Share

Bab 13

Gerakan Hengky terhenti sambil membalas tatapan Winda. Sorot mata lelaki itu tampak sedang mencari tahu apakah kalimat itu diucapkan oleh Winda dengan tulus atau ada maksud tertentu.

Akan tetapi mata perempuan itu tampak bersih dan bercahaya, tidak ada sorot aneh atau jahat sama sekali. Hengky menunduk dan memutuskan untuk tidak menjawab dan berkata, “Setelah makan istirahat yang cepat.”

Karena takut Hengky pergi, Winda buru-buru menahan tangan lelaki itu dan berkata, “Malam ini kamu-“

“Nggak.”

Hengky menolak secara langsung dan tidak memberikan Winda kesempatan untuk berbicara lebih banyak. Winda menghela napas lelah, dia tahu kejadian seperti ini akan terjadi.

“Aku mau bilang kamu tunggu sampai aku selesai mandi baru pergi. Kalau aku jatuh bagaimana?” kata Winda dengan lantang.

Hengky teringat dengan kaki perempuan itu yang masih belum sembuh. Awalnya dia ingin menolak permintaan Winda, tetapi kalimatnya tertahan di ujung lidah hingga akhirnya Hengky hanya bisa menganggukkan kepala saja.

Sebersit kilau berpendar di mata Winda yang tampak seperti merencanakan sesuatu. Dia sengaja mengambil baju terusan piyama dan masuk ke dalam kamar mandi. Suara air yang mengalir di dalam kamar mandi membuat bola mata Hengkya menggelap. Dalam kepalanya mulai berputar bayangan tubuh Winda di malam itu yang begitu indah.

Jakunnya bergerak naik turun dengan tubuh yang mendadak terasa panas. Hengky menarik dasinya sambil berpikir apakah dia harus keluar dari sini. Akan tetapi pikirannya terhenti karena deringan ponsel Winda. Suara deringan tersebut cukup kecil hingga membuat Winda yang ada di dalam kamar mandi tidak bisa mendengarkannya.

Layar ponsel perempuan itu berkedip dan Hengky melihat nama yang tertera di sana. Perasaan mendamba yang sebelumnya ada di diri Hengky mendadak lenyap tak tersisa. Dia hanya merasa emosi yang mendidih di dalam hatinya.

Winda bilang mau berbaikan dengannya, tetapi perempuan itu masih berhubungan dengan Jefri. kemampuan sandiwara perempuan ini benar-benar semakin lama semakin hebat. Ponselnya berdering cukup lama dan akhirnya terputus karena tidak diangkat. Akan tetapi satu detik kemudian berbunyi lagi.

Mendengar nada dering tersebut membuat Hengky semakin mendidih. Dia langsung menggeser layar ponsel Winda untuk mematikan sambungan telepon, tetapi entah mengapa dia justru menekan tombol menerima panggilan.

“Winda, kenapa lama sekali angkat telepon?!” marah Jefri dengan nada tidak sabar. Gerakan Hengky terhenti, dia tidak jadi memutuskan sambungan telepon itu.

“Aku lihat dulu kamu orang yang mengerti mana yang benar dan salah makanya kasih kamu satu kesempatan lagi. Asalkan kamu minta Hengky minta maaf sama aku, lalu jemput Luna pulang, maka aku akan memaafkanmu!” kata Jefri dengan nada angkuh.

Tubuh Hengky menegang kaku dengan wajah yang semakin keruh. Sedangkan Jefri masih tidak menyadarinya dan mengira Winda sedang ngambek dengannya. Dia mencoba mencari keuntungan yang lebih banyak dari Jefri.

“Cukup, kamu mau bersama denganku, kan? Asalkan kamu lakukan apa yang aku minta, aku akan janji untuk berkencan denganmu satu hari. Ok?”

Setelah itu dia buru-buru menambahkan lagi, “Tapi kamu jangan dikasih hati minta jantung, ini batas mengalahku yang paling besar. Mau tau nggak?! Cepat jawab!”

Karena tidak mendapatkan jawaban terus, Jefri akhirnya merasa ada yang aneh. Mendadak dia merasa gugup dan tidak tenang. Dia dibuat takut dengan pemikirannya sendiri. Ini pasti bukan karena perubahan sifat Winda yang membuatnya merasa tidak tenang, Jefri hanya takut membuat Luna kecewa saja sehingga dia merasa gugup.

Hengky menatap layar yang menunjukkan waktu selama satu menit satu detik. Mendadak seulas senyum miring menghiasi bibirnya dan mengeluarkan kekehan kecil. Mata gelapnya memancarkan sorot dingin yang perlahan terasa menusuk.

Ternyata Winda mendekatinya demi hal ini? Perempuan itu tidak pernah berubah!

