Setelah lampu jalanan mulai menyala dan senja berganti malam, barulah Winda membalikkan badannya dan turun ke bawah. Ketika melewati bangsal tempat Hengky dirawat, dia berhenti sejenak di depan pintu untuk waktu yang cukup lama, tapi tidak mengetuk pintu ataupun masuk ke dalam.Winda langsung pulang ke rumah setelah dia meninggalkan rumah sakit. Sesampainya di kamar, dia langsung berbaring di ranjang. Baik jiwa maupun raganya terasa sangat terkuras. Hampir saja Winda tertidur, tapi dia langsung tersadar kembali ketika Bi Citra mengetuk pintu untuk menanyakan apa yang ingin Winda makan malam itu. Dia pun bangun dan mengatakan pada Bi Citra kalau dia sedang tidak nafsu makan, lalu menutup kembali pintunya dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya, yakni sebuah kotak cincin yang beludru biru dan sebuah bingkai foto kaca.Winda membuka laci dan mengeluarkan foto mereka berdua saat masih kecil. Bercak darah yang ada di foto tersebut sudah mengering, hanya menyisakan bekas-bekas yang tersisa di p
Tidak salah lagi, itu adalah suaranya Yuna.Winda pun menarik napas panjang. Tangan kirinya memegang erat rantang makanan yang dia bawa dari rumah, dan tangan kanannya mendorong pelan pintu yang sudah sedikit terbuka. Melalui celah sempit itu, Winda melihat Yuna sedang duduk membelakanginya. Sosok Hengky tertutup setengah oleh tubuh Yuna, tapi masih jelas terlihat mereka saling memegang tangan satu sama lain, dan gerakan mereka pun terlihat begitu intim. Dengan sekuat tenaga Winda menggenggam rantang dan menggertakkan giginya untuk menahan amarah serta kekecewaan yang mulai mencuat di hati. Dia tidak mau menerobos ke dalam dan menangkap basah suaminya berselingkuh seperti ibu-ibu sewot.Yuna menggenggam tangan Hengky dan menempelkan di wajahnya seolah tidak menyadari kehadiran Winda, lalu dia berkata, “Hengky, aku tahu kamu mau cerai sama Winda dan pacaran sama aku, tapi kamu nggak boleh mempertaruhkan keselamatan sendiri supaya dia mau tanda tangan. Kalau sampai kamu kenapa-napa, aku
Setelah Luna puas menyaksikan penderitaan Winda, dia pergi ke bangsal tempat Hengky dirawat. Ketika baru saja masuk ke dalam, dia mendengar suara Hengky yang bertanya, “Kenapa kamu ada di sini?”Melalui celah pintu, Luna melihat Hengky sedang mencengkeram pergelangan tangan Yuna. Yuna juga kaget tidak menyangka Hengky tiba-tiba tersadar. Kekuatan cengkeraman Hengky begitu besar sampai Yuna meneteskan keringat dingin.“Aku dengar Pak Hengky kecelakaan, makanya aku datang menjenguk,” kata Yuna. Sembari berbicara, Yuna buru-buru mengambil ponsel yang dia taruh di tepi ranjang dan mematikan layar selagi Hengky masih belum menyadarinya.Kecelakaan mobil ini cukup berpengaruh padanya. Kemarin malam ketika Winda sedang tidak ada di rumah sakit, kepala Hengky terasa sangat sakit. Dia meminta Willy memberikan pereda nyeri agar bisa tidur, dan ketika terbangun kembali, dia sudah melihat Yuna berada di hadapannya sambil memegang tangannya. Tiba-tiba Hengky teringat dengan suara nyaring yang membu
Hengky menarik tangan Yuna hingga tubuhnya oleng ke depan dan bertanya dengan nada sinis, “Tadi kamu ngapain selagi aku tidur?”“Pak Hengky ngapain? Sakit ….”Hengky menghempaskan tangan Yuna, lalu memakai sandal dan keluar dari kamarnya. Suasana di lorong rumah sakit kosong melompong, tidak ada tanda-tanda Winda datang sedikit pun. Lalu dia menengok ke bawah, melihat rantang sup yang biasa Winda bawa untunya sudah tergeletak di lantai. Beberapa saat lalu Winda pasti datang kemari dan tak sengaja melihat atau mungkin mendengar apa yang Yuna katakan, makanya dia langsung pergi meninggalkan rantang makanannya.Hengky membanting pintu dan memelototi Yuna. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pundan tatapannya terlihat sangat mengerikan.“Aku tanya sekali lagi, tadi kamu ngapain? Mau kamu yang ngomong sendiri atau aku yang cari tahu, silakan pikir baik-baik.”Merasa hawa di sekitarnya mendadak dingin, Yuna paham betul bahwa Hengky sudah marah besar. Akan tetapi, bukankah itu berarti Wi
