Share

Bab 19

Author: Matahariku
last update Last Updated: 2023-05-19 14:08:59
“Kenapa ada dia lagi?” gumam Yuna. Dia sengaja mendekatkan dirinya pada Hengky dan berbisik di samping telinga lelaki itu. Kemudian dia berjalan ke arah Winda.

Hengky hanya menatap punggung Yuna, tetapi dia tidak menghentikan perempuan itu.

“Bu Winda,” panggil Yuna. Wajahnya yang putih mulus menyunggingkan seulas senyum miring.

“Kebetulan sekali kita bertemu lagi.”

Teringat bahwa Yuna sudah mendekati suaminya, dalam hati Winda merasa kesal. Dengan suara dingin dia bertanya, “Ada urusan apa, Bu Yuna?”

Yuna juga merasakan sedikit rasa persaingan yang ditujukan Winda padanya. Dia memainkan rambutnya dan mengikuti arah pandangan Winda yang menatap Hengky sambil berkata, “Hengky memang lelaki sempurna, oleh karena itu aku mengerti akan ada banyak perempuan yang berusaha mendekatinya setiap hari,”

“Tapi dengan identitas yang dimiliki oleh Hengky, sudah pasti dia sering bertemu dengan perempuan dengan karakter berbagai jenis. Bagaimana mungkin dia bisa jatuh hati pada orang seperti itu? Benar bukan yang aku katakan, Bu Winda?”

Mata Winda memicing dan membalas, “Kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja secara langsung. Nggak perlu basa-basi.”

Mendengar ucapan Winda membuat sorot mata Yuna berubah dingin. Dia meluruskan punggungnya dan mengangkat dagunya angkuh sambil berkata, “Karena Bu Winda sudah berkata demikian, kalau gitu aku akan mengatakannya terus terang.”

“Aku ingin minta Bu Winda jaga sikap. Jangan kejar-kejar seorang lelaki dengan begitu tidak tahu malunya! Hengky sudah menunjukkan sikap dia nggak mau bertemu dengan kamu ketika di depan gedung Sentosa tadi. Tapi ternyata kamu kejar ke sini! Benar-benar nggak tahu malu!”

Sorot mata Winda ikut berubah dingin. Dia menarik pandangannya dari sosok Hengky dan berpindah ke wajah Yuna. Winda memandangi perempuan itu dengan tatapan penuh penilaian.

“Aku mau bertanya, atas dasar apa Bu Yuna mengatakan kalimat tadi padaku? Apa status kamu? Apakah kamu kekasih Hengky?” tanya Winda dengan sinis.

Yuna dibuat tidak nyaman dengan tatapan perempuan di depannya ini. Akan tetapi, keberaniannya meningkat ketika beberapa saat lalu Hengky tidak menghalanginya. Dia mengangkat dagunya lagi dan memandang Winda lurus-lurus.

Dengan raut penuh kemenangan Yuna mengangguk dan menjawab, “Karena Bu Winda sudah tahu, jadi jangan mempermalukan diri sendiri lagi.”

Mendengarkan pengakuan dari Yuna membuat ekspresi Winda sedikit berubah. Sebersit rasa sesak dan perih membuncah di hati Winda. Rasanya seperti di pukul di tempat paling rapuh tersebut. Winda mengusap telapak tangannya dan membuang napas dengan pelan. Setelah itu dia memaksakan seulas senyum dan berkata,

“Bu Yuna nggak tahu, ya? Setahu aku, Hengky sudah menikah. Kamu yang dibilang kekasih ini ….” Winda menghentikan ucapannya sambil menyunggingkan senyuman miring. Dia melirik Yuna dengan pandangan merendahkan.

Wajah Yuna memucat seketika. Dia mencengkeram tas tangannya dengan erat. Ternyata gosip itu memang benar! Ternyata Hengky sudah menikah!

Karena berita tersebut selalu dianggap sebagai gosip dan belum pernah dikonfirmasi, Yuna masih merasa aman. Baginya berita mengenai status Hengky hanya sebuah gosip tidak penting saja. Belum ada orang yang melihat istri Hengky sebelumnya, sehingga kebenarannya belum bisa terjamin.

