“Kenapa Sang Kultivator mengincar Kitab Seribu Kultivasi? Apa isi kitab ini sebenarnya?” tanya Rawindra yang penasaran hatinya.“Kitab ini ditulis oleh Sang Immortal yang sangat terkenal itu. Apa kamu pernah mendengarnya?” tanya Yesha.Mereka sudah berada di dekat air terjun setelah menuruni lembah yang terjal dengan susah payah, apalagi buat Rawindra yang hanya mengandalkan tangan kanannya.“Pantas Sang Kultivator banyak tahu tentang Sang Immortal. Ternyata dia mengincar Kitab Seribu Kultivasi yang dtulis oleh Sang Immortal ini,” ujar Rawindra.“Benar sekali! Tempatku ada di balik air terjun ini!” kata Yesha yang sudah masuk ke dalam celah di balik air terjun.“Kamu ini sebenarnya siapa, Yesha? Kenapa Sang Kultivator mengincarmu? Apa hanya karena dia menginginkan Kitab Seribu Kultivasi ini?” tanya Rawindra.“Belum saatnya kamu mengetahuinya, Rawindra! Kita harus cari cara untuk mengembalikan dirimu ke Kota Kultivator tanpa harus melalui Hutan Iblis!” sahut Yesha.Setelah melalui goa
Anehnya, tidak ada malam hari di Lembah Air Terjun ini.Suasana alam akan tetap terang baik siang ataupun malam.Perbedaannya hanyalah pada saat siang akan terasa lebih panas, sedangkan pada malam hari akan terasa dingin sekali udaranya.Yesha juga membangun pancuran air alami yang airnya terus mengalir dari atas pegunungan yang terdapat di lembah ini.Setelah menyegarkan diri dengan air pegunungan, Rawindra disuguhi sup panas yang khusus dibuatkan untuknya.“Sup ini mengandung ginseng dan beberapa tanaman herbal yang bagus untuk staminamu!” kata Yesha sambil tersenyum.“Kamu juga minum biar tambah kuat staminamu!” kata Rawindra sambil menyuapkan sup ini ke mulut Yesha.“Masih ada sisa sup untukku, tapi tidak apa-apa deh disuapin kayak begini!’ ujar Yesha.“Ternyata sup ini rahasia kekuatan staminamu yang luar biasa itu?” tanya Rawindra.“Hihihi ... sok tahu kamu!” sahut Yesha sambil tersenyum.“Kamu tinggal sendirian di sini?” tanya Rawindra.“Aku harus menjaga Kitab Seribu Kultivasi
Rawindra yang kembali tanpa hasil sangat mengecewakan Sang Kultivator yang sangat berharap pemuda ini berhasil menemukan gadis yang menyimpan Kitab Seribu Kultivasi.“Tidak ada Kitab Rahasia Pendekar, ketua! Hanya ada makhluk jahat di Devil Forest!” ujar Rawindra melaporkan hasil temuannya di Hutan Iblis ini.“Kamu tidak bertemu orang yang menyimpan Kitab Rahasia Pendekar ini di Lembah Air Terjun?” tanya Sang Kultivator penasaran.“Aku baru tahu kalau ada orang yang menympan Kitab Rahasia Pendekar, ketua? Tapi, aku tidak menemukan siapa pun di sana!” sahut Rawindra. “Aku harus segera kembali karena banyak sekali makhluk jahat di sana! Kenapa masih banyak sekali makhluk jahat di Hutan Iblis itu ya, ketua?”“Aneh juga ya? Informasi yang kuterima ini seharusnya benar kalau Kitab Rahasia Pendekar ada di sana!” ujar Sang Kultivator. “Apa tidak ada yang muncul membantumu mengatasi makhluk-makhluk jahat ini?”“Tidak ada siapa pun, ketua! Hanya makhluk-makhluk jahat penghuni Devil Forest yang
Gerakan Tiga Sekawan yang lincah lagi-lagi menggagalkan rencana Raja Raksasa untuk menangkap mereka. “Kalian menyingkir saja dahulu, biar aku yang mengatasi Raja Raksasa ini!” seru Rawindra. “Kamu yakin dengan keputusanmu, Windra?” tanya Sagara yang menganggap sahabatnya ini sudah mulai gila untuk melawan Raja Raksasa seorang diri. “Tenang saja, Kak Sagara! Aku tahu apa yang akan kulakukan terhadap Raja Raksasa ini!” sahut Rawindra dengan tenang. Terlihat perubahan yang drastis pada diri Rawindra sejak dia kembali dari Devil Forest. Pembawaan dirinya lebih tenang dalam menghadapi masalah. Sikap pendekarnya terlihat jelas dengan pantang menyerah. Sagara akhirnya menyerah dengan keputusan Rawindra. Dia mengajak Adista menjauh dari tempat pertarungan ini. “Apa Windra akan baik-baik saja, Tuan Muda?” tanya Adista. “Aku tidak tahu! Dia menjadi lebih agresif dan agak gila menurutku sejak dia kembali dari belajar kultivasi dari Sang Kultivator!” sahut Sagara. “Apa yang sebenarnya ter
