“Pak Roma sudah terkenal dengan mesumnya. Aku rasa Bu Winda pasti pernah dengar Rumor tentang dia.” Ziva menunduk dan tertawa pelan, lalu berkata dengan nada sarkastik, “Sebenarnya dari dulu Pak Roma sudah tertarik pada Yuna. Hanya saja, waktu itu Yuna adalah artis yang mendapat dukungan penuh dari Star Kingdom Entertainment. Dia sama sekali nggak perlu mengambil hati Pak Roma untuk mendapatkan tawaran. Makanya, masalah ini akhirnya jadi seperti ini.”“Kali ini Pak Roma menandatangani kontrak dengan Yuna, sebenarnya juga ada sedikit perasaan nggak terima. Pak Roma pasti akan melakukan apa pun untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Makanya ....”Sebenarnya, ada hal lain yang tidak Ziva katakan. Pada malam Yuna secara resmi menandatangani kontrak dengan Roma, Ziva yang berada di kamar mandi melihat Roma dan Yuna sedang ....Ini juga alasan mengapa Ziva ingin melarikan diri dari Roma. Dia tidak ingin dikendalikan oleh Roma lagi.Winda melihat ekspresi Ziva yang ingin mengatakan sesu
Ziva langsung berkata, “Aku janji itu nggak akan terjadi.”Winda berdiri dan berkata sambil tersenyum tipis, “Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku antar kamu keluar.”Akhir-akhir ini banyak media yang memperhatikan perusahaan. Kalau ada yang mengambil foto Ziva keluar dari sini, entah akan ada rumor apa lagi.Ziva mengangguk dan mengikuti Winda keluar dari gedung Star Kingdom Entertainment melalui jalan khusus.Setelah mengantar Ziva pergi, Winda langsung kembali ke gedung. Dia tidak melihat ada sebuah mobil yang mengikuti taksi Ziva.Di tengah jalan, Ziva mampir ke bank dulu. Dia mencairkan cek senilai dua miliar dan menyimpan uang itu di rekeningnya. Begitu dia keluar dari bank, seorang pria menghentikannya.Ziva melihat pria tampan di depannya, mata Ziva spontan menjadi waspada. Dia langsung menutupi tasnya dengan gugup dan mundur ke belakang.Ethan melihat ekspresi waspada di wajah Ziva. Kemudian, dia tersenyum lembut sambil mengeluarkan kartu nama dari dompetnya dan menyerahkanny
Begitu melihat mata Ziva terbelalak ketakutan, Ethan segera menjelaskan dengan sedikit panik, “Bu Ziva, jangan salah paham. Aku bukan orang jahat. Aku nggak ikuti kamu sepanjang waktu. Hari ini aku pergi ke Star Kingdom Entertainment untuk mengurus sesuatu, kebetulan aku lihat kamu keluar dari sana, makanya aku ikuti kamu.”“Ada apa kamu cari aku?”“Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Kamu mungkin nggak punya kesan apa pun terhadapku. Tapi aku punya kesan yang mendalam terhadapmu.” Ethan berhenti sejenak untuk melihat Ziva. Dia tertawa ringan ketika melihat sorot mata Ziva yang kebingungan, lalu berkata lagi, “Di pesta beberapa hari yang lalu, kamu bersama Pak Roma dari Verrou Entertainment. Kehormatan bagiku bisa bertemu dengan Bu Ziva satu kali. Tapi sebelumnya aku nggak pernah bertemu denganmu di industri ini. Kamu artis yang baru direkrut Verrou Entertainment, ya?”Ziva menganggukkan kepala. Belum sebulan dia bergabung dengan Verrou Entertainment. Selain pesta hari
Ziva tampak terkejut dan bergumam pelan, “Martin ....”Ziva belum pernah bertemu dengan pria itu, tapi Ziva sudah sering mendengar tentangnya. Martin memulai debutnya di usia 18 tahun, menjadi artis top di usia 20 tahun, sekarang dia hanya populer sebentar. Sekarang dia terkenal untuk sesaat. Terutama karena pria itu adalah pria yang memiliki skandal dengan Winda.“Aku nggak kenal dengan Pak Martin.” Ziva menatap Ethan dengan penuh ingin rasa tahu, seolah-olah dia ingin melihat sesuatu dari ekspresi pria itu. “Terlebih lagi, aku masih sadar diri. Katakan saja apa tujuan Pak Ethan.”Kedua orang itu berinisiatif mengulurkan tangan mereka kepada Ziva hanya karena mereka pernah bertemu Ziva satu kali di pesta. Dipikir berapa kali pun rasanya tidak dapat dipercaya.Ethan tampaknya tidak terkejut dengan reaksi Ziva. Dia sendiri juga tidak mengerti ketika Martin mengatakan hal ini padanya.Dilihat dari sisi manapun, tidak ada yang menonjol dari Ziva di antara banyak pendatang baru. Namun, men