Namun ucapan Winda yang begitu penuh keyakinan menunjukkan bahwa berita tersebut memang sebuah fakta. Kedua mata Yuna memicing dan dengan nada dingin dia berkata, “Jangan-jangan Bu Yuna berpikir kalau aku percaya dengan gosip nggak jelas seperti itu, bukan?”

Kalau bukan karena buku nikah mereka disobek olehnya, rasanya Winda ingin sekali melempar buku nikahnya ke hadapan Yuna.  Melihat Winda yang berbicara sambil menunduk membuat Yuna merasa Winda hanya mendengarkan gosip-gosip yang tengah beredar saja. Dia menghela napas lega dalam hati.

Yuna melayangkan tatapan jengah pada Winda dan berkata, “Aku sarankan sebaiknya Bu Winda sadar diri dan tahu diri. Jangan harapkan sesuatu yang nggak sepantasnya dimiliki oleh diri sendiri.”

“Di sini bukan tempat yang bisa didatangi oleh sembarangan orang. Orang yang ada niat nggak baik nggak diperbolehkan masuk ke sini satu langkah pun! Daripada nanti timbul niat buruk lainnya,” ujar Yuna pada seorang perempuan petugas acara dengan nada tidak senang.

“Maaf Bu Yuna, saya akan segera bereskan!” jawab perempuan itu sambil mengucapkan permintaan maaf dengan santun. Kemudian ekspresi petugas tersebut berubah seketika saat menatap ke arah Winda.

“Ibu, dimohon untuk segera meninggalkan tempat ini! Kalau nggak, maka saya akan panggilkan petugas.”

Yuna menarik sudut bibirnya ke atas yang membentuk seulas senyum penuh kemenangan. Sorot matanya menatap Winda dengan angkuh dan berkata sambil terkekeh, “Bu Winda, sudah dengar belum? Mau tunggu sekuriti datang baru mau pergi?”

Petugas perempuan tadi mendekat dan dengan tegas berkata, “Silakan keluar!”

“Dia pasanganku, ada hak apa kamu minta dia pergi?”

Martin melangkah dengan cepat dan berdiri di depan Winda untuk menjadikan dirinya sebagai tameng. Senyuman di wajahnya lenyap dan matanya menyapu kedua perempuan di depannya itu dengan tajam. Dengan nada tidak senang dia berkata,

“Aku minta kalian untuk minta maaf dengan dia sekarang juga! Kalau nggak ….”

Petugas perempuan itu teringat sesuatu ketika melihat mata Martin. Dengan cepat dia menundukkan tubuhnya dan meminta maaf pada Winda, “Maaf, saya nggak tahu Ibu adalah pasangannya Pak Martin di acara ini. Saya minta maaf.”

Winda mendongak dan menatap Martin sekilas dan dalam hati dia mulai berpikir. Yuna juga tampak terkejut. Dia melihat ke arah Winda dan juga Martin secara bergantian. Dengan nada menggeram Yuna berkata, “Ini urusan aku dengan dia, untuk apa kamu ikut campur?!”

Seluruh tubuh Martin memancarkan aura dingin. Dengan datar dia menjawab, “Dia orang yang aku undang. Kalau kamu cari masalah dengan dia, berarti artinya kamu berhadapan denganku. Minta maaf dengan dia!”

Ucapan penuh penekanan lelaki itu membuat Yuna merasa tidak terima. “Martin, aku sarankan sebaiknya kamu buka matamu! Dia orang yang licik!”

Yuna menegakkan tubuhnya dan mendekat ke arah Winda. Dia berbisik di samping telinga Winda, “Aku lumayan kagum denganmu. Kamu bisa mendapatkan Martin dalam waktu yang begitu singkat. Tapi kamu nggak boleh terlalu serakah, kamu harus tahu kalau Hengky bukan orang yang bisa kamu gapai.”

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Yuna mendengus dan melangkah melewati Winda.

