Share

Bab 9

Author: Matahariku
last update Last Updated: 2023-05-19 14:08:59
Pantulan cahaya di bola mata Winda membuatnya terlihat begitu lugu dan tak bersalah. Alhasil, Hengky tidak tega untuk memarahinya, dan hanya melepaskan Winda dari tangannya.

“Kamu yang suruh pelayan buat ngomong kamu nggak enak badan? Mau kamu apa mancing aku masuk ke kamar mandi?”

“Kalau aku nggak ngomong begitu, memangnya kamu bakal masuk ke dalam? Aku cuma mau kamu, itu saja.”

Winda mengulurkan tangannya bermaksud memeluk pinggang Hengky, tapi Hengky langsung mundur secara mendadak dan tidak memberikan kesempatan bagi Winda untuk menyentuhnya.

“Kalau kamu sudah nggak apa-apa, aku keluar dulu.”

“Tunggu! Sayang, kakiku keseleo,” kata Winda seraya meluruskan kaki kanannya yang ramping itu ke Hengky.

Hengky menggenggam pergelangan kaki Winda dan membalikkan badannya.

“Sayang … sakit …,” ujar Winda memelas manja dan senyumannya yang menggoda.

Hengky mengalihkan matanya dari wajah Winda ke pergelangan kaki yang dia genggam.

“Bilang saja, apa lagi yang kamu mau sekarang?”

“Apa masih kurang jelas? Aku ngajak kamu buat tidur bareng.”

“Kamu lagi menghina aku? Winda, kamu bahkan mau berbuat sejauh ini demi dia?

Menghina? Dia? Dia siapa?

Winda tidak mengerti apa yang Hengky bicarakan dan hanya menatapnya kebingungan.

“Aku nggak ….”

Sebelum Winda selesai berbicara, Hengky melepaskan kakinya dan membalas perkataannya dengan raut wajah yang sangat dingin, “Kamu pikir aku mau tidur sama kamu?”

“Hengky, apa perlu kamu nyakitin perasaan aku? Aku tahu selama ini aku banyak berbuat salah, tapi aku sungguh-sungguh berniat baik sama kamu. Aku mau memperbaiki-”

“Hubungan kita nggak butuh diperbaiki, mau itu sekarang atau di masa depan!”

Hengky pun langsung keluar dari kamar tidur setelah dia mengatakan hal itu, sementara Winda hanya melamun cukup lama melihat sosok Hengky yang perlahan menjauhi dirinya. Selamanya Winda tidak akan lupa saat di mana Hengky berlari menembus kobaran api untuk menyelamatkannya. Winda pikir Hengky aan menerimanya setelah dia terlahir kembali. Akan tetapi sepertinya luka yang Hengky rasakan sudah terlalu dalam dan tidak mungkin luka itu bisa sembuh hanya dalam satu dua hari.

Hengky berhenti sejenak di depan pintu dan menuruni tangga ke lantai bawah.

“Den Hengky, Non Winda nggak apa-apa?” tanya si pelayan menghampiri.

“Bi Citra, kakinya Winda keseleo. Di ruang kerjaku ada obat, tolong bawain ke atas.”

“Nggak Bapak sendiri saja yang bawain?”

Bi Citra sudah sangat lama menjadi pelayan di rumah ini dan dulu bekerja di bawah ibunya Hengky. Bisa dibilang Bi Citra jugalah yang melihat Hengky tumbuh dari seorang anak kecil menjadi pria dewasa. Tentu saja dia berharap bisa melihat majikannya akur dengan istrinya.

“Nggak,” jawab Hengky datar tanpa menunjukkan perasaan apa pun.

“Den Hengky, maaf kalau saya bawel,” kata Bi Citra. “Saya rasa sekarang Non Winda sudah berubah. Kelihatan banget kalau Non Winda benar-benar peduli sama Den. Waktu tadi Non Winda baru pulang, dia langsung nanya Den ada di rumah atau nggak. Waktu dia tahu Den nggak di rumah, dia kelihatannya sedih banget. Kalau Den masih sayang sama Non Winda, kenapa nggak coba lagi saja?”

