong kosong?" Cerita penduduk tentang keangkeran hutan bunian ternyata mitos belaka. Mereka melewati hutan itu dengan lancar, tanpa ada makhluk yang memberhentikan mobil untuk menumpang ke kota atau sekedar tebar pesona. Barangkali tidak ada bunian yang tertarik sehingga enggan menampakkan diri. Mereka tahu yang mengendarai mobil adalah Fredy, seorang pemuda yang berharap dapat bercinta dengan makhluk selain manusia. Malam Jumat kliwon adalah malam di mana mereka seharusnya muncul. Penduduk sampai tidak ada yang berani lewat setelah hari gelap, saking santernya cerita itu. "Mereka ngeri melihatmu," ujar Cakra. "Jadi tidak berani muncul." "Wajahku seram ya?" "Kelewat keren. Jadi mereka tidak percaya kalau kamu manusia." "Aku tahu kamu lagi bicara tentang diri sendiri. Kamu tidak pantas jadi anak petani." Aku bukan anak petani, sahut Jaka dalam hati. Aku anak saudagar kaya yang hartanya disedekahkan pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Perjanjian Leluhur   06. Gerbang Labirin

    Taksi meluncur keluar dari basement dan berhenti mendadak di pelataran lobi hotel. Cakra yang duduk bersandar ke pagar lobi menengok. Kaca jendela taksi terbuka dan muncul kepala Fredy seraya berteriak, "Cepetan naik! Kita harus segera pergi!" "Aku menunggu acara selesai," sahut Cakra santai. "Sebentar lagi Priscillia keluar." Ia tidak mau pulang sebelum pacarnya muncul. Priscillia pasti kecewa. "Aku sudah ngomong sama pacarmu!" seru Fredy. "Ia minta kamu untuk segera pergi!" Cakra terpaksa menghampiri dan masuk ke mobil. Belum juga ia sempat memasang sabuk pengaman, taksi sudah melesat separuh terbang meninggalkan pelataran lobi. Fredy mengendarai taksi dengan gila-gilaan. Melalap habis kendaraan yang memadati jalan raya. Sulit merangsek maju lewat jalur kanan, menyalip lewat jalur lambat. Masa bodoh dengan bunyi klakson yang terdengar sengit dari mobil lain. "Kamu nyopir kayak dikejar setan," keluh Cakra. "Kalau begini caranya, bukan segera sampai ke rumah, tapi mampir di ruma

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-24
  • Perjanjian Leluhur   07. Terjebak Di Labirin Transisi

    Mereka berhenti mendorong taksi setelah tiba di pinggir jalan sehingga tidak mengganggu lalu lalang kendaraan, jika ada. Malam begini kemungkinan kecil kendaraan berani lewat. "Perlu bantuan apa lagi?" tanya Cakra. "Asal jangan minta pijat plus plus." "Sudah pergi sana," jawab Fredy. "Jangan iri kalau cover girl bunian mengajakku kencan." "Aku pulang dulu ya. Hati-hati." "Kamu juga." "Bunian kayaknya berani muncul kalau kita pisah, ia tidak bingung pilih yang mana. Ada yang lebih ganteng tapi kere." "Semoga ia mendatangi aku, lumayan buat menghangatkan badan." Fredy duduk beristirahat di kabin. Cukup menguras tenaga juga mendorong mobil ke sisi jalan. Apes sekali ia malam ini, pertama kali jadi sopir taksi ban kempes di tengah hutan. Cakra sebenarnya tidak tega meninggalkan Fredy sendirian. Ia merasa tenang karena di hutan bunian tidak pernah terdengar ada perampokan. Barangkali keangkeran hutan ini membuat nyali mereka ciut. Cakra terpaksa pulang jalan kaki. Jarak tempuh ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Perjanjian Leluhur   08. Bukan Menunggu Dijemput

    Ratu Purbasari terbangun dari tidurnya. Ia beranjak turun dari pembaringan. Biasanya ada petunjuk penting di Cermin Mustika jika ia terjaga secara mendadak. Kakinya segera melangkah ke cermin ajaib untuk mengetahui apa yang terjadi. Mungkinkah pemberontak itu berhasil menguasai wilayah barat padahal sudah dikirim beberapa ratus prajurit tambahan? Ratu Purbasari terkejut bercampur bahagia manakala di cermin terpampang seorang pemuda yang duduk bersandar di kursi taksi seperti kebingungan. Tapi mengapa ia membawa teman? Pasti bukan menunggu dijemput! Ratu Purbasari sebenarnya ingin menggunakan Sambung Kalbu untuk menghubungi Mahameru karena lebih praktis, tapi kuatir mahapatih berada di keramaian sehingga mengundang kecurigaan manusia. Ia terpaksa berkomunikasi lewat gadget. "Kau berada di mana?" tanya Purbasari setelah tersambung. "Patik baru saja masuk ke sebuah diskotik." Terdengar suara Mahameru di speaker gadget. "Lagi mengamati pengunjung berjoget." "Calon terpilih terjebak d

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Perjanjian Leluhur   09. Negeri Yang Dituju