“Tunggu,” tahan Winda. Setelah itu dia kembali melanjutkan ucapannya, “Aku kembalikan kalimat tadi padamu. Hengky bukan orang yang bisa kamu gapai!”

Yuna tercengang kemudian dia mendengus dan membalas, “Kita lihat saja nanti!”

Baru saja dia membalikkan tubuhnya, sudah terdengar suara dingin Martin yang berkata, “Aku sudah minta kamu pergi?”

“Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?” tanya Yuna sambil memutar kembali tubuhnya. Keningnya tampak berlipat dan dia menatap Martin dengan sorot jengah.

“Minta maaf sama dia!” ujar Martin dengan suara sedikit meninggi. Nada bicara lelaki itu sukses membuat para tamu yang ada di dalam terkejut. Banyak yang menoleh ke arah mereka dengan sorot penasaran. Yuna mendelik ke arah Winda dengan penuh kebencian, dia tidak rela menundukkan kepalanya demi perempuan itu.

Suasana di sekitar mereka berubah menjadi menegangkan. Terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah mereka. Detik selanjutnya suara dingin milik Hengky muncul dari balik kerumunan. “Apa yang terjadi?”

Mata gelap lelaki itu tertuju pada sosok Winda. Sebersit emosi tampak timbul di kedua mata lelaki itu. Yuna menghela napas lega ketika mendengar suara milik Hengky. Dia maju sambil tersenyum dan memeluk lengan Hengky sambil berkata dengan lembut,

“Aku dan Bu Winda ada sedikit kesalahpahaman, bukan masalah besar. Tapi pasangannya Bu Winda sepertinya marah sekali, jadi-“

“Iya kah?” potong Hengky dengan suara semakin dingin. Mata hitam gelapnya menatap Winda dengan dalam dan lekat. Ternyata Winda hebat sekali membuat rencana. Perempuan itu enggan menemaninya hadir ke acara publik, tetapi dia bersedia datang dengan lelaki yang dikenalnya tidak sampai 24 jam.

Winda semakin bisa menantang titik kesabarannya!

 

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 20

    Yuna merasa suasana di sekitarnya semakin lama semakin sesak. Dia mendongak dan menatap Hengky. Detik selanjutnya Yuna merasakan bahwa lelaki itu sedang emosi. Dalam hatinya juga ikut merasa sedikit terkejut.Hengky bukan seorang lelaki yang bersedia menunjukkan emosinya. Dalam bayangan Yuna, Hengky merupakan orang yang dingin, anggun serta misterius. Dia tidak pernah melihat sosok Hengky yang seperti sekarang ini.Detik itu juga Yuna menyadari bahwa keanehan sikap Hengky hari ini bukan karena dirinya, melainkan karena perempuan yang bernama Winda ini. Apa hubungan di antara mereka berdua?“Pak Hengky,” sapa Martin sambil maju mendekat sekalian menyembunyikan Winda di balik punggungnya. Dengan suara tenang dia kembali berkata,“Bu Yuna yang bicara nggak sopan dengan Kak Winda. Saya hanya minta dia minta maaf saja. Seharusnya nggak keterlaluan, kan?”Kak Winda?Hengky menyapu pandangannya ke arah Winda dengan perlahan. Sudut bibirnya terangkat hingga membentuk seulas senyum dingin sambi

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 21

    Erik melirik Hengky sekilas, kemudian dengan suara pelan dan menggoda dia berkata, “Aku ada vila di samping pantai. Bu Yuna bisa datang kapan pun kalau bersedia.”Kode yang begitu jelas tentu saja dapat dimengerti dan ditangkap oleh Yuna. Dia menarik napas dalam-dalam dan menarik tangannya dengan kuat. Kemudian dia tersenyum dan berkata, “Maaf, aku ke toilet sebentar.”Hengky mendengar itu dana melirik Yuna sekilas. Detik itu juga dia langsung mengerti akan sesuatu. Hengky mengangguk dan membuat Yuna menghela napas lega. Dia bangkit berdiri dan bergegas pergi.Wajah Erik tampak menggelap. Dengan cepat dia menahan lengan Yuna sambil tersenyum pada Hengky dan berkata, “Pak Hengky, aku nggak dihargai sama sekali, mau bicara bisnis apa lagi?”Setelah itu Erik menarik Yuna secara paksa untuk kembali duduk. Dia mengambil kotak rokok di atas meja dan menariknya keluar. Kemudian dengan perlahan dia menghidupkannya dan menjepitnya di antara dua bibirnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 22

