Yuna menahan rasa girang dalam hatinya dan berkata sambil tersenyum kecil, “Aku sudah lama ingin mengenal Pak Damian. Aku sudah pernah menonton banyak karya Bapak, dan nggak berlebihan untuk mengatakan bahwa semuanya adalah karya klasik. Di industri kita, aktor yang bisa berperan dalam karya Bapak baru bisa dianggap sebagai aktor papan atas.”Perkataannya ini tidak dimaksudkan untuk menjilat Damian. Bagaimanapun juga, dalam industri ini, Damian sudah dikenal dengan sikapnya yang tidak peduli dengan orang-orang yang mau membayar dengan uang. Kalau kemampuan aktingmu tidak diakui olehnya, tidak peduli siapa yang merekomendasikanmu, dia tetap tidak akan menunjukmu untuk berperan dalam karyanya.Dulu pernah ada seorang produser yang menghabiskan ratusan juta untuk memasukkan kekasihnya ke dalam karya sutradara satu ini. Damian mengecam hal ini di depan banyak orang di dalam industri yang sama, memutuskan kontrak dengan produser itu, dan menggunakan uangnya sendiri untuk mendanai syuting fi
Yuna berkata dengan nada bercanda, “Bagaimana dengan Bapak? Apa Bapak juga akan sedih?”Roma tersenyum penuh arti dan berkata dengan jawaban ambigu, “Yuna, bagaimana menurutmu?”“Hmmm ….” Yuna tersenyum, mendekat, dan berbisik di telinga pria itu, “Kuharap begitu.”Mata Roma berbinar. Dia mengulurkan tangan dan mencubit pinggang Yuna, lalu melepaskan tangan wanita itu.“Aku baru saja mendengar kontrakmu dengan Star Kingdom Entertainment sudah berakhir. Apa kamu tertarik untuk bergabung dengan Verrou Entertainment?”Mata Yuna berbinar. Meskipun ini memang tujuannya menghampiri pria ini, dia tidak langsung menyetujuinya. Yang diinginkannya bukan sekadar menandatangani kontrak dengan perusahaan manajemen artis, tapi perusahaan tersebut harus kuat dan mau memberikan mengeluarkan banyak modal untuk mendukungnya.Bagaimana mungkin Roma tidak mengerti? Dia tersenyum dan berkata, “Jangan khawatir, Yuna. Perlakuannya nggak akan lebih buruk dari perlakuan yang kamu dapatkan sebelumnya. Dengan po
Ziva melihat Pak Roma sangat takut pada Pak Hengky, jadi baginya, pria di depannya ini adalah pilihan terbaiknya.Ziva menarik napas dalam-dalam, memasang senyuman polos di wajahnya, dan berkata dengan nada meminta maaf, “Sebenarnya, aku ingin meminta maaf kepada Pak Hengky atas apa yang terjadi malam itu. Karena aku, istri Bapak hampir salah paham. Aku sungguh minta maaf.”Malam itu, meski Winda tidak memberitahukan siapa dirinya dengan jelas, dilihat dari sikap Hengky dan Winda malam itu, Winda pasti bukan sekedar pacar Hengky. Belakangan, ketika dia memberi tahu Roma tentang hal itu, Roma baru memberitahunya bahwa Pak Hengky sudah menikah. Jadi, dia menebak bahwa Winda adalah istri Hengky yang sering dibicarakan orang-orang itu.“Nggak perlu,” kata Hengky dingin.Wanita itu sama sekali tidak peduli!Ziva menggigit bibirnya dan terlihat sedikit malu-malu. “Sebenarnya, meski malam itu aku disuruh untuk melakukannya, aku memang naksir Pak Hengky. Aku ingin tahu, apa Pak Hengky tertarik
Selain itu, kalaupun dia benar-benar mengungkapkan yang sebenarnya ke media, hal itu sebenarnya juga tidak akan ada manfaatnya baginya. Jadi, untuk apa dia melakukan hal yang tidak penting seperti itu?Roma melihat Hengky masuk dari teras dan segera menyambut pria itu sambil membawa dua gelas wine.“Pak Hengky,” sapa Roma sambil menyodorkan salah satu gelas wine kepada Hengky.Hengky meliriknya dengan ekspresi dingin dan tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Roma tampak agak kesal. Dia tersenyum canggung dan meletakkan wine itu di atas meja.“Pak Hengky, sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita di pesta malam itu. Jadi, karena kita bertemu di sini hari ini, aku rasa aku harus menjelaskannya kepadamu,” ujar Roma, mengambil inisiatif untuk membuka suara.“Sebenarnya, dua orang itu benar-benar bukan orang suruhanku. Bu Winda benar-benar salah paham. Bagaimana mungkin aku melakukan hal yang nggak bermoral seperti mengambil foto secara diam-diam seperti itu?” Roma memasang senyum
