Yuna terkejut mendengarnya, tapi ekspresi kaget di wajahnya sudah kembali menjadi senyuman. Meski dia tidak mengatakannya, dia merasa bahagia di dalam hati.Hengky melakukan semua itu demi reputasi dan nama baik Winda, tapi masih ada orang yang tidak percaya. Kalau bukan demi masa depannya, dia ingin sekali melihat Winda dimaki ribuan orang karena ketahuan berbohong.“Itu sebenarnya hanya kebetulan. Malam itu, saya dan Pak Hengky bertemu dengan seorang sutradara yang sangat penting di pesta. Pak Hengky ada minum alkohol. Dia menelepon Pak Santo dan meminta pria itu untuk menjemputnya. Mungkin kebetulan bertemu dengan Winda saat itu, jadi kelihatannya seperti masuk bersama.”“Kalau gaun itu, semua orang pasti tahu kalau aku pernah menjadi brand ambassador untuk merek ini sebelumnya. Meski kontraknya nggak diperpanjang, aku tetap akan membeli produk baru mereka. Mungkin Winda melihat aku terlihat cantik memakai gaun itu, jadi dia juga membelinya.”Dengan kata lain, Winda menirunya.Hal s
Yuna menahan rasa girang dalam hatinya dan berkata sambil tersenyum kecil, “Aku sudah lama ingin mengenal Pak Damian. Aku sudah pernah menonton banyak karya Bapak, dan nggak berlebihan untuk mengatakan bahwa semuanya adalah karya klasik. Di industri kita, aktor yang bisa berperan dalam karya Bapak baru bisa dianggap sebagai aktor papan atas.”Perkataannya ini tidak dimaksudkan untuk menjilat Damian. Bagaimanapun juga, dalam industri ini, Damian sudah dikenal dengan sikapnya yang tidak peduli dengan orang-orang yang mau membayar dengan uang. Kalau kemampuan aktingmu tidak diakui olehnya, tidak peduli siapa yang merekomendasikanmu, dia tetap tidak akan menunjukmu untuk berperan dalam karyanya.Dulu pernah ada seorang produser yang menghabiskan ratusan juta untuk memasukkan kekasihnya ke dalam karya sutradara satu ini. Damian mengecam hal ini di depan banyak orang di dalam industri yang sama, memutuskan kontrak dengan produser itu, dan menggunakan uangnya sendiri untuk mendanai syuting fi
Yuna berkata dengan nada bercanda, “Bagaimana dengan Bapak? Apa Bapak juga akan sedih?”Roma tersenyum penuh arti dan berkata dengan jawaban ambigu, “Yuna, bagaimana menurutmu?”“Hmmm ….” Yuna tersenyum, mendekat, dan berbisik di telinga pria itu, “Kuharap begitu.”Mata Roma berbinar. Dia mengulurkan tangan dan mencubit pinggang Yuna, lalu melepaskan tangan wanita itu.“Aku baru saja mendengar kontrakmu dengan Star Kingdom Entertainment sudah berakhir. Apa kamu tertarik untuk bergabung dengan Verrou Entertainment?”Mata Yuna berbinar. Meskipun ini memang tujuannya menghampiri pria ini, dia tidak langsung menyetujuinya. Yang diinginkannya bukan sekadar menandatangani kontrak dengan perusahaan manajemen artis, tapi perusahaan tersebut harus kuat dan mau memberikan mengeluarkan banyak modal untuk mendukungnya.Bagaimana mungkin Roma tidak mengerti? Dia tersenyum dan berkata, “Jangan khawatir, Yuna. Perlakuannya nggak akan lebih buruk dari perlakuan yang kamu dapatkan sebelumnya. Dengan po
Ziva melihat Pak Roma sangat takut pada Pak Hengky, jadi baginya, pria di depannya ini adalah pilihan terbaiknya.Ziva menarik napas dalam-dalam, memasang senyuman polos di wajahnya, dan berkata dengan nada meminta maaf, “Sebenarnya, aku ingin meminta maaf kepada Pak Hengky atas apa yang terjadi malam itu. Karena aku, istri Bapak hampir salah paham. Aku sungguh minta maaf.”Malam itu, meski Winda tidak memberitahukan siapa dirinya dengan jelas, dilihat dari sikap Hengky dan Winda malam itu, Winda pasti bukan sekedar pacar Hengky. Belakangan, ketika dia memberi tahu Roma tentang hal itu, Roma baru memberitahunya bahwa Pak Hengky sudah menikah. Jadi, dia menebak bahwa Winda adalah istri Hengky yang sering dibicarakan orang-orang itu.“Nggak perlu,” kata Hengky dingin.Wanita itu sama sekali tidak peduli!Ziva menggigit bibirnya dan terlihat sedikit malu-malu. “Sebenarnya, meski malam itu aku disuruh untuk melakukannya, aku memang naksir Pak Hengky. Aku ingin tahu, apa Pak Hengky tertarik
