Beranda / Fantasi / Perjalanan Pendekar Tangan Satu / 60. Teknik 8 Jurus Pedang Patah - II

Share

60. Teknik 8 Jurus Pedang Patah - II

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-19 19:20:39

“Tentu saja! Kita harus selesaikan hari ini!” sahut Master Arkantra.

Ketua Perguruan Pedang Patah ini sesekali menggelengkan kepalanya melihat akibat yang ditimbulkan oleh jurus Pedang Patah ini.

“Kita lanjutkan Jurus Pedang Angin Ribut!”

Pedang Angin Ribut merupakan jurus pedang dengan gerakan cepat menerjang ke arah lawan dengan posisi tangan memegang pedang dan memutar pedang terus menerus bagaikan pusaran angin yang menimbulkan suara bergemuruh.

“Perhatikan, Rawindra!” kata Master Arkantra sambil memperagakan jurus ini ke arah pepohonan di ujung bukit. “Sebenarnya jurus ini merupakan kombinasi dengan jurus pukulan tapak angin. Jadi sambil tangan kanan menyerang dengan cepat, tangan kiri mencari celah untuk melancarkan pukulan. Tapi ini tidak berlaku untukmu, jadi kamu harus menggunakan kakimu untuk mencari celah menendang pertahanan lawan yang terbuka karena serangan pedang hanya pengalih perhatian saja.”

BRAAAK!

Pukulan tangan kiri Master Arkantra langsung menghancurkan satu poh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   61. Kitab Rahasia Pendekar

    Rawindra menghentikan langkahnya saat Master Arkantra memanggil namanya.“Ada apa, Master?” tanyanya.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu dahulu sebelum kamu pulang ke penginapan untuk istirahat!” sahut Master Arkantra.“Apa mengenai tugas yang Master katakan di awal?’ tanya Rawindra."Ada rumor yang beredar turun temurun tentang adanya Kitab Rahasia Pendekar yang berisi ilmu Bela Diri tangan kosong yang diciptakan bersamaan dengan jurus Pedang Patah. Bahkan ada tambahan Jurus Pedang Patah di Kitab Rahasia Pendekar ini!" ujar Master Arkantra."Kenapa Master menceritakan rumor ini padaku?" tanya Rawindra. “Apa ada hubungannya dengan tugas yang akan Master berikan?”"Aku ingin kamu menemukan kitab rahasia ini, karena aku menaruh harapan besar padamu!" sahut Master Arkantra."Kemana aku harus mencari Kitab Rahasia ini, Master?" tanya Rawindra."Konon menurut cerita, Kitab ini ada di Lembah Rahasia yang terdapat di Pulau Pedang ini!" jelas Master Arkantra."Kenapa Master tidak mencarinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   62. Perbatasan Alam

    Pulau Pedang ternyata merupakan perbatasan antara Alam Manusia dengan Alam Lelembut.Master Arkantra tidak pernah mengetahui kalau di pedalaman Pulau Pedang yang luas ini terdapat celah dimensi menuju Alam Lelembut.Alam Lelembut tidak jauh berbeda kehidupannya dengan Dunia Manusia.Hanya saja di Alam Lelembut ini lebih berbahaya dengan banyaknya makhluk buas yang disebut Monster oleh penghuni Alam Lelembut.Monster ini bisa berwujud serigala besar jadi-jadian, harimau jadi-jadian, bahkan naga yang merupakan makhluk mitos di dunia manusia ini terdapat di Alam Lelembut.Rawindra sudah siap berangkat menuju pedalaman Pulau Pedang bersama dua sahabatnya, Sagara dan Adista atas seijin Master Arkantra sebagai ketua Perguruan Pedang Patah.*****“Semua perbekalan sudah siap?” tanya Rawindra.“Sudah, ketua!” canda Adista.“Hahaha ... kamu sudah diaangkat jadi ketua, Windra!” sahut Sagara.“Kita mau kemana dahulu, Windra?” tanya Adista.“Tidak sebut ketua lagi?” tanya Rawindra yang membuat Ad

