Usai berkata, Martin meninggalkan Yanwar sendirian di sana dan berjalan menuju rumah kaca. Yanwar duduk lemas di bangku. Sesaat kemudian, dia menutupi wajahnya dengan tangan dan perlahan menundukkan kepalanya.Sementara itu, Winda sedang bersandar di rak bunga sambil melihat partitur musik. Begitu mendengar suara langkah kaki, dia berbalik dan melihat Martin datang. Dia pun langsung menutup partitur musik di tangannya.“Kak Winda, Pak Yanwar suruh aku datang untuk tanya padamu bagaimana kalau siang ini kita makan di sini.”Martin berjalan mendekat sambil tersenyum. Ekspresi wajahnya kembali ke ekspresi cerah seperti biasanya. Benar-benar seperti dua orang yang berbeda dengan pria galak tadi.Winda tidak tahu apa yang baru saja terjadi di antara Martin dan Yanwar. Dia memperhatikan pria itu sejenak, tapi tidak melihat ada yang aneh di wajah Martin.“Oke,” kata Winda. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya tetap bertanya, “Kamu dan Pak Yanwar ....”Martin tertegun sejenak, tapi dia sege
Begitu mendengar perkataan Julia, kelopak mata Winda langsung berkedut. Perasaan tidak enak di hatinya menjadi semakin kuat.Winda berkata pada Martin lalu dia membawa ponselnya dan berjalan beberapa langkah ke samping. Sebelum dia mendengar Julia bicara, ponsel Martin juga berdering.Winda melirik pria itu sebentar tanpa memedulikannya. Dia pun bertanya pada Julia, “Kak Julia, ada apa?”“Sekarang kamu lagi bareng Martin?” tanya Julia dengan serius.Winda spontan kaget dan menjawab, “Kok kamu tahu?”“Kalian berdua difoto paparazzi dan masuk pencarian terpopuler. Sekarang perusahaan berusaha keras untuk redam berita ini. Tapi kami nggak tahu siapa dalangnya. Masalah ini menyebar terlalu cepat.”Jantung Winda seketika berdetak kencang. Tanpa sadar, dia pun teringat dengan Martin. Dia melihat ke arah Martin berada. Pria itu sedang menundukkan kepala. Winda tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Namun entah mengapa, Winda merasa masalah ini ada hubungannya dengan Martin.Tidak banyak
“Bagaimana menurut Bu Winda?”Winda berpikir sejenak dan berkata, “Tentu saja aku ingin langsung klarifikasi. Tapi bagaimanapun, masalah ini libatkan dua perusahaan, bukan sesuatu yang bisa aku putuskan sendiri.”Winda dan Martin terlibat bersama dalam hal ini, bukan Winda sendiri yang memutuskan bagaimana menyelesaikannya.Ethan melirik Martin melalui kaca spion dan berkata, “Kalau sekarang langsung klarifikasi, takutnya juga nggak akan ada yang percaya. Lebih baik diredam dulu.”Setelah mendapati Ethan berkata seperti itu, Winda spontan mengerutkan keningnya sedikit. Dia tidak langsung mengatakan pendapatnya, hanya berkata ringan, “Kembali ke perusahaan dulu. Pak Ethan, tolong antar aku ke Star Kingdom.”Ethan sudah berada di industri ini selama bertahun-tahun. Bagaimana mungkin dia tidak paham dengan sikap Winda. Namun, dia juga tidak berkata apa-apa. Setelah mengantar Winda, dia dan Martin langsung pergi.Winda masuk dari lorong dalam dan langsung menuju ruangan Julia. Setelah memb
“Beritahu bagian humas, kerja sama dengan Pak Yanwar untuk klarifikasi. Setelah itu, terbitkan artikel klarifikasi.”“Baik.” Jenny segera pergi melaksanakan perintah.Winda menelepon Yanwar untuk mengucapkan terima kasih. Setengah jam kemudian, artikel klarifikasi telah diterbitkan. Semua berkat kerja sama Yanwar.Julia juga sudah berkomunikasi dengan pihak Golden Artemis. Pada saat yang sama, mereka meneruskan postingan klarifikasi itu dengan menggunakan akun Instagram Winda dan Martin.Yanwar sangat terkenal di dalam industri ini, hanya saja dia tidak ingin menonjolkan diri. Kemunculan Yanwar seketika menarik banyak perhatian.Namun, karena nilai komersial Yanwar rendah, setelah dia keluar untuk mengklarifikasi, masalah berangsur-angsur menjadi tenang, popularitas juga menurun.Winda akhirnya bisa menghela napas lega. Setelah pamit dengan Julia, dia pun pulang. Tepat ketika mobil Winda hendak masuk ke Lotus Residence, dia menerima pesan dari Julia.Winda membuka pesan suara pertama.