Selain itu, kalaupun dia benar-benar mengungkapkan yang sebenarnya ke media, hal itu sebenarnya juga tidak akan ada manfaatnya baginya. Jadi, untuk apa dia melakukan hal yang tidak penting seperti itu?Roma melihat Hengky masuk dari teras dan segera menyambut pria itu sambil membawa dua gelas wine.“Pak Hengky,” sapa Roma sambil menyodorkan salah satu gelas wine kepada Hengky.Hengky meliriknya dengan ekspresi dingin dan tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Roma tampak agak kesal. Dia tersenyum canggung dan meletakkan wine itu di atas meja.“Pak Hengky, sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita di pesta malam itu. Jadi, karena kita bertemu di sini hari ini, aku rasa aku harus menjelaskannya kepadamu,” ujar Roma, mengambil inisiatif untuk membuka suara.“Sebenarnya, dua orang itu benar-benar bukan orang suruhanku. Bu Winda benar-benar salah paham. Bagaimana mungkin aku melakukan hal yang nggak bermoral seperti mengambil foto secara diam-diam seperti itu?” Roma memasang senyum
Roma merendahkan suaranya dan berkata dengan galak, “Dasar wanita jal*ng, ternyata kamu secepat itu sudah ingin merayu pria lain? Kamu bahkan nggak berkaca kamu itu pantas atau nggak melakukannya. Orang sepertimu itu, jangan bilang kamu mengira Hengky akan menyukaimu?”Wajah Ziva tiba-tiba menjadi pucat. Seluruh tubuhnya gemetaran dan ekspresinya sangat malu.Roma mencengkeram dagu Ziva dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. Dia berkata dengan nada sinis, “Kamu jangan lupa bagaimana situasimu saat kamu berlutut dan meminta bantuan padaku. Aku bisa membuatmu menjalani kehidupan yang baik, dan aku juga bisa membuatmu kembali ke kehidupan lamamu. Lain kali, kalau kamu berani, coba saja melakukan apa pun yang kamu mau tanpa perintahku.”Seluruh tubuh Ziva gemetaran melihat ekspresi kejam di wajah Roma. Dia sudah merasa putus asa dalam hati.Dia kira nasibnya akan lebih baik setelah bertemu Roma. Namun, sejak dia menandatangani kontrak, dia ternyata masuk ke dalam perangkap lain. Dia berh
Hengky berkata dengan nada dingin, “Nggak usah banyak tanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan.”Winda menatapnya selama beberapa detik, lalu mengangguk pelan.Namun, dia menggerutu dalam hati.Dari semua anggota keluarga Pranoto, hanya ayah Hengky, Anton, yang paling baik padanya. Karena ada Anton, suasana makan malam hari ini pasti akan jauh lebih menyenangkan. Winda tidak mengerti mengapa Hengky memasang raut muka seperti itu.Namun, kalaupun dia menanyakannya, kalau Hengky-nya tidak mau memberitahunya apa-apa, dia tidak akan bisa mendapatkan informasi apa pun. Jadi, lebih baik dia tidak usah mencari masalah.Begitu memasuki pintu, Winda melihat orang-orang dari keluarga Pranoto sedang duduk-duduk di sofa. Ekspresi semuanya tampak serius dan muram. Bahkan, suasana di ruangan itu juga jadi berbeda.Jantung Winda berdebar kencang. Jangan-jangan ada yang terjadi? Apa karena trending topic itu?Dia menarik napas dalam-dalam, berjalan di samping Hengky dan menyapa mereka semua satu p
Doni, si kepala pelayan, menatap Anton dengan gelisah, kebingungan apa dia harus pergi mengambil cambuk itu atau tidak.Anton mengerutkan kening dan memandang Sekar, “Ma, aku sedang mendidik anakku. Bisa nggak Mama nggak usah ikut campur?”Setelah mengatakan itu, dia menoleh ke arah Doni dan berkata, “Pak Doni, tolong ambilkan.”Doni mengangguk dengan bersungguh-sungguh, lalu berbalik badan dan pergi mengambil cambuk.Saking marahnya Sekar, dia menunjuk ke arah Winda dan mengumpat, “Kamulah yang menyebabkan semua hal ini!”Winda tertegun. Apa hubungannya dengan dia?Mendengar hal itu, ekspresi Anton berubah menjadi semakin dingin. Dia langsung berkata kepada Vivi yang duduk di sampingnya, “Bawa nenekmu naik ke atas untuk beristirahat.”Vivi selalu takut pada pamannya yang satu ini, jadi dia segera berdiri dari sofa dan mengajak Sekar pergi.“Nenek, aku bantu Nenek ….”Sebelum dia selesai berbicara, Sekar sudah melepaskan tangannya dan berkata dengan wajah pucat, “Dia jadi seperti ini s