Winda tersenyum tipis dan berkata, “Tante, karena aku sudah menikah dengan Hengky, berarti aku bagian dari keluarga Pranoto. Kenapa aku nggak boleh pulang ke sini?”Dita memelototi Winda dan membalas, “Mulutmu itu benar-benar hebat, ya. Tapi kenapa tadi kamu diam saja di depan papaku dan Hengky? Pandai sekali berpura-pura, nggak heran kalau kamu suka akting.”Sekar hanya memiliki satu anak perempuan, karena itu dia sangat menyayangi Dita sejak kecil. Dia terus memanjakan Dita sehingga Dita tumbuh menjadi orang yang memiliki temperamen buruk. Biasanya mulut Dita memang selalu tidak kenal ampun ketika berbicara. Terlebih lagi, dia tidak menyukai Winda. Makanya setiap kalimat yang dia ucapkan begitu menusuk.Kalau ini terjadi sebelumnya, Winda pasti sudah melawan Dita. Namun sekarang, dia hanya ingin menjalani kehidupan yang baik bersama Hengky. Tidak peduli seberapa menyakitkan kata-kata Dia, Winda sama sekali tidak peduli.Setelah melihat Winda yang terdiam saja, Sekar melirik Dita dan
“Kecuali Hengky sendiri yang bilang sama aku kalau dia mau cerai denganku. Kalau nggak, aku nggak akan pernah tanda tangani surat cerai ini.”Usai berkata, Winda membungkuk kepada Sekar sebagai tanda hormat. Setelah itu, dia berjalan keluar dari ruang tamu.Bagian luar ruang tamu terhubung ke taman dan kolam ikan. Vivi sedang berdiri di tepi kolam dan memberi makan ikan. Begitu dia melihat Winda keluar, dia melemparkan makanan ikan ke pelayan dan berjalan ke arah Winda.“Aku sarankan kamu tanda tangan saja.” Vivi meluruskan lehernya dan menatap Winda dengan tatapan permusuhan, “Kali ini Nenek benar-benar marah. Dia langsung murka saat lihat berita tadi malam. Lagi pula, kamu nggak suka kakakku. Untuk apa kamu bersikeras tetap berada di sisinya?”“Siapa bilang aku nggak suka dia?” tukas Winda sambil tersenyum.Vivi tertegun sambil melihat senyum di wajah Winda. Setelah itu, dia tertawa dan berkata, “Nggak perlu ada yang bilang lagi, kan? Di Kota Jenela siapa yang nggak tahu kalau kamu s
“Kakek.” Hengky mengernyitkan kening dan berkata dengan serius, “Kejadian kali ini memang murni kecelakaan, aku percaya padanya. Bagaimanapun, mamaku yang jodohkan aku dengannya. Aku nggak akan cerai dengannya.”Adi mendengus pelan ketika mendengar jawaban cucunya, “Kamu benar-benar mengira aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan?”Hengky mengatupkan bibirnya, kali ini dia tidak menjawab pertanyaan kakeknya.Adi menghela napas panjang, dia pun tidak mengungkapkan isi hati Hengky. “Bagaimanapun, masalah ini membawa pengaruh yang terlalu besar. Sekarang nggak peduli di dalam keluarga atau di luar keluarga kita, rumornya sangat nggak enak didengar. Bahkan perusahaan ikut terpengaruh. Kamu adalah pemimpin masa depan keluarga Pranoto. Kamu harus tahu apa yang harus lebih diprioritaskan.”“Aku akan tangani masalah ini dengan serius.”“Karena kamu sudah ngomong begitu, aku juga nggak akan ngomong apa-apa lagi.” Adi mengambil kembali surat pernyataan cerai itu dan berkata dengan suara beratnya,
Begitu Dita selesai bicara, Hengky masuk dari luar. Hengky juga terburu-buru untuk duduk di kursinya, tapi dia malah melihat ke arah pelayan di ruangan itu sebentar, lalu ekspresi wajahnya menjadi dingin.“Hengky, kenapa kamu berdiri di sana? Cepat ke sini dan makan,” kata Sekar.“Tunggu sebentar,” kata Hengky. Matanya menyapu wajah semua orang di dalam ruangan itu satu per satu lagi. Pada dasarnya kehadiran Hengky sudah menyilaukan mata. Pada saat dia memasang raut wajah dingin, auranya begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Para pelayan spontan tersadar dan cepat-cepat menghindar dari tatapan Hengky.“Setelah makanan siap tadi, siapa yang pergi beri tahu Winda?” tanya Hengky.Semua pelayan di dalam ruangan menundukkan kepala, tidak ada yang menjawab.“Jawab.” Hengky tiba-tiba meninggikan suaranya dan membentak, membuat para pelayan gemetar ketakutan, semakin tidak berani untuk mengangkat kepala.Mereka semua tahu kalau Sekar tidak menyukai cucu menantunya itu. Terlebih lagi, hub