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   63. Alam Lelembut

    “Kamu tahu tidak rumor mengenai Pulau Pedang ini?’ tanya Sagara setelah mereka semua berada di atas cabang pohon yang besar yang sanggup menampung mereka bertiga.“Aku tidak tahu! Rumor mengenai apa, Kak Sagara?” tanya Rawindra.“Aku dengar dari orangtuaku kalau Pulau Pedang ini merupakan perbatasan antara dua alam yaitu Alam Manusia dan Alam Lelembut!” jawab Sagara.“Alam Lelembut itu apa, Kak Sagara?” tanya Rawindra dengan polosnya.“Aku lupa kalau kakekmu tidak banyak menceritakan situasi di luar Desa Matahari padamu, Windra. Alam Lelembut itu alam yang berisi penghuni makhluk lain yang bukan manusia, tapi bisa juga ada manusia yang tinggal di sana,” sahut Sagara."Aku tadinya menduga kalau Alam Lelembut ini hanyalah dongeng dari orangtua kita untuk menakuti kita, tapi alam ini ternyata benar-benar ada!' seru Adista."Aku juga menduga demikian, malahan aku pikir penghuni Alam Lelembut adalah hantu yang menyeramkan!" sahut Sagara. “Setelah mendengar cerita dari orangtuaku ternyata A

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   64. Semua Tentang Si Tangan Buntung

    “Kurang ajar kau! Beraninya hanya sama wanita saja!” teriak Sagara yang marah karena Adista ditampar keras oleh sosok yang berdiri di hadapan mereka ini.BUGH!“Jangan banyak bicara kau! Kalau ingin kau dan kekasih kau ini selamat, cepat katakan ada di mana si Tangan Buntung! Jangan korbankan hidup kalian untuk orang seperti dia!” seru sosok ini sambil memukul dada Sagara.“Kamu seharusnya sudah mati! Sudah diampuni tapi masih saja kelakuanmu jahat! Benar-benar tidak bisa dibiarkan hidup!” sahut Sagara.“DIAAM! Kamu boleh bicara kalau hanya sedang ditanya saja!” teriak sosok ini. “Kalau masih bungkam juga, aku akan membunuh kalian berdua dan kubuang ke jurang!”“Kamu benar-benar sudah gila! Kamu bisa dihukum mati! Apa salah pendekar itu terhadapmu sampai kamu sedemikian dendamnya? Kami hanya berdua ke sini untuk jalan-jalan, tidak bersama Si Tangan Buntung yang kamu sebutkan!” sahut Sagara.“Jangan dibunuh dulu bos! Serahkan sama kami perempuan cantik itu, sayang kalau dibunuh begitu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   65. Lembah Rahasia

    “Wah! Benar-benar indah!” seru Adista begitu mereka bertiga tiba di atas tebing yang menurut Rawindra adalah Lembah Rahasia ini.“Bagaimana cara kita turun ke lembah ini, Windra?” tanya Sagara.“Aku belum sempat melihatnya tapi sekilas aku melihaat ada jalanan turun seperti tangga yang menuju ke arah bawah tebing!” sahut Rawindra.“Benar sekali katamu, Windra!” ujar Adista.“Benar apanya?” tanya pemuda ini.“Indah sekali pemandangan dari atas tebing ini. Mataharinya kok tidak kelihatan ya? Brrr ... dingin sekali di sini!”Adista menggigil kedinginan.Rawindra tanpa ragu langsung memeluk tubuh Adista yang membuat wajah gadis ini memerah.“Bagaimana sekarang? Masih dingin?” tanya Rawindra.Tindakan Rawindra ini tidak luput dari perhatiann Sagara.Pemuda ini masih belum berani mengungkapkan isi hatinya kepada Adista sementara gadis ini tampak semakin dekat dengan Rawindra.“Benar, Windra! Ada undakan yang mirip tangga di pinggiran tebing yang menuju ke bawah!” teriak Sagara.“Aku duluan!