Roma merendahkan suaranya dan berkata dengan galak, “Dasar wanita jal*ng, ternyata kamu secepat itu sudah ingin merayu pria lain? Kamu bahkan nggak berkaca kamu itu pantas atau nggak melakukannya. Orang sepertimu itu, jangan bilang kamu mengira Hengky akan menyukaimu?”Wajah Ziva tiba-tiba menjadi pucat. Seluruh tubuhnya gemetaran dan ekspresinya sangat malu.Roma mencengkeram dagu Ziva dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. Dia berkata dengan nada sinis, “Kamu jangan lupa bagaimana situasimu saat kamu berlutut dan meminta bantuan padaku. Aku bisa membuatmu menjalani kehidupan yang baik, dan aku juga bisa membuatmu kembali ke kehidupan lamamu. Lain kali, kalau kamu berani, coba saja melakukan apa pun yang kamu mau tanpa perintahku.”Seluruh tubuh Ziva gemetaran melihat ekspresi kejam di wajah Roma. Dia sudah merasa putus asa dalam hati.Dia kira nasibnya akan lebih baik setelah bertemu Roma. Namun, sejak dia menandatangani kontrak, dia ternyata masuk ke dalam perangkap lain. Dia berh
Hengky berkata dengan nada dingin, “Nggak usah banyak tanya. Lakukan saja apa yang aku perintahkan.”Winda menatapnya selama beberapa detik, lalu mengangguk pelan.Namun, dia menggerutu dalam hati.Dari semua anggota keluarga Pranoto, hanya ayah Hengky, Anton, yang paling baik padanya. Karena ada Anton, suasana makan malam hari ini pasti akan jauh lebih menyenangkan. Winda tidak mengerti mengapa Hengky memasang raut muka seperti itu.Namun, kalaupun dia menanyakannya, kalau Hengky-nya tidak mau memberitahunya apa-apa, dia tidak akan bisa mendapatkan informasi apa pun. Jadi, lebih baik dia tidak usah mencari masalah.Begitu memasuki pintu, Winda melihat orang-orang dari keluarga Pranoto sedang duduk-duduk di sofa. Ekspresi semuanya tampak serius dan muram. Bahkan, suasana di ruangan itu juga jadi berbeda.Jantung Winda berdebar kencang. Jangan-jangan ada yang terjadi? Apa karena trending topic itu?Dia menarik napas dalam-dalam, berjalan di samping Hengky dan menyapa mereka semua satu p
Doni, si kepala pelayan, menatap Anton dengan gelisah, kebingungan apa dia harus pergi mengambil cambuk itu atau tidak.Anton mengerutkan kening dan memandang Sekar, “Ma, aku sedang mendidik anakku. Bisa nggak Mama nggak usah ikut campur?”Setelah mengatakan itu, dia menoleh ke arah Doni dan berkata, “Pak Doni, tolong ambilkan.”Doni mengangguk dengan bersungguh-sungguh, lalu berbalik badan dan pergi mengambil cambuk.Saking marahnya Sekar, dia menunjuk ke arah Winda dan mengumpat, “Kamulah yang menyebabkan semua hal ini!”Winda tertegun. Apa hubungannya dengan dia?Mendengar hal itu, ekspresi Anton berubah menjadi semakin dingin. Dia langsung berkata kepada Vivi yang duduk di sampingnya, “Bawa nenekmu naik ke atas untuk beristirahat.”Vivi selalu takut pada pamannya yang satu ini, jadi dia segera berdiri dari sofa dan mengajak Sekar pergi.“Nenek, aku bantu Nenek ….”Sebelum dia selesai berbicara, Sekar sudah melepaskan tangannya dan berkata dengan wajah pucat, “Dia jadi seperti ini s
“Kamu nggak perlu membelanya.” Anton menyela dan berkata dengan nada dingin, “Lagi pula, kalau dia nggak mencari gara-gara dengan Yuna terlebih dahulu, bagaimana mungkin dia bisa diperas? Dia bahkan nggak tahu dia salah di mana sekarang. Apa dia nggak boleh dihukum?”Hengky mengepalkan tangannya dan berkata dengan dingin, “Aku pantas dihukum.”Memang benar. Dia yang tidak menyelesaikan hal ini dengan baik, sehingga orang lain dapat mengambil keuntungan darinya.Winda mungkin belum mengetahui kebenaran di balik hal itu, tapi setelah kejadian itu, Anton sudah menyelidiki segala hal mengenai Yuna dan Hengky, terutama ucapan kasar Yuna yang berulang kali ditujukan kepada Winda.Terlebih lagi, putranya berada di tempat kejadian pada saat itu, tapi tidak membela istrinya atau mengatakan apa pun untuk menghentikannya.Waktu itu, dia langsung memutuskan untuk pulang untuk menangani hal ini.Anton mengangkat cambuknya dan berkata dengan nada serius, “Oke, karena kamu juga berpikir kamu pantas d
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a