Raja Raksasa lama sekali tumbang dan tidak sadarkan diri oleh serangan Rawindra ini.“Kamu mengalahkan Raja Raksasa?” tanya Adista dengan takjub saat mendekati Rawindra.“Bagaimana kalau dia sadar kembali, Windra?” tanya Sagara.“Biarkan saja, Kak Sagara! Apabila raksasa sudah kalah tiga kali maka mereka tidak akan melawan lagi!” sahut Rawindra.“Kamu yakin, Windra? Bagaimana kalau dia tiba-tiba bangun terus memakan kita?” tanya Sagara.“Aku jamin, Kak Sagara! Seyakinnya aku saat tahu kalau raksasa takut dengan api!” ujar Rawindra.“Jadi ... api yang mengalahkan Raja Raksasa ini hingga pingsan?” tanya Sagara.“Benar sekali! Ketakutan terhadap api mengalahkan rasa sakit akibat pukulan ataupun hal lainnya!” jelas Rawindra.“Kamu tahu dari mana semua tentang raksasa ini?” tanya Adista yang bingung dengan kecerdasan Rawindra yang belum pernah ditunjukkannya selama ini.“Kakek sering cerita padaku tentang raksasa saat aku kecil, jadi aku masih ingat beberapa cerita dari kakek yang ternyata
“Perang saudara yang terjadi memang membuat banyak raksasa yang tewas sia-sia untuk tujuan yang tidak pasti. Tapi masih tersisa banyak raksasa di alam ini, hanya saja semua raksasa di negeri ini harus melayani pemimpin baru di negeri ini yang disebut Great Supreme.“Siapa itu, Great Supreme?” tanya Rawindra.“Manusia yang awalnya kelihatan baik sehingga kami terima di dalam lingkungan kami, tapi manusia ini mempunyai niat jahat terhadap bangsa raksasa. Merasa elemental chi banyak tersebar di alam ini, manusia ini melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi hebat seperti sekarang. Dia membiarkanku tetap berkuasa di istana raksasa yang hanya tinggal diriku saja! Itu membuat dirinya senang, sementara raksasa lainnya harus melayaninya dengan menjadi pasukannya.”“Kenapa dia lakukan itu? Apa yang direncanakan Great Supreme dengan membiarkanmu sendirian di sini?” tanya Rawindra yang semakin heran dengan kejadian aneh ini.“Saat dia datang ke Negeri Raksasa ini, dia merupakan pemuda yang sanga
“Kita harus ke Alam Iblis untuk mencari Kitab Rahasia Pendekar ini. Apa kalian mau ikut denganku?" tanya Rawindra."Apa kita kembali saja ke Pulau Pedang? Mencari Kitab Rahasia Pendekar ini seperti mencari sesuatu yang sangat mustahil! Belum tentu juga Kitab Rahasia Pendekar ini benar-benar ada, Windra!" saran Adista.“Aku yakin kalau Kitab Rahasia Pendekar ini benar-benar ada. Kalian kembali saja untuk melapor kepada Master Arkantra! Aku akan melanjutkan perjalanan ke Alam Iblis!' seru Rawindra.Sagara hanya menggelengkan kepalanya melihat tekad Rawindra yang pantang menyerah.“Kamu ini sangat keras kepala, Windra! Aku akan ikut denganmu!" sahut Sagara."Aku juga ikut!" sambung Adista."Kenapa kalian ikut denganku menempuh bahaya? Tadi saja hampir kita tewas oleh Raja Raksasa yang salah pengertian dengan kita ... aku tidak tahu bagaimana sambutan yang akan kita dapat di Alam Iblis!" seru Rawindra.“Kami tidak peduli! Kita ini Tiga Sekawan ... tidak boleh terpisahkan sesuai janji kita
"Apa petunjuk dari Aryaloka bisa dipercaya?" tanya Sagara."Aku mempercayainya karena dia jugaa butuh bantuan kita, jadi tidak mungkin dia menyesatkan jalan kita!" sahut Rawindra."Berarti kita menuju ke arah timur seperti yang dikatakan oleh Raja Raksasa itu? Bahaya apa ya yang akan menghadang perjalanan kita nantinya menuju Alam Iblis?" ujar Adista.Gadis ini sebenarnya tidak perlu khawatir dengan perjalanan mereka ini.Perjalanan menuju Alam Iblis seperti tanpa rintangan sama sekali.Alam Raksasa ini seakan bersih dari makhluk-makhluk besar yang pernah hidup di alam ini tapi sudaah musnah sekarang. Tidak ada yang tahu bagaimana banyaknya makhluk di Alam Raksasa ini bisa musnah begitu saja tanpa tersisa sama sekali."Apa makhluk--makhluk besar ini musnah karena perang saudara yang dilakukan oleh raksasa-raksasa ini ya?" tanya Rawindra."Mungkin saja, Windra! Kita hanya melalui tanaman-tanaman yang besar saja di sini, tapi tidak ada makhluk hidup apapun yang kita temui sepanjaang per