“Masa?” tanya Yuna curiga.“Tenang saja, aku nggak bakal bocorin apa yang terjadi hari ini,” kata Luna.“Memangnya kamu berani?” ledek Yuna. “Jangan lupa, ini ide kamu juga.”Di gedung kantor Star Kingdom kemarin, Luna menceritakan tentang kecelakaan mobil yang dialami oleh Hengky kepada Yuna. Awalnya Yuna pikir Luna sedang membodohinya, jadi Yuna membuktikannya sendiri, kemudian Luna berinisiatif memberikan ide padanya.Meski risikonya cukup besar, harus diakui ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mendesak Winda. Hanya saja ….“Kamu yakin habis ini Winda bakal cerai?” tanya Yuna.Winda sudah bersusah payah menjadi bagian dari keluarga besar Pranoto, apakah mungkin dia akan semudah itu melepaskannya? Apalagi, di zaman sekarang ini sudah jarang sekali ada pria seperti Hengky.“Yakin. Aku ngerti kayak apa sifatnya Winda. Dia itu sebenarnya orang yang harga dirinya tinggi. Kalau Hengky cuma sebatas nggak cinta sama dia, dia mungkin masih tetap bertahan. Tapi kalau Hengky juga selingk
Yuna melemparkan kartu nama itu ke dalam tasnya. Laman perekam suara langsung muncul begitu Yuna membuka ponselnya. Dia menekan tombol putar dan terdengar suara Hengky berkata, “Nggak usah khawatir. Aku pasti bakal jadiin kamu istriku yang sah.”Rekaman suara itu Yuna dapatkan dengan membayar harga yang sangat mahal, kemudian dia mendengarkannya berkali-kali. Kalau bukan orang yang sangat dekat dengan Hengky, tidak akan ada yang menyadari kalau itu suara orang lain. Andai Luna tidak memberi tahu bahwa hubungan Winda dengan Hengky kurang baik, Winda tidak akan menggunakan rekaman suara itu sebagai senjata. Namun jika dilihat dari reaksi Winda tadi, sepertinya dia percaya kalau itu suaranya Hengky.Berikutnya, giliran “dia” yang beraksi ….Ketika Willy sedang melakukan pemeriksaan keliling, seorang petugas kebersihan sedang sibuk membersihkan tumpahan sup yang ada di depan pintu. Willy melihat Hengky sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon.“Bi Citra, Winda sudahpulang?”“Belum
“Maksudmu, Yuna bisa tahu kamu kecelakaan mobil dan masuk rumah sakit karena Luna yang memberitahunya?” Willy mengangkat alisnya dan berkata, “Tapi, apa gunanya untuk Luna?”“Selidiki saja. Kita akan tahu nanti,” ujar Hengky, menyipitkan matanya dengan dingin.“Oke, kalau begitu aku akan menyuruh orang untuk melanjutkan penyelidikan.” Willy langsung setuju. “Tapi, hal mengenai Yuna ini, bukannya kamu seharusnya menjelaskannya padanya?”“Dia nggak mau menjawab teleponku.”Willy tertawa terbahak-bahak, mengangkat tangannya dan menepuk pundak Hengky, lalu berkata dengan nada mengejek, “Jangan bilang dia block kamu?”Hengky menyipitkan mata hitamnya, menoleh dan menatap Willy dengan dingin. Willy langsung sadar dia salah ngomong dan menarik tangannya.“Kamu coba telepon dia.”“Aku?” Willy menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Namun, karena dia merasa tertekan ditatap dingin begitu oleh Hengky, dia cepat-cepat mengeluarkan ponselnya dan menelepon Winda.“Nomor yang Anda tuju sedang tidak
Hengky diam saja, teringat akan sikap James terhadap Winda barusan. Ekspresi di wajahnya muram dan masam.Willy melihat raut muka Hengky dan mendengus pelan, “Apa menurutmu sikap James terhadap Winda lebih buruk daripada sikapnya pada anak haramnya Luna?”Hengky mengatakan “iya” yang muram.Willy berkata, “Siapa yang nggak tahu bahwa James lebih memilih anak haramnya itu? Kalau nggak menikah denganmu, Winda mungkin nggak akan berarti apa-apa di mata James sekarang.”“Tapi, menurutku Clara dan putrinya itu sangat hebat, bisa membuat James nurut dan patuh pada mereka. Kalau nggak, dulu waktu mama kandung Winda baru nggak lama meninggal, mana mungkin James berani menahan makian dan tekanan dari keluarga Hanjaya dan membawa kedua orang ini pulang ke rumah? Pria itu nggak peduli dan langsung menikahi Clara, selingkuhannya.” Kata-kata Willy sangat menghina dan merendahkan.“Contohnya, janji pernikahanmu dengan Winda. James awalnya nggak tahu malu dan ingin menjodohkanmu dengan Luna. Untungny