Kota Kultivator merupakan kota yang sebenarnya sangat terkenal di kalangan tertentu di dunia persilatan dan kultivasi.Kota ini merupakan tempat persembunyian dan peristirahatan yang sangat direkomendasikan oleh pendekar ataupun kultivator yang ingin hidup tenang di kotaa ini.Tidak ada pendekar dan kultivator manapun yang berani macam-macam di Kota Kultivator.Kota ini memiliki aturan yang jelas, yaitu tidak ada sisi baik ataupun buruk di dalam Kota Kultivator ini.Semua pendekar dan kultivator baik aliran putih ataupun hitam, apabila sudah berada di dalam Kota Kultivator ini, tidak boleh melakukan kekerasaan apalagi sampai berujung ada yang tewas.Apabila mereka sampai melakukannya, maka hukuman yang akan mereka terima adalah diusir dari Kota Kultivator dan berujung juga dengan kematian.Jadi, tidak heran kalau Kota Kultivator menjadi tempat favorit untuk dikunjungi pendekar dan kultivator manapun.Baik pendekar yang menjadi buruan ataupun pendekar yang memburu ini tidak boleh salin
Sagara dan Adista tampak tidak terlalu mempedulikan kecurigaan Rawindra.“Ayuk! Kita keluar dan nikmati makanannya!” ajak Adista.“Apa kalian ini tidak curiga sama sekali? Bagaimana kalau makanannya sudah diberi ramuan yang bisa membuat kita tidak sadarkan diri?” tanya Rawindra.“Kenapa sih kamu ini terus curiga terhadap Sang Kultivator?’ tanya Sagara.“Kita ini bukan siapa-siapa, Kak Sagara ... kenapa Sang Kultivaator memberi kita fasilitas yang begitu mewah? Apa yang sedang direncanakan olehnya?” tanya Rawindra.“Kalau dia ingin membunuh kita, kenapa harus dengan susah payah memberikan kita fasilitas mewah seperti ini? Dia bisa saja membunuh kita tadi, tapi tidak dilakukannya! Mungkin memang Sang Kultivator ini adalah orang yang baik hati!” sahut Sagara.“Tuan Muda benar, Windra! Kita nikmati saja dahulu fasilitas yang diberikan oleh Sang Kultivator. Besok kita tanyakan padanya, bagaimana menurutmu?” saran Adista untuk menenangkan hati Rawindra.Hati pemuda ini masih belum tenang, t
Sang Kultivator sudah berada di halaman rumahnya saat Rawindra menemuinya pagi-pagi sekali."Kamu sudah siap untuk mempelajari Penyerapan Energi Chi ini, Rawindra?' tanya Sang Kultivator padanya.“Siap, Ketua! Kok ketua tahu namaku?” tanya Rawindra."Aku tahu semuanya! Aku jelaskan dahulu ya apa yang dimaksud dengan Penyerapan Chi?" kata Saang Kultivator kepada Rawindra."Baik, ketua!" jawab Rawindra dengan tegas."Kamu harus belajar mengolah tubuhmu dengan baik agar energi chi bisa mengalir dengan lancar melalui seluruh meredianmu dari pusat dantian yang kamu miliki ini, Rawindra!" jelas Sang Kultivator."Bagaimana cara melatih Penyerapan Energi Chi ini, ketua?” tanya Rawindra."Hahaha ... kamu sudah tidak sabar ya untuk mempelajarinya secara langsung?" tanya Sang Kultivator sambil tertawa senang."Aku siap, ketua!" sahut Rawindra."Kamu harus mulai bermeditasi untuk memusatkan pikiranmu, Rawindra! Meditasi adalah segalanya dalam berkultivasi agar seluruh pengolahan energi chi di dal
"Aku paham sekarang, ketua!" sahut Rawindra."Ada satu hal lagi yang harus kau perhatikan!" ucap Sang Kultivator sambil membenarkan teknik kultivasinya.Rawindra memerhatikannya dengan seksama dan lanjut melatih Penyerapan Energi Chi untuk dasar pengolahan chi yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua dilakukannya dengan sempurna hingga membuat Sang Kultivator kagum padanya."Bagus sekali, Rawindra! Kemajuanmu sangat pesat!" seru Sang Kultivator."Aku hanya mengikuti petunjuk ketua saja!" sahut Rawindra merendah.Sang Kultivator mulai senang dengan Rawindra yang berhasil merampungkan Penyerapan Energi Chi walaupun hanya berupa teknik penyerapan partikel chi saja di alam semesta."Baiklah, sudah saatnya kamu mempelajari teknik penempaan tubuh!" lanjut Sang Kultivator."Aku sudah bisa mempelajarinya sekarang, ketua? Apa sebenarnya Penempaan Tubuh itu?" tanya Rawindra."Kamu harus bermeditasi mengumpulkan energi chi untuk menempa tubuhmu agar lebih kuat lagi!" ujar Sang Kultivator."Apa beda Pen
