Share

Bab 21

Penulis: Matahariku
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-19 14:09:02
Erik melirik Hengky sekilas, kemudian dengan suara pelan dan menggoda dia berkata, “Aku ada vila di samping pantai. Bu Yuna bisa datang kapan pun kalau bersedia.”

Kode yang begitu jelas tentu saja dapat dimengerti dan ditangkap oleh Yuna. Dia menarik napas dalam-dalam dan menarik tangannya dengan kuat. Kemudian dia tersenyum dan berkata, “Maaf, aku ke toilet sebentar.”

Hengky mendengar itu dana melirik Yuna sekilas. Detik itu juga dia langsung mengerti akan sesuatu. Hengky mengangguk dan membuat Yuna menghela napas lega. Dia bangkit berdiri dan bergegas pergi.

Wajah Erik tampak menggelap. Dengan cepat dia menahan lengan Yuna sambil tersenyum pada Hengky dan berkata, “Pak Hengky, aku nggak dihargai sama sekali, mau bicara bisnis apa lagi?”

Setelah itu Erik menarik Yuna secara paksa untuk kembali duduk. Dia mengambil kotak rokok di atas meja dan menariknya keluar. Kemudian dengan perlahan dia menghidupkannya dan menjepitnya di antara dua bibirnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

Dengan senyuman terpaksa dia menatap Hengky dan berkata, “Hanya satu orang perempuan saja, apakah Pak Hengky mau merusak hubungan kita demi dia”

Yuna tampak ketakutan, dia menatap Hengky dengan sorot meminta pertolongan. Dari binar matanya terlihat kalau Yuna tidak bersedia sama sekali. Gosip mengenai Erik sudah tersebar ke seantero negara.

Perempuan yang membuat Erik tertarik tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan. Yang bisa Yuna andalkan sekarang hanya Hengky saja. Bagaimana pun juga, Yuna tidak bisa melawan Erik. Tetapi Hengky bisa melawan lelaki itu.

“Dia nggak boleh,” kata Hengky dengan datar. Tidak bisa terlihat emosi lelaki itu sama sekali.

“Kalau Pak Erik tertarik, aku bisa aturkan lagi. Daripada dia merusak kesenangan Pak Erik,” ujar Hengky.

Yuna sedikit menghela napas lega. Dalam hati dia merasa sedikit bahagia. Dia tahu kalau Hengky memang memiliki rasa padanya. Jika tidak, bagaimana mungkin Hengky bersedia menanggung kemungkinan ribut dengan Erik demi dirinya?

Erik tersenyum miring. Matanya memancarkan emosi yang begitu jelas. Dengan dingin dia berkata, “Pak Hengky nggak mau menghargai aku? Kalau gitu masalahnya akan sulit dilanjutkan. Aku nggak akan sentuh kalau dia adalah milikmu. Tapi memangnya dia punya kamu?”

Hengky menautkan alisnya dan memancarkan pandangan sebal. Akan tetapi dia tetap tidak bersuara apa pun. Yuna mulai diterpa rasa gusar. Dia menarik lengan Hengky dengan hati-hati sambil menatap lelaki itu penuh permohonan.

Kesabaran Erik perlahan-lahan semakin surut dan lenyap. Ketika dia bangkit, Hengky langsung berkata, “Iya!”

Hengky merangkul bahu Yuna dan mendekatkan tubuh perempuan itu ke arahnya. Rasa bahagia membuncah dalam hati Yuna. Dia sengaja mendekatkan diri ke arah Hengky dan masuk dalam pelukan lelaki itu.

Ekspresi Erik berubah kaku. Rokok yang ada di tangannya dipadamkan oleh lelaki itu dengan kasar kemudian membuangnya ke lantai dan berakhir dengan Erik yang menginjaknya. Melihat kemesraan Hengky dan Yuna membuat Erik tertawa dingin dan berkata,

“Pak Hengky curang ya. Tapi yang namanya lelaki sejati nggak akan merebut milik orang lain. Pak Hengky sudah dapat perempuan cantik, berarti harus kembalikan ke aku satu perempuan cantik juga.”

