“Wah! Benar-benar indah!” seru Adista begitu mereka bertiga tiba di atas tebing yang menurut Rawindra adalah Lembah Rahasia ini.“Bagaimana cara kita turun ke lembah ini, Windra?” tanya Sagara.“Aku belum sempat melihatnya tapi sekilas aku melihaat ada jalanan turun seperti tangga yang menuju ke arah bawah tebing!” sahut Rawindra.“Benar sekali katamu, Windra!” ujar Adista.“Benar apanya?” tanya pemuda ini.“Indah sekali pemandangan dari atas tebing ini. Mataharinya kok tidak kelihatan ya? Brrr ... dingin sekali di sini!”Adista menggigil kedinginan.Rawindra tanpa ragu langsung memeluk tubuh Adista yang membuat wajah gadis ini memerah.“Bagaimana sekarang? Masih dingin?” tanya Rawindra.Tindakan Rawindra ini tidak luput dari perhatiann Sagara.Pemuda ini masih belum berani mengungkapkan isi hatinya kepada Adista sementara gadis ini tampak semakin dekat dengan Rawindra.“Benar, Windra! Ada undakan yang mirip tangga di pinggiran tebing yang menuju ke bawah!” teriak Sagara.“Aku duluan!
“Bangun ... Pemalas!”Pagi-pagi, sudah terdengar teriakan Adista membangunkan kedua pemuda yang masih tertidur pulas ini.Gadis ini sudah heboh sendiri seakan hendak menempuh perjalanan jauh saja.Langit masih tampak gelap sehingga kedua pemuda ini enggan untuk bangkit dari tidurnya.“Masih gelap, Adista ... ada apa sih bangunin kami pagi-pagi?” ujar Rawindra yang matanya masih mengantuk berat.“Ayuk ... katanya mau ajak aku lihat matahari terbit?”Ucapan Adista ini langsung membuat Rawindra terbangun. Teringat olehnya janjinya kepada Adista yang belum dipenuhinya.“Kamu masih ingin melihat matahari terbit? Lumayan jauh kalau kita kembali ke tebing itu lagi!” ujar Rawindra.“Kita sembuyikan barang-barang kita saja dan pergi ke atas tebing tanpa membawaa apa-apa biar lebih cepat!” saran Adista.“Kak Sagara bagaimana?” tanya Rawindra.“Bangunin saja ... kalau tidak bisa bangun, tinggalin saja! Sepertinya aman daerah pinggir sungai ini!” sahut Adista.“Bagaimana kalau makhluk seperti har
“Kita berada di Alam Raksasa! Hati-hati ... bukan hanya tanamannya yang besar-besar di sini tapi makhluk yang menghuni alam ini juga!” seru Sagara.“Bahaya sekali Alam Raksasa ini! Apa buku kuno membahas secara jelas Alam Raksasa ini?” tanya Rawindra kepada Adista.“Alam Raksasa sebenarnya sudah diambang kehancuran di Alam Lelembut ini. Perang saudara yang tiada habisnya antara klan-klan raksasa ini membuat dunia mereka ini hancur berantakan dan banyak raksasa yang tewas karenanya. Begitu yang kubaca di buku kuno!” jelas Adista.“Kenapa para raksasa ini saling berperang? Apa karena perebutan wilayah?” tanya Rawindra.“Kalau di buku kuno ini disebutkan kalau awal pertikaian adalah wanita. Aku tidak tahu raksasa cantik mana yang memicu peperangan yang berkepanjangan di Negeri Raksasa ini karena tidak pernah disebutkan di buku kuno!” lanjut Adista.“Kalau menurutku sih, raksasa itu memang bodoh! Hanya berpikir tentang wanita dan harta saja sehingga mudah dipengaruhi oleh wanita yang meng
“Ketua mengundang kalian untuk ke rumahnya, tapi tinggalkan semua pedang yang kalian bawa, serta barang-barang kalian!” ujar kepala pasukan.“Bagaimana kalau mereka tiba-tiba menyerang kita yang tanpa senjata?” tanya Adista.“Kita harus mempercayai mereka kalau ingin mereka mempercayai kita. Salah satunya dengan menyerahkan senjata kita sebagai itikad baik!” sahut Rawindra.“Jangan khawatir, Adista ... kita akan melawan kalau mereka bertindak curang!” ujar Sagara.“Kami tidak akan melakukan itu! Kami masih punya jiwa pendekar di dalam hati kami yang diajarkan oleh ketua. Maaf kalau kami tadi telah menghina kalian. Bukan maksud kami bertindak seperti itu!” sahut kepala pasukan ini.“Kami tahu itu, Kisanak! Terima kasih juga telah memberi kami kesempatan untuk bertemu Ketua!” sahut Sagara.Mereka diantar melewati lagi barisnn pohon bambu yang hampir mirip dengan barisan formasi pohon bambu di Pulau Pedang saat Rawindra diuji oleh Master Arkantra.“Lihat! Pohon-pohon bambu itu tidak asin
