Setelah mengatakan itu, Hengky berdiri dan hendak pergi.Winda cepat-cepat meraih lengan pria itu. Suaranya masih lirih seperti belum sepenuhnya terjaga. “Mau kemana?”Hengky berkata dengan tenang, “Kembali ke kamar tamu.”Tentu saja Winda tidak bisa membiarkan Hengky pergi begitu saja. Dia menggenggam lengan pria itu dengan lebih erat dan berkata dengan manja, “Tidur saja di sini, oke?”Ada antisipasi yang besar dalam nada bicaranya.Awalnya, Hengky ingin menolak, tapi entah kenapa bayangan Winda yang mendorongnya menjauh dan melindunginya tanpa ragu ketika pot bunga itu jatuh terlintas di benaknya. Kata-kata penolakan itu pun berubah menjadi “oke”.Winda tampak kaget mendengar Hengky setuju untuk tinggal. Dia melepaskan lengan Hengky dan bergeser masuk ke dalam untuk memberikan ruang agar Hengky bisa tidur.Hengky mengulurkan tangan dan menyalakan lampu malam, melepas jasnya, berbalik badan dan masuk ke kamar mandi.Beberapa saat kemudian, terdengar suara air di kamar mandi.Winda se
Janji sudah dibuat, jadi tentu saja Winda tidak bisa mengganti hari. Jadi, dia hanya bisa berkata, “Jangan khawatir, aku sudah jauh lebih baik sekarang.”Bi Citra masih sedikit khawatir, tapi melihat sikap Winda yang tegas, dia juga tidak bisa berkata apa-apa.Selesai sarapan, ketika Winda turun sambil menjinjing tasnya, Ethan menelepon.Dia berbicara sebentar di telepon, lalu mengambil kunci mobil dan bersiap untuk keluar.Melihat Winda hendak menyetir sendiri, Bi Citra segera menghentikannya. “Bu, mau kemana? Biar sopir yang mengantar saja, ya? Kaki Ibu belum sembuh, bahaya kalau menyetir mobil.”Winda menunduk dan melirik kakinya yang masih bengkak. Menurutnya, perkataan Bi Citra masuk akal juga. Jadi, dia menyetujuinya.Bi Citra segera memanggil sopir, menyerahkan kunci mobil pada pria itu, lalu pergi ke kantor Star Kingdom Entertainment.Supaya tidak dilihat orang, Winda meminta sopirnya untuk menyetir mobilnya ke basement. Melihat tidak ada seorang pun di basement, dia pun memaka
“Menurutku, kita pasti akan saling memahami apabila bekerja sama, dan pasti akan menjadi populer. Aku nggak suka dengan orang-orang yang dipilih oleh perusahaan sekarang, dan kemampuan piano mereka bahkan nggak sebaik Kak Winda. Aku benar-benar nggak ingin mengikuti keinginan mereka.”Martin terdengar sangat kecewa dan menyayangkan hal itu. Tatapannya yang semula cerah berubah menjadi muram.Winda sudah belajar piano bertahun-tahun, jadi dia tahu kemampuannya seperti apa. Namun, bagaimanapun juga, mereka hanya syuting MV, jadi dia merasa tidak ada hubungannya dengan kemampuan bermain piano yang baik atau tidak. Sebenarnya, diganti orang lain juga tidak masalah. Dia juga tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya mengira Martin orangnya perfeksionis, jadi tidak ingin orangnya diganti.“Aku benar-benar minta maaf. Aku nggak bisa menyetujui hal ini.” Winda terlihat sedikit menyayangkannya. Dia menunjukkan bekas luka di telapak tangannya kepada Martin dan berkata, “Mungkin butuh waktu lama unt
Winda menoleh untuk menatap pria itu dan berkata, “Terima kasih.”Lalu, dia menarik tangannya dan melangkah ke samping.Melihat Winda yang sengaja menjauhkan diri, Martin menyipitkan matanya dan mengambil barang yang dibawanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu berkata dengan datar, “Kakimu terluka, jadi sebaiknya kamu berhati-hati.”Winda agak kaget, tak menyangka Martin akan memperhatikan dengan begitu detail. Padahal, cedera di kakinya sudah jauh lebih baik sekarang. Kalau dia berjalan pelan-pelan dan orang-orang tidak memperhatikan, tidak akan ada yang tahu.Martin memalingkan pandangannya dan berkata dengan lembut, “Ayo.”Winda mengangguk dan mengikuti pria itu masuk ke dalam vila.Setelah berjalan cukup jauh, Winda sadar bahwa Martin sudah sangat familiar dengan tempat itu. Pria itu tidak perlu dibimbing masuk lagi, sudah bersikap seperti pemilik vila itu.Dia tidak bisa menahan perasaan aneh di hatinya. Dia bertanya, “Apa kamu sering datang ke sini?”Martin, yang berjalan
