Tidak sampai dua menit kemudian, Bi Citra membawa Willy naik ke kamar utama. Bi Citra tidak masuk, dia hanya membawa lelaki itu sampai di depan pintu saja. Dia mengetuk pintu dan berkata, “Pak, Pak Willy sudah datang.”Winda meletakkan sendoknya dan melirik ke arah luar. Pandangannya dengan Willy bertemu. Lelaki itu melambaikan tangan ke arahnya sambil berjalan masuk dan berkata, “Hengky bilang kamu sakit dan minta aku datang. Kamu kenapa?”“Kamu ….” Winda menoleh ke arah Hengky dan menatap lelaki itu. Hengky melayangkan lirikan penuh peringatan pada Willy sambil berkata, “Kata Bi Citra kamu demam seharian, kamu periksa dia.”Willy mengangkat alisnya dan menatap Winda sekilas. Selain pucat dan sedikit lemas, dia tidak terlihat ada apa-apa. Lelaki itu menarik Hengky agar menjauh dari Winda dan berbisik, “Kamu panggil aku hanya untuk hal kecil ini? kamu tahu malam ini aku ada kencan yang sangat penting?!”Hengky menatapnya datar dan dengan santai berkata, “Kalau sampai kakekmu tahu-”“Su
Hengky menatap Willy selama beberapa detik dengan ekspresi muram. Kemudian, dia membuka pintu kantor dan masuk tanpa berkata apa-apa.Willy ikut masuk ke dalam kantor lalu menutup pintu. Belum sempat dia duduk, Hengky sudah bertanya padanya, “Bagaimana dengan kondisi tubuhnya? Ada masalah apa, nggak?”“Nggak apa-apa, kok.” Willy menatapnya dengan heran dan berkata, “Demamnya sudah reda, biasa-biasa saja.”Setelah melihat ekspresi Hengky yang aneh, Willy mendengus dan berkata, “Masa, sih? Cuma demam saja sudah buat kamu begitu khawatir?”Hengky mengerutkan bibir tipisnya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Nggak, mungkin aku yang terlalu berprasangka.”Jelas-jelas waktu kembali dari rumah kakek, Winda masih baik-baik saja. Hari ini tiba-tiba dia demam ....Willy mengangkat alisnya dan tertawa pelan, lalu berkata, “Aku rasa kamu sudah jatuh ke tangannya.”Hengky mengerutkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun.“Kalau nggak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu,” kata Willy sambil tersenyum.“Sat
“Bagaimanapun, kalian harus lebih berhati-hati. Kalau orang itu masih belum menyerah lalu melakukan sesuatu yang ekstrim lagi ... kalian mungkin nggak akan seberuntung saat itu.”Untung saja mereka bertiga selamat dalam kecelakaan mobil saat itu. Kalau tidak, orang yang terbaring di kamar mayat sekarang pasti Hengky dan yang lainnya.Namun, luka yang dialami Hengky cukup serius. Agar Winda dan keluarganya tidak khawatir, Hengky berpura-pura kalau dirinya baik-baik saja. Dia pun memaksa diri untuk keluar dari rumah sakit.Setelah memikirkan hal ini, Willy pun merasa khawatir, “Minggu ini lebih baik kamu pergi ke rumah sakit saja untuk diperiksa. Aku takut kecelakaan waktu itu akan meninggalkan gejala sisa apa.”“Nggak usah,” tolak Hengky.Willy sudah menduga Hengky akan berkata seperti itu. Dia pun mengancam sambil tersenyum, “Kalau kamu nggak mau pergi, mau nggak mau aku harus telepon nenekmu.”Hengky spontan menatap Willy sambil mengerutkan kening. Beberapa detik kemudian, dia akhirny
Winda sudah bertindak sampai sejauh ini. Apakah Hengky masih tidak memercayai ketulusannya?Winda menghela napas panjang lalu memejamkan matanya. Perasaan lelah seketika menderanya. Walaupun hatinya sedang sangat kacau, entah karena efek obat atau bukan, Winda merasa semakin mengantuk. Tanpa sadar, perlahan-lahan dia pun tertidur.Hengky mandi seadanya dengan cepat. Dia bahkan tidak sempat mengeringkan rambutnya. Begitu selesai ganti baju, dia kembali ke kamar.Begitu masuk ke dalam kamar, Hengky melihat Winda yang mengenakan piyama tipis berbaring di atas selimut. Perempuan itu sudah tidur.Hengky spontan mengerutkan keningnya. Dia berjalan mendekat dengan pelan, lalu dia memindahkan Winda dengan gerakan yang sangat pelan. Setelah itu, dia menarik selimut di bawah tubuh Winda dan menutupi tubuh Winda dengan selimut itu.Winda tiba-tiba bergumam dalam tidurnya, lalu meraih tangan Hengky yang hendak pria itu tarik kembali. Kemudian, Winda mengusap wajahnya di tangan itu.“Hengky ....”H
