Hengky menarik tangan Yuna hingga tubuhnya oleng ke depan dan bertanya dengan nada sinis, “Tadi kamu ngapain selagi aku tidur?”“Pak Hengky ngapain? Sakit ….”Hengky menghempaskan tangan Yuna, lalu memakai sandal dan keluar dari kamarnya. Suasana di lorong rumah sakit kosong melompong, tidak ada tanda-tanda Winda datang sedikit pun. Lalu dia menengok ke bawah, melihat rantang sup yang biasa Winda bawa untunya sudah tergeletak di lantai. Beberapa saat lalu Winda pasti datang kemari dan tak sengaja melihat atau mungkin mendengar apa yang Yuna katakan, makanya dia langsung pergi meninggalkan rantang makanannya.Hengky membanting pintu dan memelototi Yuna. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pundan tatapannya terlihat sangat mengerikan.“Aku tanya sekali lagi, tadi kamu ngapain? Mau kamu yang ngomong sendiri atau aku yang cari tahu, silakan pikir baik-baik.”Merasa hawa di sekitarnya mendadak dingin, Yuna paham betul bahwa Hengky sudah marah besar. Akan tetapi, bukankah itu berarti Wi
“Masa?” tanya Yuna curiga.“Tenang saja, aku nggak bakal bocorin apa yang terjadi hari ini,” kata Luna.“Memangnya kamu berani?” ledek Yuna. “Jangan lupa, ini ide kamu juga.”Di gedung kantor Star Kingdom kemarin, Luna menceritakan tentang kecelakaan mobil yang dialami oleh Hengky kepada Yuna. Awalnya Yuna pikir Luna sedang membodohinya, jadi Yuna membuktikannya sendiri, kemudian Luna berinisiatif memberikan ide padanya.Meski risikonya cukup besar, harus diakui ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mendesak Winda. Hanya saja ….“Kamu yakin habis ini Winda bakal cerai?” tanya Yuna.Winda sudah bersusah payah menjadi bagian dari keluarga besar Pranoto, apakah mungkin dia akan semudah itu melepaskannya? Apalagi, di zaman sekarang ini sudah jarang sekali ada pria seperti Hengky.“Yakin. Aku ngerti kayak apa sifatnya Winda. Dia itu sebenarnya orang yang harga dirinya tinggi. Kalau Hengky cuma sebatas nggak cinta sama dia, dia mungkin masih tetap bertahan. Tapi kalau Hengky juga selingk
Yuna melemparkan kartu nama itu ke dalam tasnya. Laman perekam suara langsung muncul begitu Yuna membuka ponselnya. Dia menekan tombol putar dan terdengar suara Hengky berkata, “Nggak usah khawatir. Aku pasti bakal jadiin kamu istriku yang sah.”Rekaman suara itu Yuna dapatkan dengan membayar harga yang sangat mahal, kemudian dia mendengarkannya berkali-kali. Kalau bukan orang yang sangat dekat dengan Hengky, tidak akan ada yang menyadari kalau itu suara orang lain. Andai Luna tidak memberi tahu bahwa hubungan Winda dengan Hengky kurang baik, Winda tidak akan menggunakan rekaman suara itu sebagai senjata. Namun jika dilihat dari reaksi Winda tadi, sepertinya dia percaya kalau itu suaranya Hengky.Berikutnya, giliran “dia” yang beraksi ….Ketika Willy sedang melakukan pemeriksaan keliling, seorang petugas kebersihan sedang sibuk membersihkan tumpahan sup yang ada di depan pintu. Willy melihat Hengky sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon.“Bi Citra, Winda sudahpulang?”“Belum
“Maksudmu, Yuna bisa tahu kamu kecelakaan mobil dan masuk rumah sakit karena Luna yang memberitahunya?” Willy mengangkat alisnya dan berkata, “Tapi, apa gunanya untuk Luna?”“Selidiki saja. Kita akan tahu nanti,” ujar Hengky, menyipitkan matanya dengan dingin.“Oke, kalau begitu aku akan menyuruh orang untuk melanjutkan penyelidikan.” Willy langsung setuju. “Tapi, hal mengenai Yuna ini, bukannya kamu seharusnya menjelaskannya padanya?”“Dia nggak mau menjawab teleponku.”Willy tertawa terbahak-bahak, mengangkat tangannya dan menepuk pundak Hengky, lalu berkata dengan nada mengejek, “Jangan bilang dia block kamu?”Hengky menyipitkan mata hitamnya, menoleh dan menatap Willy dengan dingin. Willy langsung sadar dia salah ngomong dan menarik tangannya.“Kamu coba telepon dia.”“Aku?” Willy menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. Namun, karena dia merasa tertekan ditatap dingin begitu oleh Hengky, dia cepat-cepat mengeluarkan ponselnya dan menelepon Winda.“Nomor yang Anda tuju sedang tidak
