“Karena kamu sudah memilih untuk berbohong padaku, sebaiknya kamu berbohong padaku seumur hidupmu!”Usai berkata, Hengky melepaskan pinggang Winda, lalu meraih pergelangan tangan perempuan itu. Kemudian, dia berkata, “Sudah waktunya pulang ke rumah Kakek.”Winda awalnya masih mencerna perkataan Hengky barusan. Namun, begitu dia mendengar Hengky berkata akan kembali ke rumah sang kakek, wajahnya tiba-tiba memucat.Setelah susah payah, akhirnya Winda bisa mengubah pandangan sang nenek terhadapnya. Keesokan harinya, dia sudah masuk ke pencarian terpopuler dengan pria lain.Hengky tertawa sinis ketika melihat keraguan dan kekhawatiran Winda. Dia pun menyindir, “Kamu masih punya waktu dua jam. Pikirkan baik-baik bagaimana menjelaskannya, Bu Winda.”Winda menggigit bibirnya. Dia bahkan tidak sempat mengatakan kalau dia tidak ingin kembali ke rumah itu. Namun, Hengky sudah menariknya ke bawah dan membawanya masuk ke dalam mobil.Begitu masuk ke dalam mobil, Hengky sedang membungkuk untuk memb
Winda mengerutkan kening, lalu mengirim pesan ke Samuel untuk menanyakan situasinya. Samuel membalasnya dengan cepat, hanya dengan satu kata, “Segera.”Winda melihat pesan itu sebentar. Tepat ketika hendak membalas, dia melihat Hengky sedang memperhatikannya. Setelah berpikir sejenak, dia tidak jadi membalas pesan Samuel. Dia langsung mematikan ponselnya dan melemparkannya ke dalam tas.Hengky mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Mereka tiba di rumah keluarga Atmaja dalam waktu kurang dari setengah jam.Begitu Winda masuk ke rumah, sebuah gelas dilempar ke arahnya. Hengky yang berada di belakangnya segera mengulurkan tangan untuk menarik Winda dan memeluknya, sehingga gelas itu tidak mengenai kepala Winda. Gelas itu melewati bahu Hengky, lalu jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping.James meletakkan tangan kiri di pinggang, lalu mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah Winda dan hendak mulai memarahi Winda. Namun, begitu melihat kedua mata Hengky yang dingin, suaranya t
Winda menundukkan kepala dan tertawa sinis. Bagaimana mungkin ayahnya mencintai ibunya? Kalau ayahnya benar-benar mencintai ibunya, bagaimana mungkin ayahnya berselingkuh dengan perempuan lain ketika ibunya sedang hamil, bahkan sampai punya anak haram, siapa lagi kalau bukan Luna.Belum lama ibunya meninggal, ayahnya sudah tidak sabar untuk menjemput selingkuhan dan anak haramnya kembali ke rumah. Bagaimana Winda bisa menanyakan pertanyaan konyol seperti itu?Winda menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri. Kemudian, dia menatap James dan berkata dengan sinis, “Mamaku sudah meninggal bertahun-tahun. Sekarang kamu juga nggak perlu pura-pura peduli padanya. Orang yang nggak tahu akan mengira kamu sangat sayang pada mendiang istrimu. Nggak perlu buat aku jijik ....”Plak!Tamparan keras mendarat di wajah Winda. Tangan James gemetaran, amarah bergejolak di dalam matanya, “A-apa yang kamu katakan ....”Winda mengangkat tangan untuk menyeka darah dari sudut mulutnya. Dia menatap James d
“Kamu ingin goda suamiku?”Luna tidak menjawab.“Kamu pantas?”“Aku ....”Luna baru mengucapkan satu kata, Winda pun mengangkat tangannya tanpa ragu-ragu dan menampar Luna dengan keras.“Kamu pantas dapatkan tamparan ini!” Winda berkata dengan dingin, “Selama masih ada aku, kamu dan mamamu jangan harap bisa menginjakkan kaki di rumah ini lagi.”Wajah Luna yang putih membengkak dengan cepat. Tangan yang tergantung di kedua sisi tubuhnya perlahan mengepal. Bahkan kukunya sampai menancap di telapak tangannya. Dia seolah-olah tidak merasakan sakit, hanya bisa merasakan kebencian yang terus meluap di dalam hatinya.Selama bertahun-tahun, sekeras apa pun Luna berusaha, dia tidak pernah bisa menghilangkan statusnya sebagai anak haram. Padahal dia juga putri James. Mengapa statusnya lebih rendah? Mengapa Hengky bukan miliknya?!Luna sangat membenci Winda. Alangkah baiknya kalau Winda bisa menghilang dari muka bumi ini. Asalkan Winda menghilang, maka segalanya akan menjadi miliknya.Winda seaka