"Apa benar kalau ketua kalian ini adalah Kultivator?" tanya Rawindra melanjutkan pertanyaan Sagara.“Kalian lihat sendiri saja nanti saat bertemu ketua kami nanti!” sahut kepala pasukan.Mereka dibawa masuk melalui sebuah lorong rahasia yang dijaga super ketat. Lorong yang panjang ini akhirnya membawa mereka keluar di dalam bangunan yang lebih mirip kota kecil yang seluruh langitnya ditutupi array.Seorang pria berjubah emas dengan motif naga tampak sudah menyambut mereka saat mereka muncul di atas permukaan.“Selamat datang di Kota Kultivator!” sambut pria berjubah emas ini.Mata Tiga Sekawan ini masih agak silau dengan terang Kota Kultivator ini karena perjalanan yang cukup panjang melalui lorong yang gelap.“Bagaimana perjalanan kalian di Alam Lelembut ini? Apa kalian sudah bertemu raksasa yang menghuni Alam Raksasa ini?” tanya pria berjubah emas.“Boleh kami tahu nama Kisanak?” tanya Rawindra sambil menghaturkan hormat.“Hahaha ... aku memang kurang sopan tidak memperkenalkan diri
Ketiga sahabat ini saling berpandangan untuk memutuskan apa akan memberitahukan kitab yang mereka cari atau tidak kepada Sang Kultivator yang sikapnya masih misterius menurut mereka.“Kalau aku tidak mengetahui kitab seperti apa yang sedang kalian cari di sini, bagaimana aku bisa membantu kalian?” ujar Sang Kultivator.Ucapan Sang Kultivator tidak salah. Kalau mereka tidak memberitahukan kitab apa yang mereka cari, tentu saja Sang Kultivator tidak akan bisa mencarikannya untuk mereka.“Maaf, Ketua ... bukan kami tidak percaya kepada Ketua! Kitab yang kami cari adalah Kitab Rahasia Pendekar. Apa Ketua pernah mendengarnya?” tanya Rawindra yang memutuskan untuk memberitahukan yang sebenarnya.Sang Kultivator ini memikirkan sejenak pertanyaan Rawindra sambil memegang dagunya.“Aku tidak pernah mendengarnya. Apa kalian yakin kalau kitab ini ada di Alam Raksasa?’ tanya Sang Kultivator. "Apa isi Kitab Rahasia Pendekar ini? Apa kalian mencarinya untuk Ketua Perguruan Pedang Patah di Pulau Ped
Kota Kultivator merupakan kota yang sebenarnya sangat terkenal di kalangan tertentu di dunia persilatan dan kultivasi.Kota ini merupakan tempat persembunyian dan peristirahatan yang sangat direkomendasikan oleh pendekar ataupun kultivator yang ingin hidup tenang di kotaa ini.Tidak ada pendekar dan kultivator manapun yang berani macam-macam di Kota Kultivator.Kota ini memiliki aturan yang jelas, yaitu tidak ada sisi baik ataupun buruk di dalam Kota Kultivator ini.Semua pendekar dan kultivator baik aliran putih ataupun hitam, apabila sudah berada di dalam Kota Kultivator ini, tidak boleh melakukan kekerasaan apalagi sampai berujung ada yang tewas.Apabila mereka sampai melakukannya, maka hukuman yang akan mereka terima adalah diusir dari Kota Kultivator dan berujung juga dengan kematian.Jadi, tidak heran kalau Kota Kultivator menjadi tempat favorit untuk dikunjungi pendekar dan kultivator manapun.Baik pendekar yang menjadi buruan ataupun pendekar yang memburu ini tidak boleh salin
Sagara dan Adista tampak tidak terlalu mempedulikan kecurigaan Rawindra.“Ayuk! Kita keluar dan nikmati makanannya!” ajak Adista.“Apa kalian ini tidak curiga sama sekali? Bagaimana kalau makanannya sudah diberi ramuan yang bisa membuat kita tidak sadarkan diri?” tanya Rawindra.“Kenapa sih kamu ini terus curiga terhadap Sang Kultivator?’ tanya Sagara.“Kita ini bukan siapa-siapa, Kak Sagara ... kenapa Sang Kultivaator memberi kita fasilitas yang begitu mewah? Apa yang sedang direncanakan olehnya?” tanya Rawindra.“Kalau dia ingin membunuh kita, kenapa harus dengan susah payah memberikan kita fasilitas mewah seperti ini? Dia bisa saja membunuh kita tadi, tapi tidak dilakukannya! Mungkin memang Sang Kultivator ini adalah orang yang baik hati!” sahut Sagara.“Tuan Muda benar, Windra! Kita nikmati saja dahulu fasilitas yang diberikan oleh Sang Kultivator. Besok kita tanyakan padanya, bagaimana menurutmu?” saran Adista untuk menenangkan hati Rawindra.Hati pemuda ini masih belum tenang, t
Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu
"Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a
Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang
Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,
Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya
Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis
Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar
Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya
# Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa