Hengky diam sejenak dan tidak turun dari mobil. Sedangkan Santo berhenti di tepi jalan dan menoleh ke arah lelaki itu sembari berkata,“Pak Hengky nggak mau turun dan bujuk Ibu? Ibu baru sembuh, di luar juga masih hujan dan sangat bahaya.”Hengky hanya memandang punggung Winda yang menjauh dan dengan suara dingin berkata, “Jalan!”Santo tampak ragu, tetapi dia hanya bisa menghidupkan mobil dan melanjutkan perjalanannya. Winda tidak menyangka Hengky benar-benar membuangnya di tempat ini. Dia tercenung dan menghentakkan kakinya sambil berteriak, “Hengky, kamu ber*ngsek!”Angin dingin berhembus masuk ke dalam kerongkongannya dan membuatnya merasa perih. Dia memegang dadanya sambil terbatuk hebat. Sesaat kemudian, Winda menyapu pandangannya ke sekelilingnya yang dipenuhi pepohonan. Hanya ada jalan di tempatnya berdiri serta beberapa lampu jalanan yang tetap terlihat gelap.Detik itu juga mendadak Winda teringat kalau tas dan ponselnya masih tertinggal di dalam vila. Tiba-tiba dia menyesal
Melihat mobil yang semakin lama semakin mendekat dengan kecepatan yang begitu cepat mengarah padanya, Winda dibuat membatu di tempatnya hingga lupa untuk menghindar.Sorot dingin dan tajam mengarah pada perempuan itu hingga membuat Winda tanpa sadar menutup matanya sendiri. Suara nyaring klakson mobil menghampiri telinganya.“Santo, tabrak!”“Pak Hengky, jangan-”Hengky tidak berpikir banyak lagi, dia maju dan merebut piringan setir kemudian mengarahkan pada mobil yang hendak menabrak Winda. Mobilnya menghantam mobil tersebut dengan kecepatan cepat hingga mengeluarkan suara ledakan yang memekakkan telinga.Mobil yang hendak menabrak Winda berhasil dicegah oleh Hengky hingga bergeser ke arah tebing gunung. Roda ban mengeluarkan suara gesekan keras hingga terlempar sejauh sepuluh meter. Kejadian tersebut terjadi tidak sampai sepuluh detik. Ketika Winda tersadar, kedua mobil tersebut sudah mengeluarkan asap tebal. Suara sirine terus mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.Winda nyaris
Winda masuk ke dalam dan maju ke hadapan Hengky. Dari pencahayaan yang terbatas, dia melihat noda darah di kemeja lelaki itu. Kedua tangannya berubah dingin dan dia mencoba merasakan napas di bagian hidung lelaki itu. Saat merasakan napas lelaki itu masih ada, Winda menghela napas lega dan buru-buru mencari ponsel di tubuh lelaki itu.Dia menemukan ponsel Hengky di saku jasnya dan langsung menghubungi Willy dengan tangan bergetar. Darah segar yang memenuhi tangan perempuan itu yang bergetar sehingga nomor yang ditekan salah sebanyak beberapa kali.Winda melayangkan dua tamparan pada wajahnya dengan kesal hingga akhirnya sambungan telepon itu tersambung.“Halo.”“Willy, Hengky kecelakaan. Dia berdarah banyak sekali ….” Winda berkata dengan suara bergetar hebat. Terdengar nada ketakutan yang begitu hebat di suara perempuan itu.“Apa?” seru Willy terkejut. “Sekarang kalian ada di mana? Aku ke sana sekarang juga!”Winda mencoba menahan rasa takutnya dan memberi tahu alamat posisi keberadaa
Winda tampak ragu sesaat kemudian dengan cepat memutuskan untuk pergi dari sana. Tiba-tiba suara lemah seorang lelaki terdengar dari belakangnya.“To-tolong aku ….”Langkah kaki Winda terhenti dan dia berbalik melihat pria paruh baya tersebut. Dia tampak dengan susah payah mengangkat wajahnya yang dipenuhi noda darah. Bahkan bola matanya juga terdapat noda darah dan menatapnya penuh akan sorot memohon dan minta tolong.Melihat Winda yang berbalik ke arahnya membuat lelaki itu tampak mendapatkan harapan. Dia mengangkat tangannya dan berkata, “Aku mohon tarik aku keluar.”Di waktu yang bersamaan, bensin yang mengalir keluar semakin lama semakin banyak. Aroma tersebut semakin menusuk hidung Winda. Mereka tahu kalau mobil itu akan meledak sewaktu-waktu.Winda tahu kalau tidak akan sempat baginya untuk menolong orang. Apalagi orang itu nyaris menabraknya karena menyetir dalam keadaan mabuk. Dia tidak mungkin mengorbankan dirinya sendiri demi lelaki itu.Detik itu juga dia membuat keputusan
Napas Hengky naik turun dan dengan suara tajam berkata, “Siapa yang memintamu mendekati mobil? Kamu … kamu tahu itu sangat berbahaya?!”“Aku tahu,” jawab Winda dengan suara isakan. Dia memeluk pinggang Hengky dengan erat dan dengan terisak berkata, “Hengky, kamu harus bertahan. Aku sudah telepon Willy dan dia akan segera datang menolong kita.”Mendengar suara tangis Winda membuat Hengky mengelus wajah perempuan itu dan berkata dengan nada pasrah, “Winda, kamu memang merepotkan.”Wajah Winda pucat pasi. Kalimat itu sudah diucapkan oleh Hengky ketika di mobil, tetapi Winda menepisnya. Akan tetapi, sekarang dia menyadari kalau dirinya ternyata pembawa sial bagi Hengky. Semenjak lelaki itu bertemu dengannya, tidak pernah hal yang baik terjadi pada Hengky.Hengky dulu juga mati dalam kobaran api karena menolongnya, ternyata sekarang dia nyaris membunuh lelaki itu lagi.“Hengky, menurutmu aku ini pembawa sial atau bukan? Kenapa orang disekitarku pasti akan celaka? Mamaku dan kamu juga sial.”
Winda berinisiatif mengecupnya!Kecupan itu hanya sedetik dan Winda buru-buru menjauh. Wajahnya memerah ketika melihat Hengky yang menatapnya. Winda tidak pernah berpacaran sebelumnya dan setelah menikah dengan Hengky, hubungan mereka tetap dingin.Selain interaksi intim malam itu, dia tidak pernah ada interaksi apa pun lagi. Dia dan Jefri juga tidak pernah melakukan tindakan melenceng apa pun. Oleh karena itu, dalam hal perasaan, Winda bisa dibilang tidak memiliki pengalaman. Hanya sebuah kecupan saja sudah bisa membuat jantungnya berdegup cepat.“Kamu ….”“Aku bantu kamu naik, ya?”Mata hitam Hengku menatapnya dengan lekat dan secara tanpa sadar menjawab, “Iya.”Winda menyunggingkan seulas senyum. Ternyata apa yang ditulis di buku memang benar. Menghindari tolakan seorang lelaki adalah dengan sebuah ciuman. Awalnya Winda pikir cara seperti itu tidak akan berlaku pada diri Hengky yang dingin. Ternyata sama saja!Winda maju dan mengalungkan lengan lelaki itu di bahunya. Dengan usaha ku
Winda sedikit menyesal seusai mengatakannya. Dia takut dirinya akan mendengarkan kalimat yang tidak ingin ia dengar. Winda takut sekali Hengky tidak menginginkan dirinya lagi.Tanpa menunggu Hengky berjalan, dia berjalan ke arah Santo dan berkata, “Santo, keadaan tadi sangat bahaya sekali. Kenapa kamu bisa menabrak mobil lain demi menolongku? Kalau kalian terjadi sesuatu, aku nggak akan bisa memaafkan diriku sendiri selamanya!”Sekarang dia masih ketakutan jika dipikirkan lagi. Ketika dia menarik kedua lelaki itu keluar dari mobil, seluruh tubuh Winda bergetar hebat. Setiap dia memejamkan mata, selalu terbayang bayangan tubuh kedua lelaki itu penuh darah.Wajah Santo terlihat tegang ketika mendengar ucapan perempuan itu. Dia menatap Hengky secara otomatis. Santo hanya bisa melindungi Hengky agar tidak terluka, oleh karena itu dia tidak mendengarkan perintah majikannya itu. Hengky yang menggila ketika melihat mobil yang melaju ke arah Winda. Lelaki itu maju dan langsung merebut piringan
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Willy sambil melihat mobil yang sudah gosong.“Santo selalu stabil selama mengemudi dan nggak pernah terjadi kecelakaan. Kenapa kali ini bisa kecelakaan?”Winda mendekat dan berkata, “Mereka kecelakaan karena mau menolongku. Waktu itu ada mobil yang melaju ke arahku dengan cepat. Kalau bukan karena Santo yang menabrak mobil itu, kemungkinan sekarang aku sudah mati.”Wajah Willy berubah seketika. Dia melihat Winda dengan sebersit sorot marah dan juga dingin. Akan tetapi, di hadapan Hengky dia tidak bisa melampiaskannya.“Aku sudah lapor ke pihak berwajib, mungkin sebentar lagi akan tiba. Aku antar kalian untuk periksa dulu di rumah sakit.”Willy melirik ke arah anak buahnya yang ada di sampingnya. Anak buahnya itu buru-buru melihat keadaan mobil yang ditabrak oleh Santo tadi. Satu menit kemudian, dia berjalan kembali dan menggelengkan kepalanya sambil berkata,“Pak Willy, orangnya sudah terbakar dan sudah tewas.”Willy mengangguk dan berkata pada Hen