"Kamu tahu dari mana ada teknik untuk memanfaatkan energi chi menjadi sebuah serangan yang dasyat?" tanya Sang Kultivator."Aku sering membaca, jadi aku tahu sedikit tentang Teknik Bela Diri ini, ketua!" sahut Rawindra."Belum saatnya kamu mempelajari gerakan ilmu bela diri ini karena kamu harus memantapkan pengolahan dan peredaran chi terlebih dahulu. Tapi ... tidak ada salahnya kalau kamu mempelajari satu atau dua gerakan untuk membela dirimu apabila bertemu lawan yang jahat di perjalananmu!" ujar Sang Kultivator."Asyik! Bener nih ketua mau mengajariku teknik bela diri?" tanya Rawindra untuk memastikan ucapan Sang Kultivator ini."Tidak banyak ya, karena aku khawatir akan membuatmu kesulitan nantinya oleh energi chi yang berubah menjadi kuat untuk menyerang!" sahut Sang Kultivator."Tidak apa-apa, ketua! Asal ada satu atau dua jurus bela diri saja sudah cukup untukku membela diri!" ujar Rawindra."Kamu sudah menguasai Penyerapan Energi Chi dan Penempaan Tubuh, Rawindra! Walaupun h
“Jadi, menurut informasi yang ketua dapatkan, Kitab Rahasia Pendekar ada di dalam Devil Forest?” tanya Rawindra.“Benar sekali! Informasi ini tidak mungkin salah!” tegas Sang Kultivator. “Tepatnya di Lembah Air Terjun yaang berada di ujung Hutan Iblis ini!”“Aku harus memasuki Devil Forest kalau begitu! Jangan beritahukan masalah ini kepada Sagara dan Adista ... aku tidak ingin mereka ikut celaka.”"Kamu ingin pergi sekarang?" tanya Sang Kultivator."Benar, ketua ... biar mereka menyangka aku masih belajar kultivasi dengan ketua!" sahut Rawindra."Kamu harus hati-hati Rawindra kalau kamu sudah sampai di Devil Forest!" seru Sang Kultivator."Bagaimana aku bisa tahu kalau hutan yang aku masuki adalah Devil Forest?" tanya Rawindra."Kalau kamu menemukan hutan yang suram yang pepohonannya seperti pohon mati berarti kamu sudah tiba di Devil Forest! Selalu nyalakan pedang apimu agar tidak disergap makhluk-makhluk buas yang berdiam di Hutan Iblis ini!" saran Sang Kultivator yang menyerahkan
"AWAS!"Sebuah teriakan yang lantang dan melengking tinggi menyadarkan Rawindra akan bahaya di belakangnya.Refleks Rawindra menjatuhkan diri yang membuat terkaman makhluk iblis ini hanya mengenai tempat kosong.Sebuah bayangan hijau langsung melesat dari arah Lembah Air Terjun dan menendang makhluk iblis ini jauh-jauh.WUUUSSSH!BUUUK!Rawindra masih belum mengetahui sosok bayangan hijau ini apakah orang baik atau makhluk yang sama jahatnya dengan makhluk iblis tadi.Tapi mengingat bayangan hijau ini menolongnya dan bisa bersuara, berarti dia adalah manusia seperti dirinya."Tetap berada di bawah!" teriak bayangan hijau ini.Rawindra menuruti perintah bayangan hijau ini, karena makhluk iblis ini masih berkeliaran.Terdengar suara desiran angin yang timbul akibat cepatnya bayangan hijau ini bergerak mengejar makhluk iblis ini."Apa makhluk iblis ini sudah pergi ya?" pikir Rawindra sambil berusaha bangkit dari posisi tengkurapnya.Swiiing!Wuuusssh!Baru saja Rawindra hendak bangkit, s
“Kenapa Sang Kultivator mengincar Kitab Seribu Kultivasi? Apa isi kitab ini sebenarnya?” tanya Rawindra yang penasaran hatinya.“Kitab ini ditulis oleh Sang Immortal yang sangat terkenal itu. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya Yesha.Mereka sudah berada di dekat air terjun setelah menuruni lembah yang terjal dengan susah payah, apalagi buat Rawindra yang hanya mengandalkan tangan kanannya.“Pantas Sang Kultivator banyak tahu tentang Sang Immortal. Ternyata dia mengincar Kitab Seribu Kultivasi yang dtulis oleh Sang Immortal ini,” ujar Rawindra.“Benar sekali! Tempatku ada di balik air terjun ini!” kata Yesha yang sudah masuk ke dalam celah di balik air terjun.“Kamu ini sebenarnya siapa, Yesha? Kenapa Sang Kultivator mengincarmu? Apa hanya karena dia menginginkan Kitab Seribu Kultivasi ini?” tanya Rawindra.“Belum saatnya kamu mengetahuinya, Rawindra! Kita harus cari cara untuk mengembalikan dirimu ke Kota Kultivator tanpa harus melalui Hutan Iblis!” sahut Yesha.Setelah melalui goa