    Fredy mengemudikan taksi dengan kencang. Taksi meluncur mulus di jalan raya seolah semua ban normal. Kecepatan ditambah, mobil tidak mengalami guncangan sedikit pun, padahal melewati jalan berlubang. "Aku sempat lihat sebelum berangkat ban masih kempes," cetus Fredy heran. "Keanehan apa lagi ini?" "Keanehan apapun kalau menyenangkan patut kita syukuri," kata Cakra. "Jadi jalan saja terus." Ia tidak peduli dengan segala keanehan yang terjadi. Yang penting cepat sampai di rumah. Malam sudah menjelang fajar. Abah dan Ambu pasti gelisah menunggu. Sangkaan mereka, ia pasti dijemput utusan kerajaan, padahal terjebak di hutan sialan ini. "Mobil jalan kan?" tanya Fredy. "Terbang juga boleh." "Maksudnya tidak bergerak di tempat." "Kamu lihat pepohonan terlewati, berarti taksi tidak bergerak di tempat." "Kamu tidak merasakan sesuatu yang ganjil?" "Nikmati saja keganjilan ini. Jangan banyak berpikir." Cakra sudah lelah memikirkan kejadian malam ini. Mereka banyak mengalami peristiwa yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-26
  • Perjanjian Leluhur   10. Pondok Asmara

    Sebuah bangunan besar bertingkat terbuat dari kayu langka terlihat sangat indah dengan lampu lampion bermodel unik dan antik. Di pelataran depan terdapat pendopo memanjang dengan partisi untuk menambatkan kuda, saat itu sudah terisi penuh. Pondok Asmara, begitu pengunjung menyebut penginapan itu, warga menyebut Pondok Maksiat. Satu-satunya rumah bordir yang ada di wilayah barat. Di penginapan ini bukan hanya tersedia layanan kebutuhan batin, tamu bebas berjudi dan pesta tuak semalam suntuk, asal tidak membuat keributan. Jika ada yang berani berbuat onar, beberapa penjaga berilmu tinggi siap mengusir. Jadi pondok itu aman untuk tamu yang sekedar singgah buat mengisi perut atau beristirahat setelah menempuh perjalanan jauh. Beberapa kamar disediakan untuk pengelana rimba, sebutan bagi tamu yang sekedar mampir buat makan atau menginap. Sementara untuk pengelana cinta tersedia banyak kamar yang di dalamnya dihuni perempuan cantik. Mereka tidak menjajakan rayuan, tapi menunggu di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Perjanjian Leluhur   11. Tamu Istimewa

    "Ternyata sampai juga," kata Fredy sambil membelokkan taksi memasuki pelataran Pondok Asmara. "Aku sangka kayak di hutan bunian, cuma bolak-balik." Fredy menghentikan taksi di depan pintu masuk. Malam sudah menjelang pagi. Suasana kelihatan sepi. Satu pun tidak ada makhluk yang lalu lalang. Mereka turun. "Kayaknya penginapan," komentar Cakra. "Banyak kuda tamu di pendopo." "Penginapan apa rumah hantu?" celoteh Fredy. "Sepi banget." "Mereka bangsa pemalas. Di kita jam segini sudah berkeliaran mencari rejeki." "Namanya penginapan untuk tempat beristirahat. Mereka pasti bangun siang. Di penginapan masa mencari rejeki?" "Banyak yang mencari rejeki di penginapan." "Rumah bordir maksudnya?" "Otakmu bawaannya ngeres saja. Penginapan itu tempat mencari rejeki bagi pegawainya." "Berarti benar bangsa pemalas. Pegawai jam segini belum bangun." "Untuk lebih jelasnya kita masuk. Siapa tahu tidak ada penerima tamu, atau tidak buka dua puluh empat jam." "Tunggu sebentar," ujar Fredy, lang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-01
  • Perjanjian Leluhur   12. Perempuan Sisa

    Kakek renta berbadan ceking muncul dari dalam penginapan dengan tergesa-gesa, di belakangnya mengejar perempuan gembrot mengenakan sarung dengan wajah kesal. "Jangan kabur perampok!" teriak perempuan itu. "Enak saja bilang aku perampok! Aku sudah merampok apa?" "Merampok diriku!" "Aku sudah bilang kantong uangku ketinggalan! Aku bayar nanti!" "Modus! Kantong kemenyan dibawa, masa kantong uang lupa?" "Kalau aku lupa bawa kantong kemenyan, terus aku ngamar pakai apa?" "Ada apa, Tongkat Bertuah?" tegur Iblis Cinta yang baru selesai memperbaiki penyok-penyok kecil pada taksi. "Pagi buta begini sudah bikin gaduh." "Tarif lontemu kemahalan," lapor Tongkat Bertuah. "Padahal perempuan sisa." "Kurang ajar! Minta dilayani tiga kali bilang perempuan sisa!" "Berapa bayaranmu, Cemani?" tanya Iblis Cinta. "Tiga keping emas." Iblis Cinta terkejut. "Mahal sekali!" "Untuk tiga ronde, tuanku." Iblis Cinta bertanya pada Tongkat Bertuah, "Kau merasa kemahalan sekeping emas untuk sekali main?

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status