Telapak tangan lelaki itu terkepal erat dan dalam satu kedipan mata, kepalan tersebut sudah menghantam tembok dan menghasilkan suara yang nyaring. Tidak hanya Jefri yang ada di seberang telepon dibuat terkejut, Winda yang ada di kamar mandi juga ikut terlonjak.

“Sayang, kenapa?” tanya Winda dengan panik.

Jefri tersentak dengan wajah keruh dan langsung buru-buru memutuskan sambungan telepon. Jari-jari Hengky tampak lecek dan mulai meneteskan darah. Dia seperti tidak merasakan sakit. Dia menatap kamar mandi dengan sorot mata yang dingin.

Winda mau menginjak-injak harga dirinya sampai separah apa baru bisa merasa puas?

Lelaki itu menarik tatapan dinginnya dan langsung berjalan keluar meninggalkan kamar Winda. Winda yang tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya tadi merasa aneh. Dia menarik handuk dan membungkus tubuhnya. Setelah itu keluar dari kamar mandi dan hanya menemukan kamarnya yang kosong.

Hengky sudah pergi dari sana. Seketika Winda seperti balon yang kehilangan udaranya, dia terlihat lemas dan tidak semangat. Sepertinya Hengky masih tidak bisa menerimanya. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus pergi mencari Hengky di kamar tamu?

Winda melihat ke arah pintu yang tertutup rapat sambil menggigit bibirnya. Dia sedikit merasa tidak yakin. Setelah dipikirkan lagi, Winda memutuskan untuk menyerah saja. Saat ini Hengky sangat sensitif dengan dirinya, kalau terlalu memaksakan justru akan menjadi semakin gawat. Bagaimana kalau lelaki itu pergi dari rumah seperti kemarin?

Keesokan paginya, Winda terbangun ketika hari sudah terang. Bahkan Hengky sudah berangkat ke kantor. Ternyata obat yang diberikan oleh Willy sangat ampuh. Rasa sakit kepalanya pagi ini sudah lenyap.

Ponselnya berdering ketika dia baru minum satu teguk susu. Saat melihat nama Julia muncul di layar ponselnya, Winda terbatuk dan buru-buru mengangkat telepon tersebut.

“Kak Julia.”

“Nyonya Besar, akhirnya kamu angkat telepon juga!” seru Julia dari seberang telepon.

“Kamu sudah cuti setengah bulan lebih, kapan mau mulai kerja? Golden Artemis telepon aku lagi dan minta kamu berpikir ulang. Syaratnya kamu yang ajukan, asalkan kamu mau jadi pemeran utama di video klip Martin.”

“Mereka sangat percaya sekali dengan Martin dan menganggap lelaki itu bisa jadi Raja Musik selanjutnya. Sedangkan karirmu beberapa tahun terakhir hanya jalan di tempat saja. Sekarang kesempatan yang tepat untuk jadi terkenal. Banyak yang mau tapi nggak bisa mendapatkannya, tapi kamu justru menolak kesempatan ini?”

Winda tertawa paksa ketika mendengar nada penasaran dari suara Julia. Sudah 2 tahun Winda bergabung dalam Star Kingdom Entertainment, dan selama ini namanya memang tidak begitu terkenal. Sedangkan Julia merupakan seorang Manajer Artis yang paling terkenal dan hebat.

Dulu perempuan itu memilihnya di antara puluhan orang baru lainnya. Bahkan dia berkata kalau dirinya akan membuat Winda terkenal. Namun pada akhirnya Winda tidak memberikan hasil seperti apa yang dibayangkan oleh Julia.

Dia ada bayangan sosok Martin yang disebut tadi. Lelaki itu merupakan penyanyi hebat hasil didikan Golden Artemis. Hanya butuh waktu satu tahun saja, mereka bisa membuat lelaki berusia 20 tahun menjadi begitu terkenal.

Seharusnya, dengan nama serta ketenaran yang dimiliki Martin sekarang, Golden Artemis tidak perlu memohon padanya berulang kali untuk menjadi artis dalam video klip lelaki itu. Winda percaya asalkan pihak perusahaan menyebarkan pemberitahuan, maka akan ada banyak sekali orang yang bersedia.

Semua yang dilakukan mereka hanya karena ibunya, bukan karena kemampuan Winda. Dulu dia memberikan kesempatan ini pada Luna dan membuat karir perempuan itu melejit hingga diundang untuk tampil di Negara Fontana. Luna menjadi sosok yang dipuja-puja masyarakat negara itu. Ayahnya juga merasa bangga dengan prestasi Luna dan memberikan 5 persen saham padanya.

Kalau tidak salah tebak, kali ini Luna pasti akan ikut penyeleksian. Luna butuh kesempatan ini untuk membuktikan prestasinya pada Ayah dan diberikan izin untuk kembali ke rumah. Kalau begitu, Winda tidak akan membiarkan Luna mendapatkan kesempatan ini!

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status