Begitu Dita selesai bicara, Hengky masuk dari luar. Hengky juga terburu-buru untuk duduk di kursinya, tapi dia malah melihat ke arah pelayan di ruangan itu sebentar, lalu ekspresi wajahnya menjadi dingin.“Hengky, kenapa kamu berdiri di sana? Cepat ke sini dan makan,” kata Sekar.“Tunggu sebentar,” kata Hengky. Matanya menyapu wajah semua orang di dalam ruangan itu satu per satu lagi. Pada dasarnya kehadiran Hengky sudah menyilaukan mata. Pada saat dia memasang raut wajah dingin, auranya begitu kuat sehingga sulit untuk diabaikan. Para pelayan spontan tersadar dan cepat-cepat menghindar dari tatapan Hengky.“Setelah makanan siap tadi, siapa yang pergi beri tahu Winda?” tanya Hengky.Semua pelayan di dalam ruangan menundukkan kepala, tidak ada yang menjawab.“Jawab.” Hengky tiba-tiba meninggikan suaranya dan membentak, membuat para pelayan gemetar ketakutan, semakin tidak berani untuk mengangkat kepala.Mereka semua tahu kalau Sekar tidak menyukai cucu menantunya itu. Terlebih lagi, hub
“Hengky, kamu ....”“Sudah, waktunya makan nggak usah bicarakan hal ini lagi.” Adi melirik Sekar dan memotong perkataan istrinya itu.Sekar seperti telah memahami sesuatu. Dia hanya menatap Adi sebentar. Pada akhirnya, dia hanya memasang raut wajah cemberut tanpa mengatakan apa pun lagi.Karena sikap Adi barusan, suasana di ruang makan cukup harmonis. Sekalipun Sekar tidak suka melihat Winda, dia harus segan pada suaminya.Dita dari dulu takut pada ayahnya, dia pun menyuruh ibunya untuk berhenti bicara. Dia sendiri juga hanya bisa menahan diri, sambil sesekali menatap Winda dengan tajam.Winda tahu, hanya saja dia pura-pura tidak melihatnya. Dia hanya fokus makan makanannya sendiri. Sikapnya yang patuh itu membuatnya sangat jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya.Sesaat kemudian, seorang pelayan datang dan membawa sup yang bercampur dengan bahan-bahan obat tradisional. Adi menatap Hengky dan berkata, “Lukamu belum sembuh, kamu harus makan yang bernutrisi agar tubuhmu lebih kuat.”Pe
Bahkan ketika Dita pulang ke rumah hari ini, dia pun mengeluh kepada Sekar. Dia bilang tidak berani ke mana-mana lagi, karena setiap kali dia keluar, orang-orang akan mengejeknya. Padahal Sekar telah memutuskan kalau kali ini Hengky membawa Winda pulang, Sekar harus membuat mereka menandatangani surat cerai.“Kamu punya hak apa untuk nggak setuju? Selama dua tahun pernikahanmu dengan Hengky, kamu tahu sudah berapa banyak skandal yang kamu buat?”Sekar mengira Adi mengungkit hal ini sekarang, karena pria itu juga ingin Hengky dan Winda bercerai.Winda jelas tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Karena hal ini tidak pernah terjadi di kehidupan sebelumnya.Jika tidak ada kecelakan mobil di Gunung Minami, Sekar tidak akan pergi ke rumah sakit untuk memaksa Winda menandatangani surat cerai. Ada masalah kontes juga, karena Winda memberikan kesempatan itu kepada Luna di kehidupan sebelumnya, tidak ada hubungan apa pun dengan Martin. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak masuk pencari
Terlebih lagi, masalah sudah terjadi. Sekalipun Hengky dan Winda bercerai sekarang, itu juga tidak akan menghilangkan fakta kalau mereka telah kehilangan muka.Winda menatap Adi dengan ekspresi tegang. Dia sama sekali tidak menyadari tangannya yang memegang Hengky sedang gemetar. Sedangkan Hengky bersandar di kursi dan samar-samar melirik Winda sekilas.Setelah terdiam beberapa saat, Adi menatap Winda dan berkata, “Kalau kamu ingin tetap jadi bagian dari keluarga Pranoto, kamu harus berjanji akan memutuskan hubungan dengan orang-orang itu sepenuhnya. Keluarga Pranoto nggak bisa terima menantu yang akan menodai reputasi keluarga!”Winda spontan menghela napas lega. Dia pun langsung berjanji pada Adi, “Kakek, aku janji akan selalu setia pada Hengky, hal seperti itu nggak akan pernah terjadi lagi.”Adi menganggukkan kepala, tapi Dita langsung menyindir, “Pa, Papa percaya dengan janji-janjinya? Perempuan seperti dia sama sekali nggak pantas jadi istri Hengky.”Sekar juga menatap Winda deng