Kaki Hengky berhenti sejenak. Dia melepaskan tangan Winda, lalu berkata dengan nada ringan, “Nggak perlu.”Seketika, mata Winda memancarkan kesedihan yang dia rasakan. Kehangatan di telapak tangannya berangsur-angsur menghilang. Dia mengerutkan bibirnya. Tepat ketika Hengky hendak pergi membuka pintu mobil, Winda melemparkan dirinya ke dalam pelukan pria itu.Tubuh Hengky spontan membeku. Dia mengerutkan kening dan mengulurkan tangan untuk mendorong Winda menjauh darinya. Namun, dia tiba-tiba suara tangisan Winda terdengar di telinganya, “Biarkan aku peluk sebentar, oke?”Suara Winda sangat pelan dan serak, penuh dengan kelelahan dan kesedihan. Suaranya juga sedikit bergetar dan tercekat.Gerakan tangan Hengky yang hendak mendorong Winda berhenti. Pada akhirnya, dia memegang tengkuk Winda dan memeluknya dengan erat.Winda memeluk erat pinggang Hengky dengan kedua tangannya. Dia membenamkan wajahnya di dada pria itu dan mencium aroma dingin unik di tubuh pria itu. Sesaat kemudian, dia b
Winda tahu Sekar sedang tersulut emosi, jadi dia memilih menundukkan kepala dan tetap diam.Akan tetapi, wajah Hengky justru menjadi muram ketika melihat Winda diam saja. Dia menoleh dan berkata pada Sekar, “Dia dan Martin pergi menemui Yanwar untuk urusan pekerjaan. Aku tahu hal ini. Aku saja nggak peduli, kenapa Nenek dan Tante yang emosi?”Keterkejutan melintas di mata Winda ketika mendengar Hengky berbohong kepada Sekar untuk membela dirinya. Dia menatap pria bertubuh tinggi di sampingnya. Perasaan hangat pelan-pelan mengalir ke dalam hatinya.Winda berpikir sejenak, lalu dia berkata kepada Sekar dengan hormat, “Nenek, maafkan aku.”Sekar awalnya ingin menegur Winda. Namun, sikap Winda membuat semua kata-kata itu tercekat. Sekar tiba-tiba merasa serba salah, mau menegur salah, tidak menegur juga salah.Begitu melihat Sekar terdiam, Dita takut Sekar akan melepaskan Winda begitu saja. Jadi dia segera berkata, “Kamu kira hanya dengan minta maaf, semua masalah langsung selesai? Kamu ta
Karena luka di kakinya belum sembuh, Winda hanya membersihkan diri sebentar. Selesai berbenah, waktu sudah menunjukkan pukul satu.Winda tidak tahu apakah karena Hengky tidak berada di sampingnya, tiba-tiba dia jadi tidak bisa tidur. Suasana di dalam kamar begitu sunyi, tapi pikirannya sangat kacau.Winda telah mematikan lampu. Dia menatap langit-langit kamar yang gelap, lalu menutup matanya. Namun sesaat kemudian, dia membuka matanya lagi. Dia terus berguling-guling di atas tempat tidur, tetap saja tidak bisa tidur.Oleh karena itu, dia pun menyalakan lampu meja dan duduk. Kemudian, dia mengambil ponselnya dan melihat, baru pukul 1:40. Di saat seperti ini, Hengky seharusnya sudah tertidur sejak tadi.Winda menghela napas panjang. Tepat ketika dia hendak mematikan ponselnya, tiba-tiba dia melihat pesan teks yang belum dibaca. Jadi dia pun membuka pesan itu.Pesan itu dari Samuel, hanya tiga kata, semua sudah beres.Mata Winda seketika berbinar. Dia cepat-cepat membuka aplikasi Instagra
Roma membaca pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak keluarga Purnawa. Sorot matanya menjadi dingin. Dia melemparkan ponselnya ke kursi sebelahnya dengan kesal lalu menyalakan mobil.Setelah menyalakan mesin mobil, Roma menginjak pedal gas sepenuhnya. Mobilnya pun melaju dengan cepat, menerobos lima atau enam kali lampu merah tanpa henti.Roma terus mengebut ugal-ugalan di sepanjang jalan, tanpa ada niat untuk berhenti. Sesekali ada mobil yang lewat di jalan yang sama. Begitu melihat kecepatan mobil Roma yang seperti sudah tidak sayang nyawanya lagi, mereka ketakutan dan segera memutar setir untuk menyingkir ke pinggir.Roma sama sekali tidak memiliki keraguan. Seandainya bukan karena sudah malam, tidak banyak mobil atau pejalan kaki di jalan, pasti sudah terjadi kecelakaan akibat kecepatan mobilnya itu.Sesampainya di rumah, Roma memarkir mobilnya di dalam garasi. Baru saja berjalan ke depan pintu rumahnya, dia melihat Yuna berdiri di depan pintu. Seketika Roma tersenyum sinis.“Peremp