Hengky tampak sedikit murung ketika mengingat kembali apa yang baru saja terjadi di kamar.

“Lain kali, Bi Citra nggak usah kayak begitu lagi.”

Setelah itu, Hengky naik ke lantai atas sementara Bi Citra mengambilkan kotak obat dan pergi ke kamar Winda.

“Kenapa, Bi Citra?” tanya Winda, “Ini Hengky yang minta Bi Citra bawain?”

Bi Citra mengangguk dan menaruh kotak obatnya di samping ranjang, lalu melihat kondisi kaki Winda. Di bagian pergelangan kakinya terlihat sangat jelas bengkak dan memerah.

“Non Winda tolong maklumin sifatnya Den Hengky, ya. Sebenarnya Den sayang sama Non. Tadi dia yang minta Bibi untuk datang bawain kotak obatnya kemari,” ujar Bi Citra sambil mengeluarkan sebotol minyak gosok dari kotak obat.

“Dia khawatir sama aku? Sudah kuduga, dia masih sayang sama aku,” sahut Winda dengan mata berbinar.

Bi Citra ikut tersenyum melihat Winda begitu bahagia. Saat Bi Citra baru saja membuka botol minyak dan hendak menggosokkannya ke kaki Winda, tiba-tiba Winda langsung melompat dari kasur.

“Aku mau ngomong sesuatu sama dia!”

Gerakan Winda begitu cepat sampai dia nyaris saja terjatuh. Akan tetapi, dia tidak peduli dengan itu dan langsung berlari ke kamar tamu. Pintunya tidak dikunci, jadi dia langsung membukanya. Wajahnya memerah ketika mendengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Meski sudah menikah selama beberapa tahun, hanya saat minumannya ditaburi obat saja Winda pernah melakukan hubungan intim dengan Hengky. Dia masih malu-malu ketika membayangkan dirinya tidur seranjang dengan Hengky.

Winda langsung melompat ke ranjang yang ada di depanya dan mencium aroma badan Hengky yang masih menempel. Dia kemudian masuk ke dalam selimut dan memejamkan matanya.

“Ngapain kamu?” tanya Hengky yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 10

    Hengky hanya mengenakan jubah mandi longgar yang memperlihatkan dada bidangnya. Rambutnya yang hitam tebal pun dibiarkan terurai sampai leher. Belum pernah sebelumnya Winda melihat penampilan Hengky seperti ini. Dia jadi terlihat jauh lebih seksi dan menggoda.“Bangun. Balik ke kamar kamu sendiri,” kata Hengky dengan nada bicara yang datar dan cuek seperti biasanya.Winda terdiam sesaat sebelum akhirnya dia bangkit dari kasur dan memperlihatkan pergelangan kakinya yang terluka. Lantas, dia mengeluarkan minyak yang dia ambil dari Bi Citra dan berkata, “Sayang, bisa tolong olesin minyak buat aku?”Tanpa banyak bicara, Hengky menuangkan minyak gosok ke telapak tangan, lalu mengusapkan kedua tangannya agar terasa sedikit hangat dan menempelkannya ke kaki Winda. Dengan gerakan yang halus dan tenaga yang pas, dia mengusapkan tangannya di permukaan kulit kaki Winda.Winda tak bisa menahan senyumannya melihat Hengky begitu serius. Aroma sabun yang bercampur dengan bau obat bercampur menjadi sa

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 11

    Winda tersenyum masam dan berkata, “Iya, aku juga nggak nyangka.”Dulu Jefri adalah sumber semua perasaan bahagia dan emosi serta kesedihannya. Winda tidak menyangka dia akan merasa sedih hanya karena satu kalimat Hengky.Willy menatap Winda dengan tatapan dan ekspresi penuh arti. Melihat lelaki itu menatapnya, mendadak sebuah pemikiran terlintas di kepala Winda. “Hengky yang telepon kamu buat datang?”Hengky sudah berpesan padanya untuk tidak memberi tahu perempuan itu. Dengan datar dia menjawab, “Bukan.”Mata Winda berubah sedikit redup. Mungkin karena Bi Citra khawatir padanya dan menghubungi Willy. Dulu ketika dia sakit, lelaki ini yang memeriksanya juga. Semuanya hanya pemikirannya saja, dia yang terlalu berharap.“Kamu jadi repot-repot ke sini. Aku nggak apa-apa, hanya sedikit masuk angin saja.”Willy hanya melirik melihat wajah Winda yang pucat pasi dan berkata, “Aku sudah datang, biar aku periksa saja.”“Terima kasih,” jawab Winda sambil menggeser tubuhnya dan membiarkan Willy