    “Lepaskan!” ujar Hengky dengan dingin. Matanya tampak berkilau bengis hingga membuat orang lain merinding. Yuna seperti tersambar petir, tetapi dia tetap tidak melepas pegangannya di tangan Hengky.“Hengky, kalau kamu pergi sekarang, Pak Erik hanya akan beranggapan kamu sedang mempermainkan dia. Nanti kerjasamanya akan … kalau nggak aku saja yang pergi. Aku-““Minggir!”Hengky menoleh ke arah Yuna dan memandangnya tajam. Mata gelapnya tampak begitu menyeramkan dan menakutkan. Seluruh tubuh Yuna bergetar hebat karena sorot mata dingin milik Hengky. Dia melepaskan tangannya tanpa sadar kemudian mundur satu langkah.Dengan cepat Hengky melangkah keluar dan dalam satu kedipan mata, sebuah tangan terulur dan menutup jalan Hengky.“Pak Hengky mau ke mana begitu buru-buru sekali?” tanya Martin. Mata cantiknya tampak menyipit karena senyuman di bibirnya.“Minggir!” sentak Hengky dengan dingin.Martin menyunggingkan senyuman lebar. Sorot matanya mengarah ke tubuh Yuna yang tidak jauh dari sana

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 23

    Detik itu juga, tiba-tiba pintu kamar ditendang hingga terbuka. Gerakan Erik berhenti dan ketika dia menoleh ke belakang, sebuah bogeman menghantam wajahnya.“Aaahh!”Erik merintih sambil memegang wajahnya dan jatuh tersungkur ke samping Winda. Darah segar mengalir deras dari hidungnya. Winda membuka matanya dan sebelum dia sempat melihat dengan jelas orang tersebut, dia sudah dibawa masuk dalam pelukan yang hangat.“Kak Winda, tunggu aku di luar,” kata pemuda itu dengan suara serak.Martin melepaskan Winda dan mendorong perempuan itu keluar. Setelah itu terdengar suara Erik yang merintih kesakitan dan kalimat-kalimat makian. Ketika Hengky datang, dia melihat pemandangan tersebut.Di bawah cahaya temaram, terlihat kedua mata Winda yang memerah dan setengah wajahnya membengkak. Sudut bibirnya terdapat noda darah yang belum mengering. Perempuan itu terlihat sangat menyedihkan sekali. Hatinya seperti dihantam oleh sesuatu dengan begitu kuat. Hengky mengepalkan telapak tangannya dan matany

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 24

    Yuna membelalakkan matanya karena tebakannya tadi langsung mendapat jawabannya. Dia meremas tangannya dengan perasaan tidak rela dan juga iri.Sebelum dia menjadi ratu artis nomor satu dan kerap dihina dan direndahkan oleh orang-orang, Hengky yang membantunya dan melindunginya. Sejak saat itu, Yuna sudah jatuh hati pada lelaki itu. Beberapa tahun ini dia selalu berusaha keras berjuang agar bisa layak bersanding dengan Hengky. Yuna ingin sekali menikah dengan lelaki itu dan menjadi istrinya.Akan tetapi Yuna tidak menyangka ternyata dia berusaha keras mendekati lelaki itu, ternyata Hengky justru sudah memiliki tambatan hati yang lainnya. Orang seperti Winda tidak cocok dan tidak pantas untuk lelaki itu! Yuna tidak rela!Hengky menyimpan ponselnya dan masuk ke ruangan tadi. Terlihat Erik yang baru merangkak bangkit. Dia menatap Hengky penuh emosi sambil mengeluarkan umpatan, “Kamu harus kasih aku penjelasan! Aku nggak akan melepa-“Bruk!Sebuah suara yang lumayan keras memotong ucapan Er