“Hmm.” Hengky mengangguk pelan.“Kamu cucu pertama yang harus mewarisi bisnis keluarga. Aku juga sudah tua sekarang, sudah nggak bisa kelola bisnis keluarga sendirian. Semakin cepat kamu punya anak, semakin cepat aku bisa pensiun dan menikmati masa tuaku.” Adi berkata kepada cucunya, nada bicaranya pun jadi jauh lebih ramah. Bahkan ada sedikit tawa di suaranya.Hengky tidak mengatakan apa-apa. Winda hanya bisa menyembunyikan kesedihan di hatinya, lalu memaksakan senyum merekah di sudut bibirnya. Dia duduk lebih dekat dengan Hengky dan mengedipkan matanya sambil berkata, “Lihat, Kakek sudah berkata seperti itu. Kamu masih nggak janji sama Kakek?”Hengky memperhatikan senyum di wajah Winda, sebuah perasaan aneh terpancar di mata pria itu sekilas.Winda memantapkan hatinya, dia pun langsung merangkul lengan Hengky dan bersandar pada pria itu. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Kamu mempertimbangkannya terlalu lama. Sayang, kamu sedang pikir mau punya anak laki-laki atau anak perempuan,
Winda tahu dia tidak bisa membantah dalam hal ini, karena itu dia menganggukkan kepala sambil tersenyum.Sekar masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Adi yang duduk di sebelahnya berdehem. Sekar pun terpaksa menelan kembali kata-kata yang ingin dia ucapkan.Winda spontan menghela napas lega, lalu menatap Adi dengan penuh rasa terima kasih. Setelah berpamitan, Winda bergegas ke lantai atas.Dulu dia selalu tidur di kamar tamu setiap kali kembali ke rumah ini. Dia tidak pernah masuk ke kamar Hengky, kecuali di malam pertama pernikahan mereka. Winda sudah berdiri di depan pintu kamar. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, dia baru mengangkat tangan dan mengetuk pintu dua kali.“Masuk.”Winda membuka pintu dan mengambil satu langkah kecil. Dia melihat Hengky yang sedang duduk di kursi sambil membaca buku. Dia yang berdiri di depan pintu tiba-tiba merasa tidak tahu harus berbuat apa.“Malam ini aku ....”Sebelum Winda menyelesaikan kalimatnya, Hengky sudah mengangkat tangan dan menunjuk ke sofa
Hengky mengatupkan bibirnya, dia tidak mengatakan apa pun, juga tidak mendorong Winda menjauh darinya.“Semua gara-gara aku ....”Suara Winda penuh dengan perasaan bersalah dan sakit hati. Kalau bukan karena dirinya, Hengky tidak akan terluka seperti ini.Tanpa Winda sadari, jakun Hengky bergerak naik turun. Matanya yang sedikit menyipit penuh dengan emosi. Dia meraih tangan Winda yang menyentuh tulang belikatnya, lalu berkata dengan suara seperti sedang berusaha menahan diri, “Keluar.”“Nggak mau.”Winda memberanikan diri untuk menempelkan wajahnya di punggung Hengky. Kemudian, dia mencium setiap bekas luka di punggung pria itu dengan hati-hati, seolah-olah dengan begitu dia bisa menyembuhkan rasa sakit yang Hengky alami.Sentuhan yang lembut dan hangan itu membuat tubuh Hengky menjadi tegang. Sorot matanya perlahan-lahan menjadi dalam dan gelap, bahkan tatapan matanya mulai memancarkan nafsu berahinya.Hengky tampaknya sudah tidak sanggup menahan diri lagi. Dia mengulurkan tangan dan
Winda merasa sangat gembira meski hanya mendapat tanggapan seperti itu. Tampaknya hubungan suami istri itu sangat penting, itu adalah cara terbaik untuk meningkatkan hubungan mereka menjadi lebih baik.“Sudah jam berapa sekarang? Masih selamat pagi. Jadi begini sikapmu sebagai seorang istri di rumah?”Pada saat ini, tiba-tiba ada suara yang datang dan merusak suasana. Sekarang Winda langsung merasa sakit kepala setiap kali mendengar suara Dita. Dia menggosok pelipisnya, lalu berbalik menghadap Dita dan berkata, “Tadi malam aku ....”Winda hendak berbicara, tapi dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia pun menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa.Dia benar-benar malu untuk berkata di depan nenek dan tante Hengky kalau dia terlalu lelah tadi malam, tengah malam dia baru bisa tidur, makanya dia bangun kesiangan hari ini.Namun, sekalipun Winda tidak mengatakan apa pun Sekar dan Dita bisa melihat bekas di leher Winda. Raut wajah ibu dan anak itu seketika berubah.“Kalian ....” Wajah D