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 12

    Hari ini Winda sudah gila karena berani berbicara seperti itu dengan Hengky. Dasar perempuan tidak berpendidikan! Tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Luna.Kalau bukan karena dia ingin membantu Luna, Jefri tidak akan memedulikan Winda. Tiba-tiba ponselnya berdering. Jefri mengira Winda yang menghubunginya lagi sehingga seulas senyum puas menghampiri bibirnya. Dengan santai dia mengambil ponselnya, tetapi nama yang ada di layar ponsel membuatnya tercenung seketika.Luna? Bukan Winda?Kening Jefri berkerut dan sebersit kekecewaan menghampirinya. Dia menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya.“Halo, Kak Jefri,” sapa Luna dengan suaranya yang terdengar manja.“Luna.” Suara Jefri terdengar sangat lembut. Berbeda jauh ketika dia sedang berhadapan dengan Winda.“Kak Jefri, Kakak sudah telepon Kak Winda? Dia masih marah sama aku?” tanya Luna dengan suara hati-hati. Terdengar jelas perempuan itu tengah sedih dan membuat hati Jefri seperti diremas.“Waktu itu aku duluan pergi kare

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 13

    Gerakan Hengky terhenti sambil membalas tatapan Winda. Sorot mata lelaki itu tampak sedang mencari tahu apakah kalimat itu diucapkan oleh Winda dengan tulus atau ada maksud tertentu.Akan tetapi mata perempuan itu tampak bersih dan bercahaya, tidak ada sorot aneh atau jahat sama sekali. Hengky menunduk dan memutuskan untuk tidak menjawab dan berkata, “Setelah makan istirahat yang cepat.”Karena takut Hengky pergi, Winda buru-buru menahan tangan lelaki itu dan berkata, “Malam ini kamu-““Nggak.”Hengky menolak secara langsung dan tidak memberikan Winda kesempatan untuk berbicara lebih banyak. Winda menghela napas lelah, dia tahu kejadian seperti ini akan terjadi.“Aku mau bilang kamu tunggu sampai aku selesai mandi baru pergi. Kalau aku jatuh bagaimana?” kata Winda dengan lantang.Hengky teringat dengan kaki perempuan itu yang masih belum sembuh. Awalnya dia ingin menolak permintaan Winda, tetapi kalimatnya tertahan di ujung lidah hingga akhirnya Hengky hanya bisa menganggukkan kepala s

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 14

    Luna mendorong pintu ruang wawancara Golden Artemis. Dia dibuat terkejut oleh pemandangan yang ada di dalam sana. Bukannya hanya pemeran di video klip? Kenapa ada begitu banyak orang yang tertarik? Bahkan artis nomor satu di Star Kingdom, Yuna dan juga Anna dari Golden Artemis juga turut hadir.Dengan adanya dua orang itu, maka kemungkinan Luna untuk menang akan semakin kecil. Dia menarik napas dalam-dalam dan mengulas senyum lebar di wajahnya. Luna mendekati Yuna dan Anna untuk menyapa mereka berdua.“Halo, aku Luna dari Star Kingdom. Sen-““Star Kingdom?” ujar Anna sambil memutar bola matanya. Dia mengabaikan Luna dan melangkah menjauh. Yuna hanya meliriknya dengan tatapan angkuh sambil menganggukkan kepalanya sedikit sebagai tanda balasan.“Sudah mau dimulai, cari tempat duduk saja,” kata Yuna dengan datar. Tidak ada niat untuk berbincang-bincang dengan Luna.Luna menatap punggung Yuna dengan tatapan emosi. Kedua kepalan tangan di sisi tubuhnya terkepal erat. Melihat semua orang yan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 15