Winda tertawa sinis, “Aku katakan yang sebenarnya. Nggak peduli siapa orang itu, aku nggak akan lepaskan dia begitu saja!”Jika orang itu hanya menulis postingan tentang Winda, Winda bisa saja menutup sebelah mata. Namun, ibunya sudah terlibat dalam masalah ini. Dia tidak akan membiarkannya begitu saja.“Baiklah ....” Samuel berkata dengan nada tak berdaya, “Tapi aku nggak jamin bisa temukan apa pun.”“Hmm.”Winda menutup telepon, lalu melajukan mobilnya ke vila. Setelah itu, dia keluar dari mobil. Namun, begitu masuk ke dalam rumah, dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.Bi Citra langsung menghentikan pekerjaannya ketika melihat Winda datang. Dia pun mengingatkan dengan suara pelan, “Pak Hengky sudah pulang, lagi tunggu Bu Winda di atas. Nanti kalian bicara baik-baik, jangan bertengkar.”Pada detik itu juga Winda sadar dari amarahnya. Dia teringat dengan skandal antara dia dan Martin. Kemudian, dia bergegas ke lantai atas.Pintu kamar Winda terbuka. Begitu masuk, dia melihat Heng
“Aku istrimu, orang yang aku cintai adalah kamu. Sebenarnya kamu mengerti, nggak? Kamu ngomong seperti itu nggak hanya permalukan aku, tapi juga dirimu sendiri!”Rasa sakit hati terpancar di mata Winda. Dia menutup matanya sambil tersenyum getir. Jelas-jelas dia tahu kalau Hengky tidak bermaksud mengucapkan kata-kata itu. Tetap saja, kata-kata itu menusuk hatinya seperti duri yang tajam.Jika Yanwar tidak membantu Winda mengklarifikasi, mungkin Winda masih mengerti ketika Hengky mengucapkan kata-kata seperti itu. Sekarang di seluruh dunia maya tahu kalau dia dan Martin pergi menemui Yanwar demi urusan pekerjaan. Akan tetapi, sampai di mulut suaminya, hal ini menjadi begitu kotor dan memalukan.Winda tidak paham, sama sekali tidak bisa mengerti. Dia hanya merasa sedih dan kecewa. Dia menyeka air matanya, lalu menundukkan kepalanya dan hendak pergi untuk menenangkan diri.Baru berjalan selangkah, Hengky meraih pergelangan tangan Winda, lalu menarik Winda ke dalam pelukannya. Sebelum Wind
“Karena kamu sudah memilih untuk berbohong padaku, sebaiknya kamu berbohong padaku seumur hidupmu!”Usai berkata, Hengky melepaskan pinggang Winda, lalu meraih pergelangan tangan perempuan itu. Kemudian, dia berkata, “Sudah waktunya pulang ke rumah Kakek.”Winda awalnya masih mencerna perkataan Hengky barusan. Namun, begitu dia mendengar Hengky berkata akan kembali ke rumah sang kakek, wajahnya tiba-tiba memucat.Setelah susah payah, akhirnya Winda bisa mengubah pandangan sang nenek terhadapnya. Keesokan harinya, dia sudah masuk ke pencarian terpopuler dengan pria lain.Hengky tertawa sinis ketika melihat keraguan dan kekhawatiran Winda. Dia pun menyindir, “Kamu masih punya waktu dua jam. Pikirkan baik-baik bagaimana menjelaskannya, Bu Winda.”Winda menggigit bibirnya. Dia bahkan tidak sempat mengatakan kalau dia tidak ingin kembali ke rumah itu. Namun, Hengky sudah menariknya ke bawah dan membawanya masuk ke dalam mobil.Begitu masuk ke dalam mobil, Hengky sedang membungkuk untuk memb
Winda mengerutkan kening, lalu mengirim pesan ke Samuel untuk menanyakan situasinya. Samuel membalasnya dengan cepat, hanya dengan satu kata, “Segera.”Winda melihat pesan itu sebentar. Tepat ketika hendak membalas, dia melihat Hengky sedang memperhatikannya. Setelah berpikir sejenak, dia tidak jadi membalas pesan Samuel. Dia langsung mematikan ponselnya dan melemparkannya ke dalam tas.Hengky mengemudikan mobil dengan sangat cepat. Mereka tiba di rumah keluarga Atmaja dalam waktu kurang dari setengah jam.Begitu Winda masuk ke rumah, sebuah gelas dilempar ke arahnya. Hengky yang berada di belakangnya segera mengulurkan tangan untuk menarik Winda dan memeluknya, sehingga gelas itu tidak mengenai kepala Winda. Gelas itu melewati bahu Hengky, lalu jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping.James meletakkan tangan kiri di pinggang, lalu mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke arah Winda dan hendak mulai memarahi Winda. Namun, begitu melihat kedua mata Hengky yang dingin, suaranya t
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a