Hengky diam saja, teringat akan sikap James terhadap Winda barusan. Ekspresi di wajahnya muram dan masam.Willy melihat raut muka Hengky dan mendengus pelan, “Apa menurutmu sikap James terhadap Winda lebih buruk daripada sikapnya pada anak haramnya Luna?”Hengky mengatakan “iya” yang muram.Willy berkata, “Siapa yang nggak tahu bahwa James lebih memilih anak haramnya itu? Kalau nggak menikah denganmu, Winda mungkin nggak akan berarti apa-apa di mata James sekarang.”“Tapi, menurutku Clara dan putrinya itu sangat hebat, bisa membuat James nurut dan patuh pada mereka. Kalau nggak, dulu waktu mama kandung Winda baru nggak lama meninggal, mana mungkin James berani menahan makian dan tekanan dari keluarga Hanjaya dan membawa kedua orang ini pulang ke rumah? Pria itu nggak peduli dan langsung menikahi Clara, selingkuhannya.” Kata-kata Willy sangat menghina dan merendahkan.“Contohnya, janji pernikahanmu dengan Winda. James awalnya nggak tahu malu dan ingin menjodohkanmu dengan Luna. Untungny
“Aku sebenarnya juga sudah pernah mati sekali. Itu semua salahku, karena aku buta dulu. Aku nggak tahu sifat asli Clara dan putrinya, makanya bisa diperlakukan seperti itu oleh mereka.” Sambil mengungkit hal itu, Winda berkata lagi dengan rasa bersalah dan sedih, “Maafkan aku, Ma.”Winda tidak tahu tentang hubungan Clara dan James dulu, dan karena dia masih kecil saat itu, hubungannya dengan Clara dan Luna tidak terlalu buruk. Dia bahkan sangat percaya pada adiknya itu. Namun, setelah Luna berusaha membunuhnya, dia akhirnya mulai mengetahui banyak hal.Salah satunya adalah tentang kematian ibunya.Ibunya sempat menelepon ayahnya untuk meminta bantuan sebelum meninggal, tetapi ayahnya tidak menjawab telepon karena sedang berselingkuh dengan Clara. Akhirnya, seorang pejalan kaki memanggil ambulans dan membawa ibunya ke rumah sakit, tetapi sudah terlambat.Winda bahkan tidak berani membayangkan betapa putus asa ibunya ketika tidak bisa menghubungi suaminya.Namun, dia tidak tahu apa-apa d
Kalau Hengky memberitahunya secara langsung bahwa dia menyukai Yuna dan memintanya untuk bercerai untuk menyerahkan posisinya sebagai istri pada wanita itu, dia tidak akan merasa sedih dan malu seperti sekarang.Kalau dia tidak mendengar suara Hengky, dia bahkan tidak akan percaya bahwa Hengky adalah orang seperti itu. Namun, kenyataannya memang seperti ini. Dia tidak boleh bermimpi.Winda tersenyum menertawai diri sendiri, mengangkat tangannya untuk menyeka air matanya, lalu berkata, “Ma, aku nggak mau ngomongin hal-hal yang nggak menyenangkan seperti ini lagi, deh. Aku sebenarnya baik-baik saja, Mama nggak perlu mengkhawatirkanku.”Dia bangkit dari tanah dan membungkuk dalam-dalam ke arah batu nisan itu. “Aku mau pulang dulu, Ma. Sampai jumpa lagi.”Setelah mengatakan itu, Winda berbalik badan dan meninggalkan kuburan.Halcyon Cemetary cukup jauh dari perkotaan. Ketika Hengky sampai ke sana, waktu sudah menunjukkan pukul jam tiga kurang.Dia memarkir mobil dan berjalan kaki ke pemaka
Pada saat ini, di rumah sakit.Santo melihat pesan yang tiba-tiba muncul dan buru-buru melapor ke Hengky.“Pak Hengky, ponsel Bu Winda sudah dihidupkan. Lokasi yang ditunjukkan berada di Backsea Street. Selain itu, rekening banknya juga baru melakukan pembayaran 400 juta, mungkin ….”Sebelum Santo selesai berbicara, Hengky berdiri dan memerintahkan, “Kirimi aku lokasinya. Aku akan ke sana sekarang.”Hengky mengambil jaketnya dari rak dan memakainya, mengambil ponsel serta kunci mobilnya, dan langsung hendak pergi.“Pak Hengky, aku akan ikut dengan Bapak.” Santo cepat-cepat meletakkan komputernya dan berdiri.Hengky berpikir selama dua detik, mengangguk, dan melemparkan kunci pada asistennya itu, dan keduanya pun meninggalkan rumah sakit bersama.Lampu-lampu di Backsea Street dihidupkan dengan terang benderang pada malam hari. Suara musik keras diiringi suara ombak. Lambat laun, semakin banyak orang datang ke sini.Winda setengah bersandar di kursi, meletakkan gelasnya ke samping, dan l