“Ternyata mengandalkan hubungan. Pantas saja sombong.”“Jangan bicara lagi, nanti dia kedengaran.“Memangnya kenapa kalau kedengaran?!”Winda dapat mendengar bisik-bisik dari orang sekitar. Pandangannya tertuju pada Luna dan bibirnya mengulas senyum tipis. Hanya satu pandangan saja sudah bisa membuat Luna merasa tertindas. Hal itu membuat dia tidak berani membalas tatapan Winda.“Karena kamu merasa nggak adil, kita buktikan saja dengan kemampuan. Seharusnya keputusannya belum diumumkan, kan?” kata Winda.Para juri mengusap keringat dingin dan berkata, “Masih belum.”“Kalau gitu berarti belum berakhir. Memangnya ada yang salah kalau saya ikut?”“Tentu saja nggak,” sahut Pak Jason. Setelah itu dia berkata lagi, “Saya yang mengundang Bu Winda ke sini. Kalau nggak ada masalah lain, kita langsung mulai saja.”Sikap Jason jelas sekali sedang membela Winda. Mendadak tidak ada yang berani berkata apa pun lagi. Di waktu yang sama semua orang mengarahkan fokus mereka dari ujung kepala hingga uju
“Ini nggak adil.” Luna bangkit berdiri dengan ekspresi yang terlihat marah.“Kalau ibunya bukan Sinta, apakah kalian akan tetap memilih dia? Apalagi dia terlambat! Seharusnya peran utama nggak akan jatuh ke tangannya, tapi ke kandidat yang ada dari awal!”“Kamu bukannya mau bilang dirimu sendiri?” sahut Anna sambil tertawa sinis.Wajah Luna pucat pasi dengan ekspresi yang tampak sangat menyedihkan. Dia melihat ke arah para juri dengan mata merah. Para juri saling berpandangan sejenak dan merasa kalimat perempuan itu ada benarnya juga.Akan tetapi, mereka semua mengerti kalau Luna tidak cocok jadi pilihan mereka. Kalau bukan karena tidak ada pilihan orang lain lagi, Martin juga tidak akan memilih dia. Sekarang setelah ada sosok Winda yang cantik di hadapannya, siapa yang bisa memilih Luna lagi.Martin berdiri dengan perlahan, mata dinginnya menatap Luna dengan lekat dan berkata dengan nada jengah, “Memangnya kamu nggak tahu kemampuanmu sendiri seperti apa? Kalau aku jadi kamu, aku nggak
Winda merasakan hatinya berdenyut perih. Perasaan itu sulit dia jelaskan dengan kata-kata.“Kenapa kamu masih nggak pergi?” tanya Yuna dengan nada ketus.Winda menarik napas dalam-dalam dan melipat kedua tangannya sambil melirik sekilas ke arah Yuna, kemudian tatapannya berhenti pada diri Hengky sambil bertanya, “Kamu nggak mau kasih penjelasan?”“Nggak ada yang harus dijelaskan,” kata Hengky dengan nada santai dan wajah datar. Ucapan lelaki itu membuat Yuna mencengkeram tas yang ada di tangannya dan tampak sangat terkejut. Ternyata mereka saling mengenal?!Entah mengapa rasa waspada pada diri Yuna meningkat. Dia berpikir sesaat dan setelah itu dia menoleh ke arah Hengky sambil tertawa dan berkata, “Bagaimana kalau Pak Hengky pergi dulu? Saya cari Pak Hengky setelah selesai urus dia.”Hengky melirik ke arah Winda sekilas dengan datar dan berkata, “Kita pergi saja.”Diam-diam Yuna menghela napas lega. Seulas senyum tersungging di bibirnya dan langsung memeluk lengan lelaki itu sambil be
Semakin Winda dengar, hatinya semakin sesak. Tadi Yuna sudah sengaja menantangnya dengan sengaja mendekatkan diri pada Hengky. Dia ingin menunjukkan bahwa mereka berdua adalah pasangan, sedangkan Yuna adalah pihak luar.Perempuan itu sengaja memberi tahu Winda bahwa dialah pemilik Hengky. Dia ingin mendapatkan pengakuan dari Hengky, tetapi ternyata lelaki itu justru tidak ingin mengakui hubungan mereka. Kalau bukan karena khawatir Hengky marah besar, Winda ingin sekali langsung mengatakan bahwa dia adalah istrinya lelaki itu!Julia yang menyadari ekspresi Winda yang semakin keruh merasa sedikit curiga. Dengan perlahan dia berkata, “Tapi yang aku dengar katanya Hengky sudah menikah. Hanya saja nggak tahu kebenarannya berapa persen. Nggak pernah ada yang lihat istrinya seperti apa, dia juga nggak pernah mempublikasikannya ke publik. Makanya ….”Perempuan itu menahan kalimatnya dan mengangkat kedua bahunya sambil melanjutkan, “Yang penting kamu tahu saja, jangan sembarangan bersikap. Kala