Yanwar mengulurkan tangan untuk mengambil kotak makan sambil menatap Martin dengan tatapan sedikit peringatan. Martin menarik kedua ujung bibirnya, dengan sedikit sarkasme di matanya.Winda sama sekali tidak menyadari suasana aneh di antara keduanya. Yanwar cepat-cepat menenangkan emosinya, lalu tersenyum pada Winda dan berkata, “Ayo duduk.”“Baik.” Winda tersenyum dan mengangguk.Yanwar membawa keduanya ke gazebo terdekat. Begitu mereka duduk, pelayan datang dan menyajikan teh untuk mereka. Setelah mereka saling bertukar sapa dan berbasa-basi sebentar, akhirnya mereka mulai membicarakan tentang MV.“Beberapa waktu lalu aku mengalami kecelakaan. Sampai sekarang tanganku masih dalam tahap pemulihan. Aku mungkin benar-benar akan mengecewakan niat baik Pak Yanwar.”Winda mengira Yanwar yang merekomendasikannya kepada Martin. Oleh karena itu, dia merasa tidak enak hati.Setelah mendengar perkataan Winda, Yanwar terlihat sedikit gugup. Dia pun bertanya dengan cemas, “Kecelakaan? Apa yang te
“Ng-nggak.” Martin berkata dengan sungguh-sungguh, “Aku nggak pernah berpikir seperti itu. Martin, ada beberapa hal yang nggak seperti yang kamu pikirkan.”Martin tertawa sinis, “Kamu sendiri percaya dengan kata-kata ini?”Martin duduk kembali dan menatap Yanwar dengan sinis, “Dulu, demi menyelamatkan Hanjaya Group yang menghadapi kebangkrutan, Sinta mencampakkan kamu dan menikah dengan James, pewaris Atmaja Group, salah satu dari empat perusahaan terbesar di Kota Jenela. Tapi kamu malah jadikan dia sebagai wanita pujaan yang nggak pernah bisa kamu dapatkan. Sekalipun dia sudah menikah, cintamu padanya sama sekali nggak pernah goyah.”“Sekarang dia sudah meninggal bertahun-tahun. Kamu masih belum bisa lupakan dia. Kamu bahkan ekspresikan perasaanmu melalui lagu. Hahaha ....” Raut wajah Martin penuh prasangka, “Kalau begitu aku ingin tanya padamu, apa artinya mamaku bagimu? Apa artinya aku bagimu, Pa?!”Yanwar menatap wajah Martin, lalu berkata tanpa daya, “Martin, masalahnya bukan ....
Usai berkata, Martin meninggalkan Yanwar sendirian di sana dan berjalan menuju rumah kaca. Yanwar duduk lemas di bangku. Sesaat kemudian, dia menutupi wajahnya dengan tangan dan perlahan menundukkan kepalanya.Sementara itu, Winda sedang bersandar di rak bunga sambil melihat partitur musik. Begitu mendengar suara langkah kaki, dia berbalik dan melihat Martin datang. Dia pun langsung menutup partitur musik di tangannya.“Kak Winda, Pak Yanwar suruh aku datang untuk tanya padamu bagaimana kalau siang ini kita makan di sini.”Martin berjalan mendekat sambil tersenyum. Ekspresi wajahnya kembali ke ekspresi cerah seperti biasanya. Benar-benar seperti dua orang yang berbeda dengan pria galak tadi.Winda tidak tahu apa yang baru saja terjadi di antara Martin dan Yanwar. Dia memperhatikan pria itu sejenak, tapi tidak melihat ada yang aneh di wajah Martin.“Oke,” kata Winda. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya tetap bertanya, “Kamu dan Pak Yanwar ....”Martin tertegun sejenak, tapi dia sege
Begitu mendengar perkataan Julia, kelopak mata Winda langsung berkedut. Perasaan tidak enak di hatinya menjadi semakin kuat.Winda berkata pada Martin lalu dia membawa ponselnya dan berjalan beberapa langkah ke samping. Sebelum dia mendengar Julia bicara, ponsel Martin juga berdering.Winda melirik pria itu sebentar tanpa memedulikannya. Dia pun bertanya pada Julia, “Kak Julia, ada apa?”“Sekarang kamu lagi bareng Martin?” tanya Julia dengan serius.Winda spontan kaget dan menjawab, “Kok kamu tahu?”“Kalian berdua difoto paparazzi dan masuk pencarian terpopuler. Sekarang perusahaan berusaha keras untuk redam berita ini. Tapi kami nggak tahu siapa dalangnya. Masalah ini menyebar terlalu cepat.”Jantung Winda seketika berdetak kencang. Tanpa sadar, dia pun teringat dengan Martin. Dia melihat ke arah Martin berada. Pria itu sedang menundukkan kepala. Winda tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Namun entah mengapa, Winda merasa masalah ini ada hubungannya dengan Martin.Tidak banyak