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 25

    Hengky menarik kembali pandangannya dan membuat Yuna menghela napas lega.“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan untuk kejadian malam ini.”Yuna menganggukkan kepala dengan ekspresi kaku. Perasaannya sungguh tidak rela dan tidak terima. Dulu ketika Hengky menolongnya, dia selalu mencari kesempatan untuk mendekati lelaki itu. Setelah itu, dia mendapati Hengky tidak memiliki pasangan di sebuah acara dan langsung berinisiatif mengajaknya berbicara.Akan tetapi Hengky selalu bersikap dingin dengannya dan selalu menjaga jarak padanya. Kalau bukan karena kepentingan bisnis yang mengharuskan Hengky membawa pasangan, Yuna juga tidak akan memiliki kesempatan mendekati lelaki itu.Karena Hengky sehingga Yuna bisa memiliki karir yang seperti hari ini di dunia entertain. Dia tidak akan mengizinkan siapa pun merebut semuanya!“Kamu pikirkan mau kompensasi apa untuk masalah malam ini. Setelah sudah terpikirkan, kamu telepon saya saja,” ujar Hengky dengan sikap formal.“Nanti saya akan minta orang an

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 26

    “Bu Winda, Pak Hengky titip pesan agar Ibu menunggu Bapak. Ibu belum boleh pergi,” kata Santo sambil menahan Winda. Wajahnya tampak serba salah dan tetap tidak membiarkan Winda pergi.“Pak Santo, tolong minggir,” pinta Winda dengan wajah lelah dan sedikit tidak sabar.  Sebenarnya Winda tahu pasti sebelum Santo mendapatkan perintah dari Hengky, lelaki itu tidak akan membiarkan dia pergi. Akan tetapi sekarang Winda sangat tidak ingin berada di tempat yang sama dengan Hengky, dia ingin sendirian untuk menenangkan diri dulu.Martin hanya menatap Santo dalam dengan sebelah tangan yang tersimpan di dalam sakunya. Dengan nada bicara mengancam, dia berkata, “Minggir! Kalau nggak, aku akan bersikap nggak sopan.”“Pak Martin, ini masalah keluarga Pak Hengky. Tolong jangan ikut campur,” kata Santo sambil mendorong kaca matanya yang berada di atas tulang hidung.“Bu Winda teman aku, urusan dia adalah urusan aku juga. Nggak ada yang bisa memaksanya kalau dia nggak ingin melakukan sesuatu,” sahut M

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 27

    Winda mencoba membuka pintu tetapi sudah dikunci. Dia menoleh ke arah Hengky dengan emosi memuncak dan mendelik sambil berkata, “Hengky, biarkan aku turun!”Hengky melipat kedua tangannya sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Dengan pandangan dingin dia menatap Winda sambil bertanya, “Kamu pikir aku mau melakukannya?”Dia tidak mungkin membiarkan lelaki lain membawa istrinya pergi dari hadapannya sendiri.“Hengky!” seru Winda dengan mata yang kembali memerah. Kenapa dulu dia tidak menyadari bahwa Hengky begitu keras kepala?Martin mengepalkan tangannya sambil menatap Santo penuh peringatan dan berkata, “Minggir! Kalau dia nggak mau ikut Hengky, aku nggak akan membiarkan kalian membawa dia pergi.”Santo menatapnya dengan pandangan aneh dan juga tidak mengerti sambil berkata, “Pak Martin, saya katakan sekali lagi kalau ini masalah keluarga. Nggak ada hubungannya dengan kamu! Tolong jangan ikut campur.”Dia melirik ke arah kepalan tangan Martin yang seketika membuat sorot mata lelaki

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 597

    Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 596

    Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 595

    “Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 594

    Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 593

    “Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 592

    “Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 591

    Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 590

    “Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,

  • Perjalanan Waktu Nona Pewaris   Bab 589

    Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a

DMCA.com Protection Status