Ethan mengambil kopi dari Jenny, lalu mengucapkan terima kasih dengan suara pelan. Dia meletakkan gelas kopi ke atas meja dan berkata, “Jadi begini, Bu Winda. Perusahaan sudah mempersiapkan rekaman untuk lagu baru Martin. Pak Jason suruh aku datang untuk lihat apakah luka di tangan Bu Winda sudah sembuh. Kapan Bu Winda bisa memulai pekerjaan rekaman ini?”Winda menunduk dan melihat telapak tangannya. Lukanya sudah membaik, tapi jahitannya masih belum dilepas. Mungkin butuh waktu lebih lama untuk sembuh total.Namun, jika hanya untuk syuting MV, lukanya saat ini tidak akan menjadi masalah besar. Masalahnya, Winda tidak ingin menerima pekerjaan ini. Kalau tidak, Winda tidak akan menyuruh Julia menggunakan luka ini sebagai alasan untuk menolak.“Pak Ethan, aku sudah berkomunikasi dengan Pak Martin tentang pembuatan MV. Aku mungkin nggak bisa ambil pekerjaan ini. Aku harap kalian cari orang lain saja.”Ethan spontan mengerutkan keningnya, “Apakah ada yang Bu Winda khawatirkan? Atau karena
Winda mengangguk sambil tersenyum.Bagaimanapun, Winda masih berutang budi pada Martin. Apalagi masalah ini ada hubungannya dengan Winda. Sekalipun Winda ingin menolak juga merasa tidak enak hati untuk mengatakannya.Ethan diam-diam menghela napas lega di dalam hati, lalu dia bertanya, “Kapan Bu Winda sempat? Biar aku bisa atur dengan Pak Yanwar dulu.”Winda berpikir sejenak lalu menjawab, “Akhir-akhir ini aku selalu sempat. Tergantung Pak Yanwar kapan bisa bertemu denganku? Kabari saja nanti.”Ethan berkata dengan gembira, “Oke, kalau sudah tentukan waktunya, aku akan hubungi Bu Winda.”“Maaf, jadi merepotkan Pak Ethan.”Setelah mengantar Ethan pergi, Winda menemui Julia untuk membicarakan hal tersebut. Julia tidak tahu kalau Yanwar adalah kenalan lama ibunya Winda. Julia hanya merasa Yanwar pergi ke sana karena reputasi Sinta. Oleh karena itu, Julia pun menyetujuinya tanpa pikir panjang.Setelah membicarakan hal itu, Winda juga tidak terburu-buru pulang. Dia mengobrol dengan Julia te
Yolanda langsung menyadari ada yang janggal dengan Winda. Dia pun bertanya dengan ragu-ragu, “Kenapa? Kamu dan Jefri bertengkar lagi?”Lebih dari sebulan yang lalu, Winda dan Jefri bertengkar. Saat itulah, Jefri benar-benar melukai harga diri Winda. Winda langsung bersumpah di depan mereka kalau Winda tidak akan pernah menemui Jefri lagi. Namun, tidak ada yang menganggapnya serius.Meskipun selama sebulan itu Winda memang bersikeras tidak menemui Jefri, di hari ulang tahun Jefri, Yolanda melihat foto pesta ulang tahun di status Whatsapp ada Winda di sana. Oleh karena itu, Yolanda mengira mereka telah berbaikan.Senyuman di bibir Winda sedikit memudar. Kemudian, dia berkata dengan tenang, “Nggak, aku sudah nggak ada hubungan apa pun lagi dengannya.”Yolanda baru saja minum air. Begitu dia mendengar hal itu, dia langsung menyemburkan air di mulutnya dan berkata dengan kaget, “Kamu serius?”“Tentu saja.” Winda tersenyum dan berkata, “Jefri punya kelebihan apa? Apakah dia seganteng suamiku
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar kamar. Winda tiba-tiba berhenti bicara dan mengangkat wajahnya lalu melihat ke arah pintu. Pada detik berikutnya, matanya bertemu dengan mata Hengky yang dingin.Winda spontan menelan kembali kata-kata yang tersisa. Dia juga mengabaikan suara Yolanda yang datang dari ujung lainnya, lalu berkata dengan cepat, “Besok aku pergi jemput kamu. Nanti kita ngobrol lagi. Dah.”Usai berkata, Winda langsung menutup telepon. Begitu dia melihat Hengky sedang menatap rancangan desain di tangannya, dia cepat-cepat membuka laci dan memasukkan kertas itu, lalu segera menutup laci.Setelah itu, senyum cerah merekah di wajah Winda. Dia pun menyapa Hengky dengan suara manis, “Sayang, kamu sudah pulang.”Jantung Winda berdebar sangat kencang. Dia merasa seperti tertangkap basah oleh Hengky dan rahasia kecilnya ketahuan. Hal itu menyebabkan Winda merasa sedikit bersalah dan tidak berani menatap langsung ke mata Hengky.Namun, Winda sama sekali tidak menyangka k
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a