“Hengky, kamu ....”“Sudah, waktunya makan nggak usah bicarakan hal ini lagi.” Adi melirik Sekar dan memotong perkataan istrinya itu.Sekar seperti telah memahami sesuatu. Dia hanya menatap Adi sebentar. Pada akhirnya, dia hanya memasang raut wajah cemberut tanpa mengatakan apa pun lagi.Karena sikap Adi barusan, suasana di ruang makan cukup harmonis. Sekalipun Sekar tidak suka melihat Winda, dia harus segan pada suaminya.Dita dari dulu takut pada ayahnya, dia pun menyuruh ibunya untuk berhenti bicara. Dia sendiri juga hanya bisa menahan diri, sambil sesekali menatap Winda dengan tajam.Winda tahu, hanya saja dia pura-pura tidak melihatnya. Dia hanya fokus makan makanannya sendiri. Sikapnya yang patuh itu membuatnya sangat jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya.Sesaat kemudian, seorang pelayan datang dan membawa sup yang bercampur dengan bahan-bahan obat tradisional. Adi menatap Hengky dan berkata, “Lukamu belum sembuh, kamu harus makan yang bernutrisi agar tubuhmu lebih kuat.”Pe
Bahkan ketika Dita pulang ke rumah hari ini, dia pun mengeluh kepada Sekar. Dia bilang tidak berani ke mana-mana lagi, karena setiap kali dia keluar, orang-orang akan mengejeknya. Padahal Sekar telah memutuskan kalau kali ini Hengky membawa Winda pulang, Sekar harus membuat mereka menandatangani surat cerai.“Kamu punya hak apa untuk nggak setuju? Selama dua tahun pernikahanmu dengan Hengky, kamu tahu sudah berapa banyak skandal yang kamu buat?”Sekar mengira Adi mengungkit hal ini sekarang, karena pria itu juga ingin Hengky dan Winda bercerai.Winda jelas tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Karena hal ini tidak pernah terjadi di kehidupan sebelumnya.Jika tidak ada kecelakan mobil di Gunung Minami, Sekar tidak akan pergi ke rumah sakit untuk memaksa Winda menandatangani surat cerai. Ada masalah kontes juga, karena Winda memberikan kesempatan itu kepada Luna di kehidupan sebelumnya, tidak ada hubungan apa pun dengan Martin. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak masuk pencari
Terlebih lagi, masalah sudah terjadi. Sekalipun Hengky dan Winda bercerai sekarang, itu juga tidak akan menghilangkan fakta kalau mereka telah kehilangan muka.Winda menatap Adi dengan ekspresi tegang. Dia sama sekali tidak menyadari tangannya yang memegang Hengky sedang gemetar. Sedangkan Hengky bersandar di kursi dan samar-samar melirik Winda sekilas.Setelah terdiam beberapa saat, Adi menatap Winda dan berkata, “Kalau kamu ingin tetap jadi bagian dari keluarga Pranoto, kamu harus berjanji akan memutuskan hubungan dengan orang-orang itu sepenuhnya. Keluarga Pranoto nggak bisa terima menantu yang akan menodai reputasi keluarga!”Winda spontan menghela napas lega. Dia pun langsung berjanji pada Adi, “Kakek, aku janji akan selalu setia pada Hengky, hal seperti itu nggak akan pernah terjadi lagi.”Adi menganggukkan kepala, tapi Dita langsung menyindir, “Pa, Papa percaya dengan janji-janjinya? Perempuan seperti dia sama sekali nggak pantas jadi istri Hengky.”Sekar juga menatap Winda deng
“Hmm.” Hengky mengangguk pelan.“Kamu cucu pertama yang harus mewarisi bisnis keluarga. Aku juga sudah tua sekarang, sudah nggak bisa kelola bisnis keluarga sendirian. Semakin cepat kamu punya anak, semakin cepat aku bisa pensiun dan menikmati masa tuaku.” Adi berkata kepada cucunya, nada bicaranya pun jadi jauh lebih ramah. Bahkan ada sedikit tawa di suaranya.Hengky tidak mengatakan apa-apa. Winda hanya bisa menyembunyikan kesedihan di hatinya, lalu memaksakan senyum merekah di sudut bibirnya. Dia duduk lebih dekat dengan Hengky dan mengedipkan matanya sambil berkata, “Lihat, Kakek sudah berkata seperti itu. Kamu masih nggak janji sama Kakek?”Hengky memperhatikan senyum di wajah Winda, sebuah perasaan aneh terpancar di mata pria itu sekilas.Winda memantapkan hatinya, dia pun langsung merangkul lengan Hengky dan bersandar pada pria itu. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Kamu mempertimbangkannya terlalu lama. Sayang, kamu sedang pikir mau punya anak laki-laki atau anak perempuan,