“Pak Erik tertarik dengan siapa? Biar aku atur,” ujar Hengky dengan santai.

Mendengar kalimat tersebut membuat ekspresi Erik sedikit reda. Matanya memicing sambil menyapu ke sekeliling ruangan. Mendadak matanya berbinar dan berseru,

“Dia!” tunjuk Erik ke arah Winda yang baru saja berdiri.

Tubuh Winda berubah kaku dalam seketika. Dia menatap Hengky dengan sorot tidak percaya. Matanya memerah dan air matanya mulai menggenang di sana. Keributan Hengky dan Erik serta lelaki itu yang mengakui Yuna adalah kekasihnya sudah disaksikan dengan jelas oleh Winda. Dia tidak menyangka Hengky juga merupakan orang yang seperti itu.

Hengky juga ikut tercenung. Dia melihat wajah Winda yang memerah dan berkaca-kaca. Matanya menyipit dan memancarkan sorot berbahaya. Awalnya Yuna tidak tahu bahwa Winda ada di sini. Melihat orang yang membuat Erik tertarik adalah Winda, mata Yuna langsung berbinar terang.

“Pak Hengky, dia boleh nggak?” tanya Erik yang masih belum merasakan keanehan. Dia menatap wajah dingin Winda dengan sorot memuja. Bibirnya tersenyum menggoda dan berkata, “Seharusnya perempuan itu bukan kekasih kamu juga, kan?”

Hengky menatap Winda dengan lekat. Ekspresinya terlihat sulit dijelaskan. Yuna dapat merasakan sebua aura bahaya yang akan datang. Dia bergegas mengulas tawa paksa dan berkata dengan nada cukup lantang, “Pak Erik memang suka bercanda, tentu saja dia bukan kekasihnya Hengky. Tapi dia juga merupakan salah satu artis dari kantor kamu.”

Yuna melayangkan sebuah kode dari matanya pada Erik yang membuat lelaki itu tersenyum lebar dan semakin senang. Dia melambaikan tangan ke arah Winda dan bertanya, “Bisa nyanyi, nggak? Coba nyanyi dan hidupkan suasana.”

Sedih, kecewa, terhina, dan berbagai perasaan kacau mulai memenuhi hati Winda. Dia hanya merasa seluruh tubuhnya menggigil ketika melihat wajah dingin Hengky. Dia menggigil karena hatinya dingin dan mati sudah mati. Detik itu, Winda sungguh curiga apakah pemandangan yang dia lihat sebelum hendak mati itu adalah nyata atau hanya halusinasinya saja?

Yuna yang melihat wajah Hengky semakin dingin mendadak merasa hatinya sedikit gusar. Setelah berpikir sejenak, dia memberanikan dirinya untuk melambaikan tangan pada Winda dan berkata sambil tersenyum, “Winda, kenapa masih diam saja? Sini, duduk di sini.”

Ketika mengatakan kalimat tersebut, Yuna sengaja menggeser duduknya ke arah Hengky dan mendorong lelaki itu hingga menyisakan tempat di antara dirinya dan juga Erik.

“Kamu ….” Hengky hendak mengatakan sesuatu, tetapi Winda sudah tidak berani untuk lanjut mendengarkannya lagi. Dia takut akan mendengarkan kalimat yang menyakiti hatinya dari mulut Hengky. Dia takut dirinya akan semakin benci dengan lelaki itu.

Oleh karena itu, tanpa menunggu Hengky selesai berbicara, dia melangkahkan kakinya ke hadapan lelaki itu. Kemudian mengambil gelas anggur yang ada di atas meja dan menyiramnya ke wajah Hengky.

Noda merah dari minuman tersebut mengotori ke semua wajah hingga baju Hengky. Sedangkan Yuna yang memang berada di dekat lelaki itu juga terkena percikan minuman itu.