    “Ternyata mengandalkan hubungan. Pantas saja sombong.”“Jangan bicara lagi, nanti dia kedengaran.“Memangnya kenapa kalau kedengaran?!”Winda dapat mendengar bisik-bisik dari orang sekitar. Pandangannya tertuju pada Luna dan bibirnya mengulas senyum tipis. Hanya satu pandangan saja sudah bisa membuat Luna merasa tertindas. Hal itu membuat dia tidak berani membalas tatapan Winda.“Karena kamu merasa nggak adil, kita buktikan saja dengan kemampuan. Seharusnya keputusannya belum diumumkan, kan?” kata Winda.Para juri mengusap keringat dingin dan berkata, “Masih belum.”“Kalau gitu berarti belum berakhir. Memangnya ada yang salah kalau saya ikut?”“Tentu saja nggak,” sahut Pak Jason. Setelah itu dia berkata lagi, “Saya yang mengundang Bu Winda ke sini. Kalau nggak ada masalah lain, kita langsung mulai saja.”Sikap Jason jelas sekali sedang membela Winda. Mendadak tidak ada yang berani berkata apa pun lagi. Di waktu yang sama semua orang mengarahkan fokus mereka dari ujung kepala hingga uju

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 16

    “Ini nggak adil.” Luna bangkit berdiri dengan ekspresi yang terlihat marah.“Kalau ibunya bukan Sinta, apakah kalian akan tetap memilih dia? Apalagi dia terlambat! Seharusnya peran utama nggak akan jatuh ke tangannya, tapi ke kandidat yang ada dari awal!”“Kamu bukannya mau bilang dirimu sendiri?” sahut Anna sambil tertawa sinis.Wajah Luna pucat pasi dengan ekspresi yang tampak sangat menyedihkan. Dia melihat ke arah para juri dengan mata merah. Para juri saling berpandangan sejenak dan merasa kalimat perempuan itu ada benarnya juga.Akan tetapi, mereka semua mengerti kalau Luna tidak cocok jadi pilihan mereka. Kalau bukan karena tidak ada pilihan orang lain lagi, Martin juga tidak akan memilih dia. Sekarang setelah ada sosok Winda yang cantik di hadapannya, siapa yang bisa memilih Luna lagi.Martin berdiri dengan perlahan, mata dinginnya menatap Luna dengan lekat dan berkata dengan nada jengah, “Memangnya kamu nggak tahu kemampuanmu sendiri seperti apa? Kalau aku jadi kamu, aku nggak

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 17

    Winda merasakan hatinya berdenyut perih. Perasaan itu sulit dia jelaskan dengan kata-kata.“Kenapa kamu masih nggak pergi?” tanya Yuna dengan nada ketus.Winda menarik napas dalam-dalam dan melipat kedua tangannya sambil melirik sekilas ke arah Yuna, kemudian tatapannya berhenti pada diri Hengky sambil bertanya, “Kamu nggak mau kasih penjelasan?”“Nggak ada yang harus dijelaskan,” kata Hengky dengan nada santai dan wajah datar. Ucapan lelaki itu membuat Yuna mencengkeram tas yang ada di tangannya dan tampak sangat terkejut. Ternyata mereka saling mengenal?!Entah mengapa rasa waspada pada diri Yuna meningkat. Dia berpikir sesaat dan setelah itu dia menoleh ke arah Hengky sambil tertawa dan berkata, “Bagaimana kalau Pak Hengky pergi dulu? Saya cari Pak Hengky setelah selesai urus dia.”Hengky melirik ke arah Winda sekilas dengan datar dan berkata, “Kita pergi saja.”Diam-diam Yuna menghela napas lega. Seulas senyum tersungging di bibirnya dan langsung memeluk lengan lelaki itu sambil be

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 597

    Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 596

    Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 595

    “Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 594

    Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 593

    “Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 592

    “Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 591

    Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 590

    “Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 589

    Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a

DMCA.com Protection Status