“Sudah lebih dari setengah jam Pak Hengky pergi. Sebelum pergi Pak Hengky juga suruh Bibi buatkan sup untuk Bu Winda. Kalau soal Pak Hengky tidur di kamar atau nggak, Bibi nggak tahu, Bu.”Winda termenung sejenak. Dia mengangkat tangan dan menggosok alisnya, lalu berkata dengan nada datar, “Nggak apa-apa, aku tanya doang.”Winda benar-benar menjadi linglung. Bisa-bisanya dia menanyakan hal itu pada Bi Citra. Mana mungkin Bi Citra tahu.“Oh ya, sebelum Pak Hengky pergi, dia juga pesan agar Bu Winda istirahat dulu di rumah beberapa hari. Nggak usah khawatir soal pekerjaan.”Sudut bibir Winda seketika terangkat ketika dia mendengar perkataan itu. Dia tidak tahu kalau Hengky adalah bos sebenarnya Star Kingdom Entertainment. Selama ini dia mengira dia bisa bebas di perusahaan karena manajernya adik kandung Ivan. Namun sekarang, Winda mengerti kalau semua itu karena Hengky.Kalau tidak, perusahaan mana yang akan membiarkan orang yang terpuruk dan tidak memiliki kemajuan terus bekerja.Sekara
Hengky mengulurkan tangan dan mengambil dokumen di atas meja. Kemudian, dia merobek dokumen itu beberapa kali dan membuangnya ke tempat sampah di samping meja.“Aku nggak tahu apa yang dia katakan pada Nenek. Tapi aku harap Nenek lihat ini dulu sebelum bicarakan hal ini.”Begitu Hengky selesai bicara, orang yang berdiri di belakangnya membuka laptop dan meletakkannya di depan Sekar.Sekar merapikan syalnya dan menatap layar laptop dengan wajah cemberut. Saat ini, Yanti berdiri tepat di samping Sekar. Begitu Yanti melihat gambar di layar, raut wajahnya langsung berubah drastis. Dia mencengkeram ujung bajunya, matanya yang memerah menatap layar laptop dengan lekat.Sejak awal Yanti mengira Winda berkata padanya kalau CCTV terpasang di setiap sudut vila hanya untuk menakut-nakutinya. Tidak disangka ternyata itu benar. Dia lebih tidak menyangka kalau Hengky ternyata begitu peduli dengan perempuan itu, sampai bisa memperlihatkan rekaman CCTV itu kepada Sekar.Sekar menatap layar laptop yang
Yanti terus memohon, “Nyonya, mengingat saya sudah bekerja untuk keluarga Pranoto selama bertahun-tahun, tolong beri saya kesempatan lagi.”Sekar bahkan tidak melihatnya lagi, dia langsung berkata pada Doni, “Doni, antar mereka keluar. Mulai hari ini, aku nggak mau melihat satu pun dari mereka di rumah ini, mengerti?”“Nggak, saya ....”Yanti masih ingin memohon pada Sekar. Namun, Doni maju untuk menghentikannya dan berkata dengan tegas, “Tolong kalian tinggalkan rumah ini.”Tanpa memberi Yanti kesempatan untuk menimbulkan keributan, Doni sudah memberi isyarat. Satpam yang telah menunggu di luar bergegas masuk.Setelah melihat satpam datang, para pelayan dengan sadar diri langsung keluar. Yanti yang tidak rela melihat Sekar sebentar. Namun, mau tidak mau dia juga harus pergi bersama yang lain.Setelah semua orang pergi, Sekar baru menatap Hengky dengan wajah serius, “Sekarang kamu sudah puas, kan?”Hengky menurunkan sedikit tatapannya dan tidak berkata apa-apa. Bagaimanapun, Hengky ad
Begitu melihat kata Verrou Entertainment, Winda tiba-tiba teringat apa yang Roma lakukan di pesta malam itu.Kedua orang itu memiliki hubungan, sulit bagi Winda untuk tidak banyak berpikir. Bagaimanapun, tidak banyak orang yang tahu dia pergi ke pesta malam itu. Roma tidak hanya tahu hal itu, malam itu dia juga menyuruh Ziva pergi merayu Hengky. Kalau dipikir-pikir begitu, apakah foto di tangan Yuna adalah foto dari Roma?Namun, tidak ada untungnya bagi Roma untuk melakukan hal itu. Kalau dia ketahuan, dia akan benar-benar menyinggung keluarga Pranoto, keluarga Dirawa pasti akan hancur.Akan tetapi, kalau bukan Roma, Luna baru saja memutuskan kontraknya dengan Star Kingdom Entertainment. Bagaimana dia bisa secepat itu menandatangani kontrak dengan Verrou Entertainment? Sepertinya masalah ini harus diselidiki dengan teliti.Setelah mengambil keputusan, keesokan harinya Winda yang telah sarapan langsung pergi ke perusahaan.Begitu Winda tiba di perusahaan, banyak mata tertuju padanya. Or