“Winda, apa yang kamu lakukan?!” seru Yuna dengan terkejut. Dia bergegas bangkit dari duduknya dan mengambil tisu untuk mengusap noda minuman di wajah Hengky dengan lembut.

Baru saja tangannya terulur, Hengky sudah mencengkeramnya dengan erat. Sorot mata lelaki itu tampak mengerikan. Pandangan itu belum pernah dilihat oleh Yuna sebelumnya.

Sedangkan Winda menatap Hengky dengan mata memerah. Dia berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan lelaki itu. Akan tetapi, wajahnya sudah terlihat jelas.

“Hengky, kamu sama saja seperti lelaki yang lainnya. Aku benci denganmu!” ujar Winda sambil tersenyum sinis. Dia menatap Hengky sekilas kemudian berbalik untuk keluar dari sana. Dia melangkah cepat tanpa menoleh lagi ke belakang.

“Garang! Aku suka,” ujar Erik sambil memandangi punggung Winda. Erik mengangkat minumannya dan mengarahkannya ke arah Hengky sambil terkekeh dan berkata, “Aku suka perempuan tadi, terima kasih, Pak Hengky. Urusan kerja sama kita lanjut di lain waktu lagi, aku ada urusan lain untuk saat ini.”

Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, Erik langsung meneguk minumannya hingga tandas tanpa menunggu jawaban Hengky. Dengan tidak sabar dia bangkit dan berlari keluar. Melihat itu membuat Yuna mengulas senyum puas. Dia sangat tidak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti. Asalkan Erik sudah menyentuh Winda, maka perempuan itu tidak memiliki hak untuk bersaing dengannya lagi.

“Hengky, wajahmu penuh noda wine. Aku-“

Ucapannya terpotong karena Hengky yang mendorong Yuna dengan wajah dingin sambil bangkit berdiri. Yuna yang diperlakukan seperti itu tampak terkejut dan buru-buru menangkap lengan lelaki itu sambil bertanya dengan panik,

“Kamu lagi khawatirin Winda? Pak Erik bukan orang jahat, dia nggak akan ada apa-apa.”

 

Bab terkait

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 22

    “Lepaskan!” ujar Hengky dengan dingin. Matanya tampak berkilau bengis hingga membuat orang lain merinding. Yuna seperti tersambar petir, tetapi dia tetap tidak melepas pegangannya di tangan Hengky.“Hengky, kalau kamu pergi sekarang, Pak Erik hanya akan beranggapan kamu sedang mempermainkan dia. Nanti kerjasamanya akan … kalau nggak aku saja yang pergi. Aku-““Minggir!”Hengky menoleh ke arah Yuna dan memandangnya tajam. Mata gelapnya tampak begitu menyeramkan dan menakutkan. Seluruh tubuh Yuna bergetar hebat karena sorot mata dingin milik Hengky. Dia melepaskan tangannya tanpa sadar kemudian mundur satu langkah.Dengan cepat Hengky melangkah keluar dan dalam satu kedipan mata, sebuah tangan terulur dan menutup jalan Hengky.“Pak Hengky mau ke mana begitu buru-buru sekali?” tanya Martin. Mata cantiknya tampak menyipit karena senyuman di bibirnya.“Minggir!” sentak Hengky dengan dingin.Martin menyunggingkan senyuman lebar. Sorot matanya mengarah ke tubuh Yuna yang tidak jauh dari sana

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 23

    Detik itu juga, tiba-tiba pintu kamar ditendang hingga terbuka. Gerakan Erik berhenti dan ketika dia menoleh ke belakang, sebuah bogeman menghantam wajahnya.“Aaahh!”Erik merintih sambil memegang wajahnya dan jatuh tersungkur ke samping Winda. Darah segar mengalir deras dari hidungnya. Winda membuka matanya dan sebelum dia sempat melihat dengan jelas orang tersebut, dia sudah dibawa masuk dalam pelukan yang hangat.“Kak Winda, tunggu aku di luar,” kata pemuda itu dengan suara serak.Martin melepaskan Winda dan mendorong perempuan itu keluar. Setelah itu terdengar suara Erik yang merintih kesakitan dan kalimat-kalimat makian. Ketika Hengky datang, dia melihat pemandangan tersebut.Di bawah cahaya temaram, terlihat kedua mata Winda yang memerah dan setengah wajahnya membengkak. Sudut bibirnya terdapat noda darah yang belum mengering. Perempuan itu terlihat sangat menyedihkan sekali. Hatinya seperti dihantam oleh sesuatu dengan begitu kuat. Hengky mengepalkan telapak tangannya dan matany