“Kenapa ada dia lagi?” gumam Yuna. Dia sengaja mendekatkan dirinya pada Hengky dan berbisik di samping telinga lelaki itu. Kemudian dia berjalan ke arah Winda.Hengky hanya menatap punggung Yuna, tetapi dia tidak menghentikan perempuan itu.“Bu Winda,” panggil Yuna. Wajahnya yang putih mulus menyunggingkan seulas senyum miring.“Kebetulan sekali kita bertemu lagi.”Teringat bahwa Yuna sudah mendekati suaminya, dalam hati Winda merasa kesal. Dengan suara dingin dia bertanya, “Ada urusan apa, Bu Yuna?”Yuna juga merasakan sedikit rasa persaingan yang ditujukan Winda padanya. Dia memainkan rambutnya dan mengikuti arah pandangan Winda yang menatap Hengky sambil berkata, “Hengky memang lelaki sempurna, oleh karena itu aku mengerti akan ada banyak perempuan yang berusaha mendekatinya setiap hari,”“Tapi dengan identitas yang dimiliki oleh Hengky, sudah pasti dia sering bertemu dengan perempuan dengan karakter berbagai jenis. Bagaimana mungkin dia bisa jatuh hati pada orang seperti itu? Benar
Yuna merasa suasana di sekitarnya semakin lama semakin sesak. Dia mendongak dan menatap Hengky. Detik selanjutnya Yuna merasakan bahwa lelaki itu sedang emosi. Dalam hatinya juga ikut merasa sedikit terkejut.Hengky bukan seorang lelaki yang bersedia menunjukkan emosinya. Dalam bayangan Yuna, Hengky merupakan orang yang dingin, anggun serta misterius. Dia tidak pernah melihat sosok Hengky yang seperti sekarang ini.Detik itu juga Yuna menyadari bahwa keanehan sikap Hengky hari ini bukan karena dirinya, melainkan karena perempuan yang bernama Winda ini. Apa hubungan di antara mereka berdua?“Pak Hengky,” sapa Martin sambil maju mendekat sekalian menyembunyikan Winda di balik punggungnya. Dengan suara tenang dia kembali berkata,“Bu Yuna yang bicara nggak sopan dengan Kak Winda. Saya hanya minta dia minta maaf saja. Seharusnya nggak keterlaluan, kan?”Kak Winda?Hengky menyapu pandangannya ke arah Winda dengan perlahan. Sudut bibirnya terangkat hingga membentuk seulas senyum dingin sambi
Erik melirik Hengky sekilas, kemudian dengan suara pelan dan menggoda dia berkata, “Aku ada vila di samping pantai. Bu Yuna bisa datang kapan pun kalau bersedia.”Kode yang begitu jelas tentu saja dapat dimengerti dan ditangkap oleh Yuna. Dia menarik napas dalam-dalam dan menarik tangannya dengan kuat. Kemudian dia tersenyum dan berkata, “Maaf, aku ke toilet sebentar.”Hengky mendengar itu dana melirik Yuna sekilas. Detik itu juga dia langsung mengerti akan sesuatu. Hengky mengangguk dan membuat Yuna menghela napas lega. Dia bangkit berdiri dan bergegas pergi.Wajah Erik tampak menggelap. Dengan cepat dia menahan lengan Yuna sambil tersenyum pada Hengky dan berkata, “Pak Hengky, aku nggak dihargai sama sekali, mau bicara bisnis apa lagi?”Setelah itu Erik menarik Yuna secara paksa untuk kembali duduk. Dia mengambil kotak rokok di atas meja dan menariknya keluar. Kemudian dengan perlahan dia menghidupkannya dan menjepitnya di antara dua bibirnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa.
“Lepaskan!” ujar Hengky dengan dingin. Matanya tampak berkilau bengis hingga membuat orang lain merinding. Yuna seperti tersambar petir, tetapi dia tetap tidak melepas pegangannya di tangan Hengky.“Hengky, kalau kamu pergi sekarang, Pak Erik hanya akan beranggapan kamu sedang mempermainkan dia. Nanti kerjasamanya akan … kalau nggak aku saja yang pergi. Aku-““Minggir!”Hengky menoleh ke arah Yuna dan memandangnya tajam. Mata gelapnya tampak begitu menyeramkan dan menakutkan. Seluruh tubuh Yuna bergetar hebat karena sorot mata dingin milik Hengky. Dia melepaskan tangannya tanpa sadar kemudian mundur satu langkah.Dengan cepat Hengky melangkah keluar dan dalam satu kedipan mata, sebuah tangan terulur dan menutup jalan Hengky.“Pak Hengky mau ke mana begitu buru-buru sekali?” tanya Martin. Mata cantiknya tampak menyipit karena senyuman di bibirnya.“Minggir!” sentak Hengky dengan dingin.Martin menyunggingkan senyuman lebar. Sorot matanya mengarah ke tubuh Yuna yang tidak jauh dari sana