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   66. Menuju Alam Lelembut

    “Bangun ... Pemalas!”Pagi-pagi, sudah terdengar teriakan Adista membangunkan kedua pemuda yang masih tertidur pulas ini.Gadis ini sudah heboh sendiri seakan hendak menempuh perjalanan jauh saja.Langit masih tampak gelap sehingga kedua pemuda ini enggan untuk bangkit dari tidurnya.“Masih gelap, Adista ... ada apa sih bangunin kami pagi-pagi?” ujar Rawindra yang matanya masih mengantuk berat.“Ayuk ... katanya mau ajak aku lihat matahari terbit?”Ucapan Adista ini langsung membuat Rawindra terbangun. Teringat olehnya janjinya kepada Adista yang belum dipenuhinya.“Kamu masih ingin melihat matahari terbit? Lumayan jauh kalau kita kembali ke tebing itu lagi!” ujar Rawindra.“Kita sembuyikan barang-barang kita saja dan pergi ke atas tebing tanpa membawaa apa-apa biar lebih cepat!” saran Adista.“Kak Sagara bagaimana?” tanya Rawindra.“Bangunin saja ... kalau tidak bisa bangun, tinggalin saja! Sepertinya aman daerah pinggir sungai ini!” sahut Adista.“Bagaimana kalau makhluk seperti har

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   67. Alam Raksasa

    “Kita berada di Alam Raksasa! Hati-hati ... bukan hanya tanamannya yang besar-besar di sini tapi makhluk yang menghuni alam ini juga!” seru Sagara.“Bahaya sekali Alam Raksasa ini! Apa buku kuno membahas secara jelas Alam Raksasa ini?” tanya Rawindra kepada Adista.“Alam Raksasa sebenarnya sudah diambang kehancuran di Alam Lelembut ini. Perang saudara yang tiada habisnya antara klan-klan raksasa ini membuat dunia mereka ini hancur berantakan dan banyak raksasa yang tewas karenanya. Begitu yang kubaca di buku kuno!” jelas Adista.“Kenapa para raksasa ini saling berperang? Apa karena perebutan wilayah?” tanya Rawindra.“Kalau di buku kuno ini disebutkan kalau awal pertikaian adalah wanita. Aku tidak tahu raksasa cantik mana yang memicu peperangan yang berkepanjangan di Negeri Raksasa ini karena tidak pernah disebutkan di buku kuno!” lanjut Adista.“Kalau menurutku sih, raksasa itu memang bodoh! Hanya berpikir tentang wanita dan harta saja sehingga mudah dipengaruhi oleh wanita yang meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   68. Kisah Sang Immortal

    “Ketua mengundang kalian untuk ke rumahnya, tapi tinggalkan semua pedang yang kalian bawa, serta barang-barang kalian!” ujar kepala pasukan.“Bagaimana kalau mereka tiba-tiba menyerang kita yang tanpa senjata?” tanya Adista.“Kita harus mempercayai mereka kalau ingin mereka mempercayai kita. Salah satunya dengan menyerahkan senjata kita sebagai itikad baik!” sahut Rawindra.“Jangan khawatir, Adista ... kita akan melawan kalau mereka bertindak curang!” ujar Sagara.“Kami tidak akan melakukan itu! Kami masih punya jiwa pendekar di dalam hati kami yang diajarkan oleh ketua. Maaf kalau kami tadi telah menghina kalian. Bukan maksud kami bertindak seperti itu!” sahut kepala pasukan ini.“Kami tahu itu, Kisanak! Terima kasih juga telah memberi kami kesempatan untuk bertemu Ketua!” sahut Sagara.Mereka diantar melewati lagi barisnn pohon bambu yang hampir mirip dengan barisan formasi pohon bambu di Pulau Pedang saat Rawindra diuji oleh Master Arkantra.“Lihat! Pohon-pohon bambu itu tidak asin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22

Bab terbaru

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   218. Akhir Kisah Rawindra

    Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   217. Menemui Kaisar Naga

    "Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   216. Tuan Besar Rawindra

    Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   215. Kota Pendekar Baru

    Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   214. Kemana Iblis Mikaela?

    Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   213. Awal Yang Baru

    Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   212. Iblis Rawindra vs Dewa Iblis

    Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   211. Pertarungan Akhir - Trio Pendekar (II)

    Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   210. Pertarungan Akhir - Trio Pendekar (I)

    # Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa

DMCA.com Protection Status