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 24

    Yuna membelalakkan matanya karena tebakannya tadi langsung mendapat jawabannya. Dia meremas tangannya dengan perasaan tidak rela dan juga iri.Sebelum dia menjadi ratu artis nomor satu dan kerap dihina dan direndahkan oleh orang-orang, Hengky yang membantunya dan melindunginya. Sejak saat itu, Yuna sudah jatuh hati pada lelaki itu. Beberapa tahun ini dia selalu berusaha keras berjuang agar bisa layak bersanding dengan Hengky. Yuna ingin sekali menikah dengan lelaki itu dan menjadi istrinya.Akan tetapi Yuna tidak menyangka ternyata dia berusaha keras mendekati lelaki itu, ternyata Hengky justru sudah memiliki tambatan hati yang lainnya. Orang seperti Winda tidak cocok dan tidak pantas untuk lelaki itu! Yuna tidak rela!Hengky menyimpan ponselnya dan masuk ke ruangan tadi. Terlihat Erik yang baru merangkak bangkit. Dia menatap Hengky penuh emosi sambil mengeluarkan umpatan, “Kamu harus kasih aku penjelasan! Aku nggak akan melepa-“Bruk!Sebuah suara yang lumayan keras memotong ucapan Er

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 25

    Hengky menarik kembali pandangannya dan membuat Yuna menghela napas lega.“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan untuk kejadian malam ini.”Yuna menganggukkan kepala dengan ekspresi kaku. Perasaannya sungguh tidak rela dan tidak terima. Dulu ketika Hengky menolongnya, dia selalu mencari kesempatan untuk mendekati lelaki itu. Setelah itu, dia mendapati Hengky tidak memiliki pasangan di sebuah acara dan langsung berinisiatif mengajaknya berbicara.Akan tetapi Hengky selalu bersikap dingin dengannya dan selalu menjaga jarak padanya. Kalau bukan karena kepentingan bisnis yang mengharuskan Hengky membawa pasangan, Yuna juga tidak akan memiliki kesempatan mendekati lelaki itu.Karena Hengky sehingga Yuna bisa memiliki karir yang seperti hari ini di dunia entertain. Dia tidak akan mengizinkan siapa pun merebut semuanya!“Kamu pikirkan mau kompensasi apa untuk masalah malam ini. Setelah sudah terpikirkan, kamu telepon saya saja,” ujar Hengky dengan sikap formal.“Nanti saya akan minta orang an

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 26

    “Bu Winda, Pak Hengky titip pesan agar Ibu menunggu Bapak. Ibu belum boleh pergi,” kata Santo sambil menahan Winda. Wajahnya tampak serba salah dan tetap tidak membiarkan Winda pergi.“Pak Santo, tolong minggir,” pinta Winda dengan wajah lelah dan sedikit tidak sabar.  Sebenarnya Winda tahu pasti sebelum Santo mendapatkan perintah dari Hengky, lelaki itu tidak akan membiarkan dia pergi. Akan tetapi sekarang Winda sangat tidak ingin berada di tempat yang sama dengan Hengky, dia ingin sendirian untuk menenangkan diri dulu.Martin hanya menatap Santo dalam dengan sebelah tangan yang tersimpan di dalam sakunya. Dengan nada bicara mengancam, dia berkata, “Minggir! Kalau nggak, aku akan bersikap nggak sopan.”“Pak Martin, ini masalah keluarga Pak Hengky. Tolong jangan ikut campur,” kata Santo sambil mendorong kaca matanya yang berada di atas tulang hidung.“Bu Winda teman aku, urusan dia adalah urusan aku juga. Nggak ada yang bisa memaksanya kalau dia nggak ingin melakukan sesuatu,” sahut M

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 27

    Winda mencoba membuka pintu tetapi sudah dikunci. Dia menoleh ke arah Hengky dengan emosi memuncak dan mendelik sambil berkata, “Hengky, biarkan aku turun!”Hengky melipat kedua tangannya sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Dengan pandangan dingin dia menatap Winda sambil bertanya, “Kamu pikir aku mau melakukannya?”Dia tidak mungkin membiarkan lelaki lain membawa istrinya pergi dari hadapannya sendiri.“Hengky!” seru Winda dengan mata yang kembali memerah. Kenapa dulu dia tidak menyadari bahwa Hengky begitu keras kepala?Martin mengepalkan tangannya sambil menatap Santo penuh peringatan dan berkata, “Minggir! Kalau dia nggak mau ikut Hengky, aku nggak akan membiarkan kalian membawa dia pergi.”Santo menatapnya dengan pandangan aneh dan juga tidak mengerti sambil berkata, “Pak Martin, saya katakan sekali lagi kalau ini masalah keluarga. Nggak ada hubungannya dengan kamu! Tolong jangan ikut campur.”Dia melirik ke arah kepalan tangan Martin yang seketika membuat sorot mata lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 28

    “Tunggu sebentar,” ujar Yuna sambil menatap mobil Hengky yang sudah pergi. Setelah itu dia membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil.Martin menyandarkan tubuhnya pada mobil dengan sebatang rokok yang terselip di bibirnya. Mata indahnya tampak berbahaya di antara kepulan asap rokok. Yuna melangkah mendekat ke arah lelaki itu sambil menatap wajah tampan lelaki itu yang membuat hatinya semakin iri.Dulu dia dan Martin pernah bekerja sama. Lelaki itu merupakan orang yang pembangkang dan suka melakukan apa pun sesuka hati. Tidak ada yang tahu latar belakang lelaki itu hingga perusahaan juga tidak berani menyinggungnya.Semuanya pasti mengikuti kemampuan lelaki itu. Yuna tidak menyangka kalau lelaki itu akan bersikap begitu tertarik pada perempuan yang baru dikenalnya dalam satu hari. Kecuali Martin bukan hari pertama kenal dengan Winda.“Mereka sudah pergi,” kata Yuna sambil menyunggingkan seulas senyum bersahabat. Dia mencoba mencari tahu dan bertanya, “Sebenarnya aku sedikit penasaran,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 29

    Wajah Hengky berubah gelap. Dengan suara yang terdengar sarat akan emosi dia berkata, “Kamu nggak mau pergi sama aku, berarti mau sama Martin? Apa baiknya anak itu? Nggak ada yang tahu tujuan dia mendekati kamu!”“Apa hubungannya dengan Martin?” balas Winda dengan membelalakkan matanya. “Kenapa kamu bisa mencurigai orang lain sesuka hati?!”Mendadak Winda merasa Hengky pintar sekali menghubungkan cerita. Jelas-jelas tadi mereka membicarakan tentang lelaki itu dengan Yuna, kenapa Hengky bisa menghubungkannya pada Martin?Wajah Hengky terlihat kesal, sorot matanya ketika melihat Winda berubah menjadi dingin.“Kamu memang nggak seharusnya muncul di sana.”“Iya, aku memang nggak harus ke sana dan merusak rencana kamu! Benar, kan?” balas Winda dengan suara yang mulai serak dan mata memerah. Dengan napas naik turun dia berkata, “Aku memang nggak seharusnya mencari kamu.”Winda bukan orang yang cengeng. Tetapi ketika dihadapkan dengan masalah Hengky, dia tidak bisa menahan air matanya. Hengky

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 597

    Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 596

    Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 595

    “Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 594

    Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 593

    “Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 592

    “Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 591

    Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 590

    “Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 589

    Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a

DMCA.com Protection Status